Baca-baca, Masiara dan Cerita Idul Fitri Dari Amboniki

Barkah Aji Febriyanto 20 Agustus 2020
Ini adalah lebaran keduaku di tanah rantau. Di mulai pada pagi hari, aku, Mama Papa Rizky, dan keluarga, pergi ke masjid desa untuk solat Ied bersama. Solat Ied yang bersahaja di tengah pandemi yang sedang melanda. Selesai solat Ied, kami pulang kerumah. Sesampainya di rumah, Kaka Rizky mengajak untuk foto keluarga. Aku hendak mengambil posisi sebagai fotografer. Tapi mama Rizky menarik tanganku dan menyuruhku untuk duduk disampingnya. Jadilah foto keluarga mama Rizky plus aku sebagai anggota baru. Seusai makan-makan dirumah, papa Rizky bilang, "ayomi ke tempat Pa desa". Aku kira silaturahmi biasa. Sesampainya disana ternyata sudah ramai. Warga desa telah berkumpul untuk baca-baca (doa bersama). "Sinimi pa guru, kita duduk sini", Pak Kepala Desa mengajakku untuk duduk di samping beliau. Tak lama Pak Imam Desa memulai doa bersama. Setelah doa selesai, kita makan hidangan lebaran khas Sulawesi. Mulai dari burasa, lapa-lapa, palola sambal kacang, kari ayam, ikan sambal kecap, berbagai macam kue dan hidangan lezat lainya. Pulang dari tempat pa desa, masih ada kejutan lainya, ada baca-baca juga dirumah. Setelah aku cari tahu lebih lanjut, semua rumah di Amboniki mengadakan baca-baca saat hari raya. Sudah tradisinya begitu ternyata. Masiara adalah tradisi selanjutnya, yaitu keliling ke rumah-rumah warga untuk silaturahmi dan mencicipi kudapan hari raya. "Sinimi pa guru, mampir", ajakan dari Papa Ary ketika aku sedang jalan di depan rumahnya. Setelah dari rumah Papa Ary, aku melanjutkan Masiara kerumah wali murid lainya. Sore hari setelah seharian silaturahmi, aku berfikir, mungkin aku salah. Aku tidak sedang lebaran di rantau. Setelah hampir setahun bertugas, menjadi bagian dari keluarga dan warga desa. Aku merasa, aku juga punya rumah disini, di Amboniki.

Cerita Lainnya

Lihat Semua