info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Menoreh getah + mengayuh sampan

Belgis 1 Juli 2011
“kak, jadi ikut nuris ga?”.... Terdengar suara halimah, adekku, membangunkanku. Kulihat jam, belum genap pukul 4 pagi. Masih aku tertegun di atas tempat tidur. Berusaha mengumpulkan kesadaran. “kak, ayooo...” Suara halimah kembali menyadarkanku dari kantukku. Hoaaaahhmm..... sambil menguap panjang kurapikan tempat tidur dan segera berpakaian. Yaa, hari ini aku mau memulai pengalaman pertamaku untuk nuris atau menoreh getah bersama teman2 baruku. Bersama Halimah, Noey, Samin, dan kak Dayang, kami berangkat pagi2 buta untuk menoreh getah di kebun milik kak Dayang. Perjalanan dimulai dengan perjalanan darat, melewati jalan setapak di lapangan dan hutan, hingga mencapai sisi danau. Dari danau, perjalanan dilanjutkan dengan menaiki sampan menyeberangi danau menuju sisi danau yang lain. Ahhhh....sampan terombang-ambing ketika kami mulai menaiki dan mendayungnya. Rasa takut mulai muncul, khawatir kalo2 sampan akan terbalik dan kami semua tercebur di danau. Namun kekhawatiranku ternyata Cuma isapan jempol belaka. Kami sampai di sisi danau dengan selamat. Di tengah kegelapan kami memulai aktivitas kami, menoreh getah pohon karet. Hmmmm.. agak2 susah juga sih, tapi ternyata aku pun cepat mahir walopun Cuma sebentar belajar. Tak lama kemudian, sang surya muncul dan menemani kami dalam aktivitas yang panjang. Kebun kak Dayang ternyata luas juga. Pohon karet yang harus kami toreh ada beratus-ratus banyaknya. Aktivitas menoreh kami berlangsung hingga puklul 9 pagi. Kami istirahat di rumah panggung dekat situ, memakan bekal makanan, sambil bercanda. Hmm...aku bersyukur, aku bisa merasakan segala kenikmatan ini. Setelah puas beristirahat, kami pun beranjak pulang. Sesampainya di rumah, banyak tetangga yang menggodaku. Mereka bilang, kalo sebaiknya aku tidak usah ikut menoreh getah, takut tambah hitam kulitnya, hehehhe....aahhh, ada2 saja orang2 ini. )

Cerita Lainnya

Lihat Semua