Batumbang

Alyandra Gusman 23 September 2017

 Desaku, Desa Sindawak tempatku mengabdikan diri menjadi seorang guru untuk belajar bersama anak anak Indonesia, terletak di kaki pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan. desa berhawa sejuk yang dipenuhi rindangnya pepohonan besar nan asri. masyarakat disini mayoritas suku Banjar, yang telah menetap lebih dari 5 generasi. keberadaan suku Banjar di Sindawak tentu juga membawa tradisi unik, salah satunya batumbang.

Apa sih itu batumbang?

Sore itu aku diajak muridku Alpi untuk ikut batumbangan anak kecil di kampung, yang letaknya dekat dengan rumah keluarga angkat ku. "Batumbangan itu apa ?", tanyaku pada alpi. "itu kak ada apam di kepala bayi", jawabnya lucu. 

Hah? Apaan? Nggak ngerti.. pikir ku, tertegun sejenak sambil mencoba memahami apa yang dimaksud muridku itu.

Abahnya Alpi juga hadir dalam batumbang ini, karena masih salah satu kerabat. Sedikit terkekeh, Abah Alpi menjelaskan bahwa ini adalah tradisi selamata anak yang berumur 0-3 tahun.

"Pak Ale lihat ya sampai selesai," ujar Abah Alpi dengan pandangan teduhnya. Abah Alpi, penyebutan nama di sini unik. Biasanya, nama anak pertama akan mengikuti panggilan ayah ibunya. Misalnya, anak pertama bernama Idah, maka panggilan akan jadi Mama Idah. Seperti halnya Abah Alpi, karena anak pertama Abah bernama Alpi.

Suguhan dalam batumbang adalah teh hangat dan kue apam, kue beras yang dikukus berwarna putih dan merah muda. Seluruh warga kampung hadir dalam tradisi ini, termasuk juga kerabat keluarga si bayi. Tradisi ini dimpin seorang kiyai, orang yang dituakan di kampung,yang juga merupakan tokoh agama. Doa-doa dipanjatkan, zikir, mengawali batumbang. Tradisi ini dihadiri warga yang muslim terutama. Batumbangan dilakukan dengan si ayah memberdirikan anak di atas bantal, lalu kiyai meletakkan kue apam yang besar di atas kepala bayi. Lucu deh melihat ekspresi si anak kebingungan dengan kue apam besar di atas kepalanya. Saat kue apam diletakkan di atas kepala si anak, kiyai akan membacakan syahadat yang ditirukan oleh semua yang hadir. Pada kesempatan ini, sungguh kehormatan, “Pak Ale silakan bantu untuk memimpin pengucapan syahadat,” kata kiyai. Aku mengambil kue apam besar itu dan meletakkannya di atas kepala anak, sambil memimpin seluruh warga mengucapkan kalimat syahadat bersama-sama. Selesai. Setelah pengucapan syahadat, maka selesailah sudah seluruh rangkaian batumbangan untuk si anak manis. Alpi dengan ekspresi lucu lantas mendekatiku katanya, “Benar kan Kak ada apam dikepala bayinya.. Hihihi..,” lalu Alpi menjauh sambil malu-malu senang. Ah ya.. lucu memang

Topik #PMXIV #pengajarmuda #pmhss #pmberkisah #pmbercerita #kisahHss #tradisi #sukuBanjar


Cerita Lainnya

Lihat Semua