Teringat Perjalanan ke Tumijajar 2 (Demi sebuah harapan : memberi inspirasi)
Asril Alifi 6 Juli 2011
Hari ini adalah hari pertama perjalanan untukku melakukan salah satu program kelompok kami, yaitu road show ke SMA se- Kabupaten Tulang Bawang Barat untuk memotivasi siswa-siswa di sana untuk setidaknya punya keinginan kuliah. ini adalah salah satu program kami di dimensi advokasi pendidikan. Karena jumlah SMA nya cukup banyak (karenasebagian besar SMA terletak di pusat kabupaten) maka kami bergiliran dari hari ke hari berpasang-pasangan ke sekolah-sekolah biar cepat selesai dalam dua minggu. Hari ini kami empat orang (Aku, Selfi, Yuni, dan Faishal) berangkat pagi-pagi menuju tempat sasaran kami yang letaknya di pusat kabupaten dengan jarak tempuh kira-kira 2-3 jam dari tempat tinggal kami dengan menggunakan motor.Karena motor kami belum ada plat nomornya, aku menukar motorku dengan motor host famnya Yuni, dan faishal menukar dengan motor kepala sekolahnya.
Setelah pagi-pagi benar kami menukar motor dengan melewati jalanan yang licin dan lumpur yang luar biasa karena semalam hujan – kami langsung bertempur dengan bisingnya jalan lintas timur Sumatera. Asap debu jalan raya dan truk-truk besar yang jalannya kaya setan menghiasi perjalanan saat itu. jantung rasanya naik turun di tengah jalan.
Dengan sedikit nyasar, akhirnya kami sampai juga di Menggala, Ibu kota Kabupaten Tulang Bawang (Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah pecahan dari kabupaten Tulang Bawang, karena masih kabupaten baru, maka kalau ingin ke pusat kabupaten kita harus melewati kabupaten orang lain dulu... hehehe....). Menggala masih seperempatnya. Kemudian kami menyisir daerah yang bernama kampung tua (jangan tanyakan asal-usulk daerah ini, karena kami juga masi belum tahu.. hehe) di sini kami akan menelusuri jalan rusak lagi, ti tambah bonus bebatuan yang cukup mengancam ban motor. Setelah beberapa kilometer masuk, tiba-tiba sang motor rewel.
Tak ada sedikit pun gerakan maju terjadi padahal mesin masih menyala. Ku kencangkan gas, ku injak-injak perseneling maju mundur tetap tak ada reaksi. Kumatikan mesin lalu kunyalakan lagi. Dan masih sama juga. Mesin menyala, gigi berfungsi namun sama sekali tak ada gerakan maju. Penasaran. Kucoba lagi Nyalakan mesin masukkan gigi matikan lagi – sampai tiga kali berturut-turut... hasilnya : NIHIL....
Tengok kanan kiri depan belakang. Ah akhirnya ada orang lewat juga. Stop sebentar dan bertanya apakah ada bengkel di sekitar sini. Ah. Untungnya ada. Dengan sedikit bertenaga menuntun sampai beberapa puluh meter akhirnya ketemu juga tuh bengkel. Kuceritakan semua asal muasal kejadiannya (kalau di film-film mungkin kaya adegan flash black ke belakang dengan panorama sephia kali ye...). mas montir manggut-manggut menjelajahi bagian mesin. Setelah menunggu hasil kesimpulannya dia malah melontarkan pertanyaan “Rantainya mana mas?” hah rantai???? Sebuah kata yang sama sekali janggal di benakku. Penasaran. Aku ikut-ikutan melihat bagian yang di tunjuk mas montir. Alamaaaaaakkkk.... betapa terkejutnya aku melihat motor tua ini tak lagi memunyai rantai. Terjawab sudah rasa penasaranku dari tadi. Ternyata bukan mesinnya yang bermasalah, tapi rantai motor yang raib entah ke mana.
Terpaksa kukucek sakuku dalam-dalam... hmmm... tak cukup untuk membeli rantai baru. Kami pun akhirnya saling sumbang-menyumbang demi menyembuhkan motor ini lagi, uang terkumpul. Pemasangan pun di mulai. Kulihat jam tangan. Hmmmm..... tanpa penjelasan si selfi langsung paham bahwa ia harus menelfon bapak kepala sekolah SMA untuk menunggu sebentar. Danmengabarkan kami agak sedikit telat (padahal mungkin bisa banyak juga telatnya). Kurang lebih 45 menit rantai baru menghiasi motor ini. perjalanan pun di mulai kembali. Perjalanan yang membosankan, karena sejauh mata memandang ke depan dan belakang adalah jalan lurus yang kosong tanpa ada pengendaraa lain yang berpapasan dengan kami. Sementara di kiri dan kanan jalan panorama hutan karet sama sekali tak menarik untuk dinikmati. Dalam hati aku bersyukur. Untung saja rantai motor tadi tak putus di sini. Kalau gak mau kemana kita mencari pertolongan di tempat yang sepi minta ampun ini.
Di sebuah persimpangan kami berpisah menuju sekolah sasaran masing-masing, tiap sekolah dua orang. Aku dan selfi meluncur ke SMA Tumijajar 2. Kami telat sekitar 45 menit. Setelah ketemu kepala sekolah tak lupa kami meminta maaf dan sedikit penjelasan tentang ketelatan kami. Pak kepala sekolah pun paham dan meminta seorang guru untuk mengantarkan kami ke aula (lebih teepatnya dua ruang kelas yang dibuka sekatnya, sehingga tampak lebih luas) yang telah dipenuhi dengan siswa-siswa kelas 3.
Sebelum meninggalkan kami, sang guru sempat bertanya. “Mas setelah ini gak ada jualan-jualan kan?” hah....???? kami tertegun sejenak. Sial... masa tampang keren-keren gini dibilang mau jualan. Emang ada wajah-wajah sales gitu yah kita. Sedikit melongo menanggapi pertanyaan sang bapak guru ini. tahu melihat keheranan kami, sang bapak guru langsung ,memberi penjelasan “Soalnya dulu ada juga yang kaya mas dan mbak ini, bilangnya sosialisasi, motivasi, tpi akhir-akhirnya jualan buku.” Kami pun menjawab singkat “oh, tidak kok pak. Tenang saja.” Setelah sang bapak pergi meninggalkan kami sambil berucap “oh, ya syukur deh kalo gitu” – kami langsung menuju arena. Ke depan anak-anak SMA yang sudah duduk rapi di barisan depan, dan duduk semrawut di bagian belakang.
Action. Kami pun berbicara ngalor ngidul. Tentang mengapa kita harus kuliah. apa saja sih yang di dapat dari kuliah. kampus-kampus yang oke buat kuliah. suka duka di bangku kuliah. sampai hambatan-hambatan dan solusinya. Terakhir tentunya tentang beasiswa bidik misi dan paramadina fellowship bagi mereka yang berkeinginan kuat untuk kuliah tapi terkendala biaya.
Lancar? Hmmmm.... lumayan... setidaknya kami menyimpulkan ada tiga tipe audiens kita saat itu : 1. Anak-anak yang sama sekali tak ingin kuliah. entah karena kebun karetnya udah bejibun atau yang lainnya. 2. Pengen kuliah tapi terkendala biaya dan minimnya akses informasi 3. Bingung gak tau pengen kuliah atau gak. Beberapa anak yang antusias mengerubungi kami seusai acara. Jumlahnya tak banyak. Namun itu sudah membuat kami terharu. Hmmm..... ternyata masih ada anak-anak di pelosok sini yang masih sadar tentang pentingnya pendidikan tinggi. Semoga kalian dapat yang terbaik dik. Kejar mimpi-mimpimu itu. jangan kau lepas sedikit pun.
Efek samping setelah acara itu adalah aku harus menyebar nomor hand phone dan akun face book ke mereka. Tak lama kemudian, setelah aku meluncur meninggalkan sekolah itu inbox hp mulai banyak nama-nama baru. Face book pun mulai banyak wajah-wajah asing yang nge-add. Dan satu cir khas mereka semua adalah bahsanya yang allay abis. Butuh tenaga ekstra untuk memahami bahasa tulis mereka yang entah bagaimana sejarah dan penemunya ini. Eyalah... gak di kota gak di desa semuanya pada jadi allay-ers. Hal yang serupa juga di alami Pengajar Muda TBB yang lain. Hingga akhirnya hal ini menjadi bahan bahsan dan becandaan kami. Bahkan sms-sms kami pun banyak yang ketularan bahasa semacam ini..... hahaha...
Tugas sudah selesai. Saatnya pulang. Dan beberapa kilometer berjalan jalan motor mulai bermasalah. Namun kali ini aku yakin pasti nukan karena rantai karena masih bisa bergerak maju hanya saja agak terseok-seok dan goyang senggol. Melongok ke bawah. Apa yang terjadi ? ban belakang sudah tak lagi mengandung angin. Hmmm.... nuntun lagi mencari tukang tambal ban dan alhamdulillah tak sebegitu jauh.
Kurang lebih 30 menit ban motor sudah berfungsi kembali. Perjalanan pun di lanjut. Jalan-jalan sepi minta ampun itu kembali kami temui. Di tambah rasa lelah yang sedikit membebani kami, jalan sepi minta ampun ini bagaikan suara nyanyian pengantar tidur. Tanpa sadar ternyata beberapa lamanya aku menyetir motor dalam keadaan tak lagi dengan mata melek. Untungnya ini masih di jalan yang sepi minta ampun tadi. Haahhh.... kami pun istirahat sejenak. Memulihkan sedikit tenaga sambil membalas sms-sms dan meng-accept adik-adik berbahasa allay yang kita jumpai tadi. Semnagant berjuang dik.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda