Habibi dan Bola Matanya yang Hitam
Aik Vela Pratisca 10 April 2015“Ibu Aik, Ibu Aik!”
Suara seorang anak kelas tiga terdengar dari arah pintu masuk kelas. Dia berlari menghampiri gurunya ini dan langsung menggandeng tangan gurunya ini tanpa canggung.
Dia adalah Habibi. Tubuhnya kecil dan nampak seperti masih kelas satu SD. Bahkan, suatu ketika Habibi pernah berjalan bersama anak kelas satu, perawakannya sangatlah mirip. Namun, semangatnya untuk belajar dan naik kelas dengan nilai yang baik, sangatlah tinggi.
Habibi selalu punya trik khusus untuk meminta maaf pada gurunya ini. Suatu hari, ia tidak mengerjakan tugas rumah diberikan gurunya ini. Gurunya ini hampir putus asa ketika Habibi tidak menunjukkan rasa bersalahnya karena tidak mengerjakan tugas. Dia hanya tersenyum tanda tidak mampu memberi alasan apa-apa. Matanya berbinar seperti ada genangan air yang ditahannya jatuh.
“Ibu Aik, aku rewang ibuku,” (ibu Aik, aku membantu ibuku)
Lalu, sebelum air mata itu jatuh, gurunya ini segera memintanya duduk kembali dan tidak menilai tugas semua siswa. Habibi memandangi wajah gurunya ini dan bola matanya yang hitam itu seolah mengirim sinyal permohonan maaf. Iya, bola mata Habibi yang hitam itu selalu ingin menunjukkan bahwa dirinya adalah anak yang kuat, meski sedari kecil ia sudah harus membantu pekerjaan rumah ibunya. Meski kadang Habibi melalaikan tugasnya, tapi ia tetaplah Habibi yang nantinya akan tumbuh menjadi anak yang kuat untuk berbakti pada kedua orang tuanya.
Karang agung, 15 Maret 2015
23.15 WIB
late post
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda