Perginya Seorang Anak Muda
Asril Alifi 1 Agustus 2011
Kami mengenalnya di acara MTQ (Musabaqoh Tilawatil Qur’an) Kabupaten Tulang bawang barat. Waktu itu kami sama-sama menjadi panitia. Ia adalah anak mudah yang sangat energik. Lulusan SMK yang sangat supel dan selalu aktif dalam kegian-kegiatan desa. Karena sifatnya yang asyik, kami pun langsung cepat nyambung. Banyak sekali yang kami obrolkan, diantaranya tentang kegiatan yang akan kami (Pengajar Muda) laksanakan, yaitu kegiatan Road Show Ke SMA Se-Kabupaten untuk memberikan motivasi kuliah, pengenalan kampus, dan sosialisasi beasiswa Bidik Misi dan Paramadina Fellowship.
Singkat cerita, Merasa tertarik dengan yang kami bicarakan, ia pun lalu memutuskan utnuk ikut meng-aply beasiswa paramadina Fellowship. Di suatu kesempatan yang lain, ia bersama salah satu temennya yang juga ikut aply paramadina Felowship datang ke rumah Faishal untuk konsultasi pengisian form beasiswa Paramadina felowship. Aku dan Mas Handry Hundomal ( Fotografer dari Crew Edward Suhardi Prduction yang sedang berkunjung untuk mengambil foto-foto para pengajar Tulang Bawang Barat) yang kebetulan sedang ada di situ kemudian ikut nimbrung untuk Memberikan berbagai masukan ini dan itu itu. berkat penjelasan mas Handry yang kebetulan pernah kuliah di Desain komunikasi visual, akhirnya mereka berdua memutuskan untuk mengambil jurusan tersebut. Esoknya ia berkunjung lagi ke rumah faishal untuk menyerahkan form pendaftaran Paramadina felowship yang sudah beres. Kami pun sempat ngobrol sebentar tentang penyempurnaan pengisian form. Karena aku dan faishal ada sedikit keperluan di luar rumah, pertemuan kami pun bisa dibilang cukup singkat.
Esok paginya Dadaku rasanya dipukul godam dengan sangat kuat.terdengar sebuah kabar yang membuat aku sangat terkejut. Pemuda itu masuk rumah sakit, karena semalam setelah dari rumah faishal ia mencoba melakukan aksi menghilangkan nyawanya sendiri dengan cara meminum obat rumput. Kronologisnya masih simpang siur saat itu. terlalu banyak yang bercerita, terlalu banyak versi. Jika saja desa itu memunyai koran sendiri, mungkin berita itu akan menjadi head line dan berlembar-lembar-lembar pembahasan saat itu. akhirnya, Aku dan faishal memutuskan untuk menjenguknya di rumah sakit nanti siang setelah sepulang ngajar.
Matahari sudah berada tepat di atas ubun-ubun. Jam sekolah telah habis. Aku pun langsung menuju ke tempat faishal untuk menjemput pemuda yang sekarat karena obat rumput tadi. Ya, kami memang sudah merasa dekat sekali dengan pemuda itu. Faishal tidak ada di rumah saat itu. seseorang mengabarkan kalau ia sedang berada di rumah pemuda itu. aku pun melaju ke sana. Terkejut bukan main. Dadaku serasa di gebuk godam dua kali lebih kuat dari tadi pagi. Bendera kuning terpasang di rumah pemuda itu. faishal yang melihatku langsung menghampiriku dan berkata lirih “Dia sudah meninggal, nyawanya tidk tertolong di rumah sakit tadi.”
Kami melihat jenasah pemuda itu dimandikan. Mukanya sangat pucat. Beberapa bagian tubuhnya, terutama bibir terlihat membiru. Kami melihatnya dengan hati yang hampir tak percaya. Pemuda itu. Pemuda yang masih punya impian untuk sekolah lagi. Pemuda yang banyak berkontribusi bagi desa. Kenpa? Kenapa?
Dada kami berdua sedikit sesak, pikiran kami ikut-ikutan kusut sampai kami mengantarnya menuju liang lahat, tempat peraduannya selama-lamanya. Kami pun tak habis pikir dengan motif pemuda itu melakukan ini semua, yang kami dengar juga masih dalam banyak versi namun menjurus pada satu inti yang sama : Sebuah permasalahan cinta romantisme masa remaja. Ya, hanya karena itu, sekarang ia harus menutup matanya selama-lamanya. Sebuah cerita yang hanya sering aku dengar di kota-kota, aku baca di berbagai media, aku tonton di berbagai acara berita TV – sekarang aku melihatnya langsung. Real.. Dadaku pun masih belum berhenti dari sesak.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda