#Bagi2Tips Mengajar

Ayu Dewi 2 Agustus 2011
kompilasi tips mengajar yang @ayu_kartikadewi kumpulkan dari banyak sekali sumber, buku, dan ide dari rekan-rekan pengajar, yang maaf sekali, ngga semuanya bisa diingat satu per satu. credit ada pada semua pemberi ide-ide dan trik-tips brilian ini :) semoga bermanfaat! ps: semua resep telah dicoba di dapur ayu :) and it works. General Wisdom
  • Anak-anak harus selalu berada dalam kondisi terfokus , yang harus seimbang antara
    • tidak menegangkan, karena bila anak tegang otaknya tidak akan bisa berpikir optimal
    • tidak terlalu santai, karena cenderung membuat anak bosan dan mulai melakukan hal-hal yang bisa mengganggu konsentrasi seluruh kelas.
    • Berikan anak-anak target yang jelas, baik target waktu maupun target pencapaikan akademik. Misal, “dalam 10 hitungan semua anak sudah harus mengumpulkan kertas ulangannya”. Atau “kita akan belajar matematika, dan setelah ini semuanya harus sudah bisa membaca angka ratusan dengan benar”.
    • Ingat-ingatlah isyarat yang telah diajarkan pada kelas, dan gunakan secara konsisten. Jangan sampai anak salah membaca isyarat. Contohnya, ketika ada siswa yang akan maju ke depan kelas, saya akan mengangkat tangan dan menggerakkan telapak tangan saya mengembang - menguncup untuk memberikan isyarat, dan anak-anak akan secara otomatis berseru “Lampu.. Kamera.. Action..!”. Pernah di suatu waktu lain saya meminta anak-anak untuk tenang, dan sambil berkata demikian saya mengangkat tangan dan menggerakkan telapak tangan saya mengembang – menguncup, yang maksudnya adalah saya meminta agar anak-anak jangan terlampau berisik. Tapi karena isyarat tangan ini sama persis dengan isyarat tangan yang “Lampu.. Kamera.. Action..!” maka anak-anak langsung berseru “Lampu.. Kamera.. Action..!” meskipun tidak ada siapapun yang akan maju di depan kelas.
    • Have fun! Kalau gurunya have fun, anak-anak bisa merasakannya. Dan keceriaan itu menular.
Mengatur kelas
  • Mulailah setiap kelas baru dengan membuat kesepakatan. Biarkan anak-anak sendiri yang memutuskan apa tata tertib yang mereka mau punyai untuk kelasnya. Kita hanya mengarahkan dan menambah ide-ide
  • Tiap guru punya preferensi sendiri, tapi saya lebih menyukai fixed seat, dan saya yang mengatur duduknya. Oh ya, fixed seat ini juga memudahkan saya untuk melihat siapa saja yang absen.
    • Tempat duduk berselang-seling laki-laki dan perempuan. Ini biasanya membantu untuk mengurangi kebisingan anak laki-laki, atau mengurangi kemungkinan anak-anak perempuan saling bertukar boneka di bawah meja
    • Menyebar lokasi duduk anak-anak yang mendapat peringkat tinggi dan didudukkan dengan anak-anak yang rata-rata. Ini biasanya membuat anak-anak yang rata-rata akan terpacu belajar lebih rajin
    • Memisahkan sobat-sobat dekat. Ini mengurangi kemungkinan anak-anak ngobrol untuk merencanakan akan pergi main ke mana sore nanti
    • Analisalah siapa yang harus duduk di depan: anak-anak yang matanya rabun, atau yang paling kinestetis; dan rancanglah siapa yang bisa duduk di belakang: anak-anak yang menurut dan bisa bekerja tanpa terlalu banyak diawasi
Menyiapkan kelas di pagi hari Saat-saat pertama di kelas di pagi hari adalah saat yang krusial untuk ‘mengingatkan anak-anak tentang ‘posisi otoritas’ seorang guru. Anak-anak harus paham siapa yang memegang kendali di kelas itu, dan harus terus-menerus diingatkan. Bila kelas kacau, tak peduli betapa pun kerennya RPP, tak akan sampai kita pada indikator kesuksesan kita.
  • Salah satu anak (biasanya salah satu dari yang piket hari itu) berseru “berdiri”, lalu semua anak berdiri. “Beri salam!”. Lalu semua anak berseru Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Lalu semua duduk kembali
Mengatasi kelas yang hiperaktif
  • Untuk kelas yang hiperaktif, seorang kawan pernah menyarankan untuk memulai dengan membiasakan agar anak-anak mau mendengarkan guru dan menegaskan otoritas; misal dengan meminta siswa memutar posisi bangku sampai beberapa kali, hanya dengan tujuan supaya anak-anak terbiasa dan berada dalam kondisi mau mendengarkan instruksi guru
  • Membagi siswa menjadi beberapa kelompok, dan diberikan sistem points untuk kelompok yang telah bisa berpartisipasi, dan mengurangi points untuk kelompok yang tidak tertib. Pada awal hari tiap kelompok diberi 100 points. Rewards diberikan untuk kelas pada akhir semester, sebaiknya bukan gimmick (misal permen) tapi hal yang pedagogis (misal buku cerita anak-anak)
  • Mendekati anak-anak yang paling aktif dan bandel, dan meminta mereka menjadi Pasukan Penjaga Kelas. Pasukan Penjaga Kelas ini akan mengucapkan janji di depan kelas: “1. Saya, Pasukan Penjaga Kelas, berjanji akan menjaga ketertiban kelas. 2. Bila ada yang tidak tertib, maka akan saya ingatkan dengan santun”.
Memastikan fokus kelas hanya pada guru Atur ritme kelas sedemikian rupa sehingga ketika kita berbicara, tidak ada hal lain yang bisa mengalihkan perhatian mereka. Misal, pada awal pelajaran ajak anak-anak untuk mendengarkan penjelasan guru, dan tanya jawab contoh-contoh soal. Nah, <span>tepat</span> sebelum waktunya anak-anak mengerjakan soal latihan, barulah kita meminta anak-anak untuk mengeluarkan buku dan pena, atau barulah kita membagikan LKS yang telah kita siapkan. Menenangkan kelas/mengembalikan fokus pada guru Kelas yang baik bukanlah kelas yang selalu tenang. Kelas akan gaduh-tapi-terarah ketika sedang kerja kelompok atau diskusi. Untuk mengembalikan fokus, sebaiknya kita tidak mencoba membuat suara yang lebih lantang daripada suara anak-anak, misal dengan berteriak atau dengan memukul-mukul meja atau papan tulis; tapi sebaiknya dengan mengalihkan arus perhatian anak-anak dari teman-temannya ke guru.
  • Katakan “Anak-anak?”. Dan anak-anak harus menjawab “Siap!”. Ulangi sampai semua menjawab. Terkadang untuk menutup, katakan “Anak-anak?” sambil berbisik, dan anak-anak harus menjawab “siap!” dengan berbisik pula.
  • “Lomba-lomba jadi patung!” atau “lomba-lomba tahan napas”.
  • Katakan “tepuk tangan satu kali”, lalu “tepuk tangan dua kali”, lalu “tepuk tangan tiga kali”, dst sampai semuanya ikut bertepuk tangan.
  • Hitung dengan jari (dalam diam) perlahan sampai sepuluh. Biasanya sebelum sampai sepuluh, kelas sudah tenang
  • Katakan “Hai”, dan anak-anak harus menjawab “halo”. Catatan: hai/halo ini biasanya belum bisa digunakan pada anak kelas 1 dan 2. Mereka akan menjawab hai dengan hai, dan halo dengan halo J
  • Ajarkan anak-anak untuk benar-benar tenang setelah ‘hitungan duduk’ dimulai: “SATU! (tangan ke atas) DUA! (tangan ke samping) TIGA! (tangan ke depan) EMPAAAAAT.... (tangan diputar-putar di depan dada) LIMA! (duduk manis dengan tangan dilipat)”. Bila setelah hitungan Satu sampai Lima ini masih ada yang berbicara, ulangi lagi. Pada hari pertama saya menerapkan trik ini, tidak kurang dari 20 kali saya mengulangi ‘hitungan duduk’ ini, sampai kelas benar-benar tenang. Yang mengagumkan, keesokan harinya, saya hanya perlu satu kali ‘hitungan duduk’ untuk membuat kelas tenang. ‘Hitungan duduk’ ini juga bisa diganti dengan ‘lagu duduk’ (“tangan ke atas // tangan ke samping // tangan ke depan // duduk yang manis”). Catatan: saya bukan guru yang mengharuskan semua siswa selalu duduk manis dengan tangan dilipat, tapi ini hanya cara untuk menenangkan kelas dan mengembalikan fokus
Memusatkan fokus pada salah satu anak yang sedang tampil/berbicara
  • Bila ada yang akan maju ke depan kelas untuk bercerita atau menyanyi, gerakkan tangan sebagai isyarat untuk anak-anak berseru “Lampu... Kamera... Action!”. Saya sendiri sempat terkejut karena hanya setelah sehari dibiasakan menggunakan isyarat tangan ini, setiap kali tangan saya memberikan isyarat ini anak-anak akan otomatis berseru “Lampu...” :)
  • Menggunakan bola atau benda apa saja di kelas (bisa sebatang pensil atau vas bunga) sebagai alat izin berbicara. Hanya anak yang sedang memegang benda itu yang boleh berbicara. Trik ini bisa digunakan misalnya ketika kita meminta masing-masing siswa untuk secara bergiliran memperkenalkan diri.
Mengatur mobilitas kelas Duduk berjam-jam di kursi jelas membuat anak bosan. Guru harus bisa menyediakan ruang mobilitas siswa agar semangat dan perhatian siswa tetap terfokus, tapi harus bisa mengatur mobilitas ini agar tidak berubah menjadi kekacauan.
  • Menyanyi ‘Lingkaran besar-lingkaran besar’ ketika meminta siswa membentuk lingkaran di depan kelas
  • Ajak anak-anak untuk duduk di lantai tepat di depan papan tulis bila kita akan menerangkan sesuatu yang detail. Anak-anak akan menikmati perpindahan posisi ini.
  • Menyanyi ‘duduk lingkaran-duduk lingkaran’ ketika meminta siswa duduk dalam lingkaran
  • “Dalam 5 hitungan, semua anak sudah duduk di kursi masing-masing.  1.. 2.. 3.. 4.. 5..”
Memanfaatkan lagu Bila kita membawa laptop atau ipod dan speaker mini, kita bisa memanfaatkan lagu-lagu untuk membantu manajemen kelas.
  • Putar lagu yang berirama sangat cepat (seperti Bumble Bee) ketika kita sedang meminta anak untuk secara cepat mengerjakan beberapa soal latihan. Tempo cepat ini biasanya bisa memicu anak untuk menyelesaikan soal lebih cepat, atau setidak-tidaknya tidak meminimalisasi kemungkinan anak yang bermalas-malasan dan membuang-buang waktu
  • Setelah kita menjelaskan dan kelas dalam keadaan tenang, dan bila kemudian kita meminta anak untuk berdiskusi atau bekerja dalam kelompok, biasanya anak-anak akan sungkan untuk berbicara keras karena mereka tidak mau menjadi pemecah kesunyian. Untuk membantu mendorong terjadinya diskusi dengan volume suara normal, setel lagu dan set volumenya agar tidak terlalu pelan, tapi juga tidak terlalu keras. Anak-anak akan terpaksa berbicara dengan volume normal agar suaranya bisa terdengar oleh rekannya. Setelah diskusi berjalan dengan volume normal, kita bisa mengecilkan sedikit volume lagunya agar tidak berisik
  • Gunakan lagu sebagai target waktu. Misal, minta anak-anak untuk menyelesaikan suatu tugas sampai pada batas waktu berhentinya lagu.
Menenangkan anak yang menangis Anak menangis karena banyak hal. Apalagi anak kelas kecil. Dan biasanya tangisan anak akan membuat hal menjadi lebih sulit, misal bila ada anak yang menangis di kelas maka proses pembelajaran di kelas akan berhenti, atau bila ada anak yang terluka dan menangis, ini terkadang akan mempersulit proses pengobatan karena biasanya ketika menangis anak akan menutupi wajahnya. Uniknya, seperti halnya manusia dewasa, anak-anak pun akan terpacu untuk memenuhi target asalkan targetnya jelas, bahkan ketika sedang menangis.
  • Lakukan asesmen singkat untuk mengetahui sumber tangisan anak. Bila ia menangis karena berkelahi, maka pisahkan dulu mereka. Bila ia menangis karena terluka, maka berdasarkan berat-ringannya luka putuskanlah apakah lebih penting mengobati dulu lukanya atau mendiamkannya dulu. Lalu katakana “Ibu/Bapak hitung sampai tiga, Wulan sudah harus berhenti menangis ya. 1.. 2.. 3..”. In 9 out of 10 cases, it works.
Membagi kelompok
  • Cara paling gampang adalah membagi kelompok dengan meminta anak berhitung berurutan. Misal, kita ingin membagi kelas menjadi 4 kelompok, maka minta anak untuk berhitung berurutan 1-4 dan kembali lagi 1-4 dan begitu seterusnya sampai semua anak telah mendapatkan angka. Tips: terkadang anak lupa angka yang tadi disebutkan, maka sambil berhitung, minta anak mengangkat jarinya sebanyak angkanya dan jangan diturunkan sampai selesai pembagian kelompok.
Memberikan PR dengan menyenangkan Setiap kali saya akan memberikan PR, saya akan berseru “PR?”, dan anak-anak akan menjawab “Hore!” sambil bersorak-sorai. Terdengar agak aneh, tapi ini membantu melunturkan anggapan bahwa PR itu menyebalkan. Membagikan buku PR (atau benda-benda apa saja) dengan lebih menyenangkan
  • Minta anak membentuk lingkaran, dan berikan semua buku PR pada salah satu anak. Minta semuanya menyanyikan lagu “Di Sini Senang, Di Sana Senang” (atau lagu apa saja yang ceria J) dan minta ia mencari bukunya. Lalu minta si anak memberikan semua buku sisanya pada anak di sebelah kanannya. Dan begitu seterusnya sampai semua buku berada di tangan pemiliknya masing-masing.
Membantu anak mengingat-ingat PR atau pesan untuk keesokan hari
  • Saya menggunakan kartu panitia yang bisa dikalungkan (kami menamainya ‘kartu tugas’, dan anak-anak mengisinya dengan kertas buram/kertas bekas. 15 menit sebelum pelajaran di sekolah berakhir,  saya meminta semua anak mencatat pesan-pesan untuk keesokan harinya, misal:
  1. membawa buku tulis dan pena
  2. mengerjakan PR matematika 5 soal
  3. membawa krayon
Ini akan membantu anak mengingat hal-hal yang harus dipersiapkan untuk keesokan harinya. Yang gawat adalah kalau ‘kartu tugas’ ini ketinggalan di rumah. Biasanya saya meminta anak-anak yang tertinggal ‘kartu tugas’nya untuk pulang mengambil di rumah, kecuali yang rumahnya jauh. Memotivasi dan memelihara kontinuitas Reward and recognition adalah konsep-konsep dasar psikologi manusia yang berlaku untuk siapa saja. Saya menerapkannya untuk memacu anak-anak mau terus belajar membaca dan menabung.
  • Saya menggunakan modul baca yang saya compile dari banyak sumber dan saya susun menjadi modul membaca 0, 1, 2, 3, 4 ... dan seterusnya. Mirip seperti konsep buku Iqra. Sampai saat ini anak yang paling tinggi sudah sampai modul 9. Untuk memotivasi anak agar terus mau belajar membaca, saya memberikan hadiah yang semakin lama semakin besar (oh ya, hadiahnya harus yang membantu proses belajar ya); misal:
    • Buku 1 naik ke buku 2: hadiah sebuah pensil
    • Buku 2 naik ke buku 3: hadiah sebuah pena
    • Buku 3 naik ke buku 4: hadiah sebuah buku tulis
    • Buku 4 naik ke buku 5: hadiah sebuah buku gambar + krayon
    • Dst...
    • Saya juga mengajak anak-anak untuk menabung, seribu rupiah per hari. Sebagai insentif, saya memberikan tambahan uang dari kantong saya pribadi untuk setiap target yang terpenuhi, yang akan secara otomatis tertambahkan dalam tabungan anak tersebut. Dan sebulan sekali, kami pergi ke bank di kota
      • Bila tabungan mencapai Rp 10.000, akan saya beri insentif Rp 1.000
      • Bila tabungan mencapai Rp 25.000, akan saya beri insentif Rp 2.500
      • Bila tabungan mencapai Rp 50.000, akan saya beri insentif Rp 5.000
      • Bila tabungan mencapai Rp 100.000, akan saya beri insentif Rp 25.000
      • Dst...
Membiasakan anak membuang sampah pada tempatnya Negara apa yang paling bersih di Asia? Yup, Singapore. Mengapa? Karena ada denda J Di sekolah dan di desa saya, bagi mereka tanah dan sungai dan laut adalah tempat sampah raksasa. Menyedihkan sekali melihat jalanan dan halaman sekolah penuh sampah. Maka saya menerapkan denda untuk anak-anak dan guru yang membuang sampah sembarangan: untuk setiap sampah, semester lalu denda Rp 1.000. Semester ini dendanya naik 2x lipat menjadi Rp 2.000. Apakah ini tidak memberatkan? Well, esensi denda itu memang harus memberatkan (supaya menimbulkan efek jera) tapi tidak mencekik. Anak-anak biasanya mendapat uang saku Rp 1.000-2.000 per hari. Bila hari ini mereka membuang sampah, maka mereka terpaksa tidak jajan. Terkadang anak-anak tidak punya cukup uang saku untuk membayar denda, jadi biasanya mereka akan membayar keesokan harinya. Saya tidak menyarankan untuk menagih denda yang terhutang, karena biasanya mereka tidak menyetor denda karena memang tidak memiliki uang, bukan karena lupa. Menanamkan tata tertib Pertama buatlah asesmen peraturan apa yang mutlak ada di sekolah untuk menjaga ketenangan dan ketertiban sekolah. Bagi saya, anak-anak harus belajar untuk tidak saling memaki atau berkata kotor, juga mengurangi kekerasan antarsiswa dan pada binatang, serta menghilangkan kebiasaan berebutan dan membuang sampah sembarangan. Maka saya membuat sebuah lagu dengan notasi lagu Apuse (diulang terus tanpa reff) dan meminta anak-anak menyanyikan lagu ini setiap apel pagi sampai semua hapal. Aku berkata sopan // Aku berbuat baik // Ku antre // Ku dengarkan ibu guru // Buang sampah di tempatnya // Ku sayang binantang tanaman // Itulah tata tertib SD kita. SD Papaloang!! Mengajar kelas membaca tambahan Di sini masih banyak anak kelas 6 yang belum lancar membaca. Jadi saya memberikan pelajaran membaca tambahan di malam hari. Caranya, saya memberikan modul baca fotokopian pada setiap anak, dan modul ini berfungsi sebagai buku bacaan mereka. Dengan cara duduk antre di lantai teras rumah, anak-anak satu per satu maju ke depan saya untuk ‘menyetor’ bacaan, mirip seperti metode Iqra. Bila anak sudah lancar, saya beri nilai 9 atau 10, dan boleh melanjutkan ke halaman berikutnya. Bila nilainya masih 7 atau 8, ia harus membaca lagi dan antre lagi dari belakang. catatan: temans, hanya dengan 8 bulan mengajar, sudah begitu banyak tips yang saya dapatkan dari teman-teman semua. bayangkan bila pengumpulan tips ini menjadi tradisi kita semua. lalu semua tips ini dikumpulkan, disarikan, dibagikan, maka akan semakin banyak guru-guru Indonesia yang menjadi guru yang PAIKEM. ayo berbagi! :) if its not written, it will be forgotten  :) catatan juga: temans, semua tips ini saya te

Cerita Lainnya

Lihat Semua