Catatan Wali Kelas 1 (3) Melangkah ke Rumah Siswa

Asri Diana Kamilin 3 September 2016

Cuaca sedang bersahabat ketika saya melanjutkan kunjungan ke rumah anak-anak sebagai wali kelas 1. Menyusuri desa bagian hilir hingga paling ujung. Melangkah di satu-satunya jalan selebar kurang lebih 1 meter bersama rombongan anak-anak yang kian mengular. Anak-anak yang keluar dari rumahnya dan mendampingi saya sampai ke batas desa.

 

Kunjungan ini dimaksudkan agar saya sebagai wali kelas dan keluarga sebagai 'pemilik asli' anak sejalan dalam mengerahkan hati, pikiran dan kemampuan demi proses pendidikan anak. Selain itu, agar proses yang terjadi di kelas tidak sekedar transfer ilmu, tapi penuh nuansa kekeluargaan. Saya juga ingin merasakan bagaimana kehidupan anak-anak di rumah dan lingkungan bermainnya. Berapa jauh jarak rumah anak ke sekolah. Berinteraksi langsung dengan orang tuanya, walaupun sebulan lalu kami sudah bertemu di pertemuan orang tua siswa yang kami adakan di sekolah.

 

Dari silaturrahim ini, saya melihat langsung rumah Jumah yang berbentuk kotak dari kayu berukuran 4x4 meter. Rumah sepetak ini berisi kasur, lemari dan peralatan dapur. Abah Jumah sudah meninggal. Jumah tinggal dengan mamak dan seorang kakaknya. Ketika saya kesana, mamak Jumah menggunakan topi caping dalam posisi memancing di sungai pinggir rumah. Saya mengucapkan salam dan memeluk erat mamak Jumah. Kami berbincang, utamanya tentang surat yang diberikan mamak Jumah kepada saya. Surat ini isinya menyesakkan dada, tapi maaf, tidak bisa saya ceritakan isinya. Saya berdoa agar Jumah kecil bisa hidup tegar seperti mamaknya dan menjadi kebanggaan keluarga dengan ilmu dan pendidikannya kelak.

 

Perjalanan ini juga mengantarkan saya pada rumah paling jauh di hilir, yakni rumah Rahmi. Anak cerdas, salah satu yang paling rapi dan rajin di kelas. Dari cerita mamaknya, saya tahu bahwa Rahmi sudah mandi sejak Subuh di sungai. Rahmi tidak mau terlambat ke sekolah, jadi mandi dan berangkat pagi sekali. Padahal, di musim ini, air sungai di pagi hari dinginnya membuat kulit berdenyut. Anak kecil, mandi pagi buta dengan jarak rumah terjauh dari sekolah dan dia duduk di kelas saya. Saya melihat seorang dokter di depan saya, sepeti cita-citanya.

 

Kunjungan ini juga membawa saya ke rumah Jamiah, adik dari Marhat. Marhat adalah anak kelas 5 yang sering menjadi perbincangan guru-guru karena kecerdasannya. Bu Fit, wali kelasnya, seringkali bercerita mengenai rajinnya Marhat di kelas. Ketika saya masuk ke kelas 5 untuk mengajar agama, Marhat menjadi siswa yang paling aktif berpendapat namun dengan pembawaan tenang. Rumah mereka tidak lebih dari sekotak kayu yang bergabung untuk tidur, menyimpan hasil panen dan dapur. Hampir semua rumah disini tanpa kamar mandi karena MCK dilakukan di sungai. Dari keluarga inilah saya diberi sekarung jagung. Saya menolak karena saya malu, dengan kesederhanaan mereka masih juga berbagi pada saya. Tapi, keluarganya memaksa hingga jagung pun dibawa ke rumah saya. Saya tidak tahu lagi harus berkata apa..

 

Di lain tempat, saya mendengar cerita mamak Bawai yang menitipkan uang seragam kepada anaknya, tapi tidak sampai ke saya. Uang yang akhirnya dibuat jajan. Hal yang akhirnya menjadi bahan saya untuk mengingatkan anak2 di kelas untuk menyampaikan pesan orang tua.

 

Kunjungan lain saya lakukan ke rumah Udin, salah satu siswa yang aktif di atas rata2 siswa kebanyakan. Siswa yang jika tidak diberi tugas tertentu akan berkeliling kelas, menggedor bangku teman2nya untuk menyalurkan energinya. Anak cerdas yang super aktif di kelas.

 

Di bagian hilir juga ada rumah Radina, Nisa, Indut, Riduan, Ilham, Mawardi yang sudah saya kunjungi. Anak-anak yang tinggal di desa bagian hulu lebih dulu saya datangi. Tinggal anak yang bermukim di desa seberang. Seorang anak yang ibunya sedang mengandung. Abdi namanya. Semoga saya segera bisa kesana.

 

Dari kunjungan ini, saya memahami bagaimana semangat anak untuk bersekolah. Malu rasanya jika saya tidak memberikan yang terbaik bagi mereka. Perjuangan yang tidak hanya tentang pikiran, namun juga hati, waktu dan tenaga. Berbagi kebaikan sepenuh jiwa sebagai jalan beribadah kepada-Nya.

 

#SDNBaru

#DesaBaru #HuluSungaiSelatan #IndonesiaMengajar


Cerita Lainnya

Lihat Semua