gadis bernama Rika

Belgis 3 November 2011

Rika namanya. R-I-K-A. Tidak ada nama panjangnya lagi. Sederhana, sesederhana kehidupannya. Aku mengenalnya sejak pertama kali mengajar di kelas 5. dia sangat bersemangat di sekolah. sangat suka bertanya, dan selalu rajin mengerjakan tugas. namun di samping itu, tersimpan pula tabiat Rika yang pemarah, suka memukul temannya, dan berkata kasar. Rika sangat mudah tersinggung dan merajuk. tidak jarang ia berkelahi dengan temannya, saling memukul, menarik rambut, sampai menangis. hampir setiap hari aku harus mengingatkannya agar bisa sedikit bersabar.....sedikittt sajaa....tak jarang aku pun pusing saat anak-anak sudah berulah seperti itu, berkelahi setiap hari dan membuat onar. aku capek. Ingin rasanya aku terlepas sejenak dari rutinitas ini.

siang itu, aku menemukan sosok Rika yang lain. saat aku sedang bersantai di tepi sungai kapuas sambil membawa HPku. ya, di desa kami sinyal hanya ada di sekitar sungai kapuas, itu pun hanya pada titik-titik  tertentu. saat aku sedang duduk sendirian, datanglah Rika, menyapaku riang dan mengajakku bercanda. Tak lama kemudian, aku mendengar suara ibunya memanggil dan ia pun segera pergi menghampiri suara itu. sejenak berlalu, aku melihat Rika memanggul Raga' (Keranjang) dan duduk di sebelahku lagi. aku pun bertanya "mau ke mana Rika, siang-siang begini"

"mau ikut Umak, bu"

'memangnya kalian mau ke mana?" tanyaku lagi

"kami mau mencari kayu api (kayu bakar) di hutan, boh bu! " kata Rika lagi sambil tersenyum riang, Ia pun pergi meninggalkanku.

kulihat Rika dan Ibunya pergi bersama. masuk ke hutan Aur. ahhh....itu rupanya yang aku belum tahu dari sosok Rika. Tak ada keluhan yang keluar dari bibirnya saat ia  berangkat mencari kayu bakar di tengah teriknya matahari khatulistiwa. Rika yang emosional, yang suka marah, tapi sangat patuh pada orang tuanya. 

Rika, potret kehidupan anak-anak di desa kami. anak-anak yang  tumbuh dengan emosional yang tinggi . kadang aku berpikir, bagaimana tidak adilnya kehidupan ini bagi mereka? memaksa berpikir dewasa dan turut bekerja. anak-anak selalu bangun jauh sebelum ayam berkokok, ikut menoreh getah, mencari ikan, mengurus segala urusan rumah sebelum akhirnya mereka pergi ke sekolah.  bagaimana mungkin tanggung jawab keluarga harus ditanggung oleh jari-jari kecil itu?

menyadari semua itu, aku pun bangkit dari tempat dudukku dan pulang dengan senyuman. Yah, jika Rika saja mampu melewati semua hal  yang begitu keras, maka aku pun sanggup melewati hari-hariku .anak-anakku yang over energi dan semangat, sambut kembali CikGu mu!


Cerita Lainnya

Lihat Semua