Akhirnya Mereka ke Hutan Samak
Agus Rachmanto 16 Mei 2011
Sabtu, 16 April 2011, adalah hari yang bersejarah bagi Hutan Samak. Bagaimana tidak, puluhan murid dari beberapa kampung datang dan berkumpul di SD N 4 Titi Akar, di Dusun Hutan Samak. Puluhan murid yang datang tersebut juga didampingi guru dari sekolah masing-masing selain dari Pengajar Muda yang ditempatkan di sekolah yang bersangkutan.
Kedatangan anak-anak itu untuk mengikuti babak II (semi final) Olimpiade Sains Kuark (OSK) 2011. Secara mengejutkan, ada seratus murid yang lolos ke babak semi final dari sekolah yang menjadi lokasi penempatan PM di Kabupaten Bengkalis.
30 peserta mewakili Kecamatan Rupat Utatra, 5 peserta mewakili Kecamatan Rupat dan 65 menjadi utusan Kecamatan Bantan. Kejutan ini merupakan anugrah yang membanggakan. Kami, PM yang bertugas di Kabupaten Bengkalis, pada awalnya hanya menjadikan OSK tahun ini sebagai ajang uji coba untuk anak-anak. Tidak ada persiapan yang berarti untuk menghadapi OSK babak I beberapa pekan lalu. Kami hanya ingin anak-anak bisa merasakan suasana kompetisi. Itu saja.
Namun anak-anak nyatanya bisa berbuat lebih. Dan ini patut kami syukuri.
Kami berencana mengadakan OSK Babak II (semi final) pada satu lokasi. Namun kendala geografis tidak memungkingkan. Kecamatan Bantan berada di Pulau Bengkalis sedangkan dua kecamatan lain berada di Pulau Rupat. Akhirnya kami berkesimpulan untuk mengadakan pada dua lokasi. Pertama di Bantan dan tempat kedua di Rupat.
Untuk pelaksanaan OSK di Pulau Rupat, kami berenam PM di Pulau Rupat, sepakat untuk mengadakan di Hutan Samak. Ada dua alasan mengapa kami menjadikan Hutan Samak sebagai tempat penyelenggaraan. Pertama, Desa Titi Akar merupakan penyumbang peserta mayoritas (Dusun Hutan Samak merupakan bagian dari Desa Titi Akar) dan kedua, kami ingin membuka mata masyarakat tentang Hutan Samak.
Alasan pertama menjadi logis secara matematis karena SD N 4 Titi Akar menyumbang delapan peserta sedangkan SD N 8 Titi Akar menyumbang 17 peserta. Alasan ini didukung oleh alasan kedua. Alasan kedua inilah yang memenangkan Hutan Samak (SD N 4 Titi Akar) dibanding dengan Suka Damai (SD N 8 Titi Akar). Secara kebetulan lima hari sebelum OSK di SD N 8 Titi Akar menjadi tuan rumah penyelenggaraan MTQ tingkat kecamatan.
Alasan kedua, membuka mata dunia tentang Hutan Samak, benar-benar menjadi kenyataan.
Hutan Samak adalah daerah yang secara geografis terisolasi. Satu-satunya jalan untuk keluar dari Hutan Samak adalah menyebrang selat menuju ke Titi Akar. Mayoritas masyarakat Hutan Samak adalah Suku Akit, suku yang dianggap terbelakang dan senantiasa menjadi simbol segala sesuatu yang negatif.
Masyarakat Akit sampai sekarang masih dilabeli stempel jahat dengan apa yang oleh masyarakat disebut sebagai Santo, yakni semacam santet. Selain santo, masyarakat umum juga takut berhubungan dengan masyarakat Akit karena ada keyakinan mereka hobi meracun orang, siapa saja, dengan cara menaburkannya pada makanan atau minuman yang mereka suguhkan.
Bu W begitu ketakutan untuk melepaskan anaknya pergi ke Hutan Samak mengikuti OSK. Salah seorang PM harus meyakinkan beliau bahwa segala konsumsi makanan diurus oleh saya dan kepala sekolah SD N 4 Titi Akar yang keduanya non-Akit. Bu W akhirnya mengijinkan anaknya datang dan menyertainya (kebetulan Bu W juga guru di tempat anaknya belajar).
Bu W adalah seorang Melayu dari Pulau Bengkalis yang telah tinggal belasan tahun di Pulau Rupat. Dan percaya atau tidak, ini adalah kali pertama ia pergi ke Hutan Samak.
Bu W tidak seorang diri sebagai yang kali pertama. Seorang guru yang berumur 20-an tahun dari SD N 8 Titi akar juga baru pertama kali menginjakan kaki di Hutan Samak. Padahal ia lahir dan dibesarkan di Desa Titi Akar.
Bagitulah, Hutan Samak yang tak pernah terjamah dan orang-orang Akit yang senantiasa mendapatkan stempel negatif.
Saya bukannya tidak percaya dengan santo, santet, dan segala macam hal-hal yang tak terlihat. Saya juga bukannya tidak takut terhadap kematian. Namun saya percaya bahwa Gusti ora sare, Tuhan tidak tidur. Dan saya tidak mau ditaklukan oleh rasa takut yang berlebihan. Toh saya telah empat bulan lebih hidup di Hutan Samak.
Saya bersyukur atas prestasi anak-anak dalam OSK yang setidaknya sudah mampu menembus babak semi final. Apapun hasilnya nanti, mereka adalah juara setidaknya bagi Hutan Samak.
Saya juga bersyukur atas peserta dari daerah lain dan para guru yang bersedia datang dan melihat sendiri bagaimana Hutan Samak.
Dan tentu saja saya bersyukur atas hidup dan kehidupan serta kesehatann yang senantiasa Tuhan anugerahkan. Untuk mereka, untuk senyum mereka.
Salam hangat dari Rupat, salam Pengajar Muda!
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda