What a Piti!!

Ayu Dewi 19 Januari 2011
Sunday, December 12, 2010 at 4:21am Wapiti adalah anak yang tidak terlalu menonjol di kelas. Badannya termasuk mungil untuk anak kelas 2 SD. Membacanya masih sangat terbata-bata, meski semangat belajarnya luar biasa. Dia adalah salah satu yang paling mengesankan saya. Entah kenapa, dia cinta setengah mati pada saya. Setiap hari, ada saja bukti cintanya. Dulu dia jarang shalat, tapi sejak saya datang dan sering shalat berjamaah di masjid, pemandangan si kecil Piti berlari-lari dengan mukena putihnya yang kedodoran adalah hal biasa. Setelah shalat, dia selalu menjadi orang pertama yang mencolek pundak saya dan meraih tangan saya untuk dicium. Setelah mencium tangan saya, barulah dia akan mencium tangan semua orang yang ikut shalat di masjid. Ketika saya pulang sekolah, atau baru pulang dari luar desa tempat saya tinggal, Piti biasanya akan berlari keluar dari rumahnya yang ada di depan rumah saya, untuk memeluk saya –atau mungkin lebih tepatnya memeluk perut saya. Suatu siang yang sangat panas –tampaknya matahari memang punya bersinar lebih tajam di Halmahera-, setelah mengajar saya harus pergi ke rumah Pak Kepala Sekolah. Piti sedang bermain di halaman rumahnya ketika ia melihat saya melangkah keluar rumah. ‘Ibu mau ke manaaaaa?’. ‘Mau ke rumah Bapak Kepala Sekolah’. Pikirku, apa yang lebih tidak menarik untuk pergi ke rumah Bapak Kepala Sekolah, berjalan kaki sekitar 30 menit, di siang bolong yang menyengat. Tapi Piti dengan semangat segera mencari sandal jepitnya dan berlari mengejarku. Sepanjang jalan dia menggenggam jari saya dan bernyanyi ‘hujan permen’ dengan riang, sambil matanya setengah terpejam karena tersilaukan oleh matahari. Setiap malam, Piti selalu muncul di teras rumah, dan selalu adalah yang paling semangat untuk belajar membaca. Suatu malam, saya sedang cukup kewalahan karena rumah yang saya diami sedang ramai-ramainya. Ada anak-anak SMA yang datang untuk belajar komputer, anak-anak kelas 6 SD yang datang untuk melakukan percobaan IPA, dan ada pula anak-anak kelas 1-2 SD yang mengajak saya bermain kartu membaca. Saya memberi petunjuk sebentar untuk anak kelas 6, dan sebentar saja mereka sudah asyik dengan percobaan mereka. Beres. Saya hanya sempat bermain sebentar dengan anak kelas 1-2. Ketika malam semakin larut, saya sudah sibuk melatih komputer. Sebagian besar anak SD sudah pamit pulang. Saya hanya bisa tercengang ketika saya melangkah ke teras, Piti sedang tertidur meringkuk di lantai. Tak sekali itu saja. Kemarin malam ketika dia sudah selesai membaca beberapa halaman dari buku belajar membacanya, dia duduk menempel di punggung saya, ketika saya sedang menghadapi antrean anak-anak yang sedang meminta soal ataupun menyetor bacaan. Lama-kelamaan saya bisa merasakan ia merosot, mendekat ke lantai yang dingin. Dan ketika akhirnya antrean anak-anak yang haus belajar itu menyusut, saya hanya bisa tersenyum terharu melihat Piti sudah tertidur. Ya Tuhan, sayangi malaikat kecilku yang bergigi ompong ini...  What a Piti!

Cerita Lainnya

Lihat Semua