Selamat Jalan, Irene
Amalia Fitri Ghaniem 30 November 2013Beberapa bulan yang lalu, pagi hari saat saya datang ke sekolah, tiba-tiba ada nona cantik menghampiri saya dengan tersenyum, memberikan secarik kertas sambil berkata “Pagi Ibu, ini karangan saya buat diikutkan dalam lomba menulis”. Nona ini satu-satunya murid yang mengumpulkan dengan inisiatifnya dia sendiri, tanpa saya dorong dan saya ingatkan berulang-ulang kali. Betapa bahagianya saya saat itu, menambah semangat saya di pagi hari. Nona cantik ini bernama Irene Yolsandi Modok, murid saya yang duduk di kelas 5 SD. Namun, Selasa 26 November 2013 kemarin, nona cantik ini meninggal dunia.
Sebelumnya hari Senin malam, saya memang sudah mendengar kabar kalau Irene kecelakaan motor. Dia dan kakaknya hendak mengirimkan susu untuk adik kecilnya yang saat itu sedang ada di rumah tantenya. Namun siapa duga, ternyata dalam perjalanan ajal datang menjemput Irene. Irene dan kakaknya menabrak babi di jalan, sehingga Irene pun terlempar dan kepalanya terbentur keras ke tanah. Kepalanya berlumuran darah dan ia pun muntah. Dia langsung dilarikan ke rumah sakit, namun Irene tetap belum sadarkan diri.
Keesokan paginya saya mendengar berita bahwa Irene belum sadar dan akan dirujuk ke Rumah Sakit di Kupang. Ketika Irene hendak dimasukkan dalam ambulance, ia pun sudah menghembuskan nafasnya yang terakhir sambil menitikkan air mata.
Ketika mendengar berita bahwa anak ini sudah meninggal dunia, sekejap saya pun langsung lemas. Bagaimana tidak, kejadian ini semuanya berlangsung begitu cepat. Ditambah lagi saya masih memiliki bingkisan hadiah kecil buat nona manis ini sebagai apresiasi saya karena sudah membuat karangan untuk KONFA BOBO beberapa bulan yang lalu. Rencananya hadiah itu akan saya kasih minggu ini. Namun takdir berkata lain, bingkisan kecil itu kini menjadi tak bertuan.
Irene anak yang sangat baik. Tidak pernah sekalipun selama saya mengajar Bahasa Inggris di kelas 5, saya menegurnya. Dia selalu mengerjakan PR sendiri, tidak peduli jawabannya benar atau salah, perilakunya selalu sopan dan tidak pernah ribut di kelas. Dia sering pula menemani saya ketika saya berjalan-jalan keliling desa, pergi ke kebun, nonton latihan jambore di gereja dan masih banyak lagi. Setiap pagi, ketika saya datang ke sekolah dan berjalan melewati halaman depan kelas 5, selalu ada sapaan dan senyuman dari Irene berkata “Selamat pagi, Ibu”. Kini senyuman manis itu tidak ada lagi, Irene telah dipanggil ke sisiNya.
Tangisan pilu terdengar dari dalam rumah duka ketika saya melayat. Irene anak perempuan paling besar dan anak kesayangan bapaknya. Dia yang selalu membantu Ibunya di rumah, seperti cuci piring, membuat teh jika ada tamu dan pekerjaan lainnya. Irene anak yang berbakti kepada orang tuanya. Tidak hanya keluarga, teman-teman di sekolah pun merasa sangat kehilangan. Ketika pemakaman, teman-teman kelas 5 dan 6 memberikan lagu dan puisi persembahan terakhir untuk Irene sambil dihiasi air mata yang bercucuran. Tidak hanya keluarga dan sekolah, Desa Modosinal pun bersedih karena kehilangan putri daerahnya.
Selamat Jalan Irene sayang. Mungkin pertemuan kita hanya berlangsung selama sekitar 5 bulan. Tapi nama mu akan selalu membekas di hati Ibu.
Karya Tulis yang Irene buat untuk dikirim ke KONFA BOBO 2013 :
Makanan Sehat Sangat Berguna Bagi Tubuh
Namaku Irene Modok umurku 11 tahun. Aku duduk di kelas 5 SD. Aku selalu diajarkan untuk mengkonsumsi makanan sehat yang dapat memberi manfaat bagi tubuh di masa pertumbuhanku. Setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah untuk menambah ilmu buat bekal hidupku di hari depan, tak lupa aku bersyukur kepada Penciptaku yang telah mengkaruniakan aku, ayah dan ibu yang dengan setia menyiapkan sarapan bagi kami.
Ibuku dengan terampil akan mengolah hasil kebun kami yaitu sayuran dan buah-buahan untuk sarapan dan makan siang kami setelah pulang dari sekolah. Lauk yang disajikan ibuku pun bervariasi dan yang paling sering disediakan adalah daun singkong, bayam dan buah pepaya. Tak lupa ibu membeli ikan dan tempe karena makanan itu sangat tinggi proteinnya bagi tubuh kami.
Makanan yang paling kusukai adalah dadar telur karena telur sangat tinggi proteinnya. Kini aku berterima kasih pada kedua orang tuaku yang selalu memberi makanan yang bergizi. Semoga Tuhan selalu melimpahkan rahmatnya bagi mereka.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda