info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Pergi Pertama, Langsung Mengharumkan Nama Sekolah

adji prakoso 30 April 2013

Tulisan ini didekikasikan khusus untuk seorang jagoan kecilku. Bocah kebanggan sekolah, guru dan teman-temannya. Namanya Lulu, singkat dan padat tanpa embel-embel apapun. Dia  salah satu murid penghuni kelasku. Usianya baru sebelas tahun, namun sudah menjadi kebanggaan sekolah. Lulu atlet catur puteri SDN Kepayang, sekolah penempatanku. Sekaligus wakil kecamatan Bayung Lencir dalam lomba Lomba O2SN ( Olimpiade Olahraga dan Sains Nasional ). Mewakili sekolah dan kecamatan jelas bukan perkara mudah, butuh kerja keras dan pengorbanan.

Semua berawal ketika ibu kepala sekolah memberitahukan akan diadakan lomba O2SN, yang berawal di tingkat gugus. Kecamatanku membagi sekolah-sekolah dalam empat gugus, karena banyaknya jumlah sekolah dasar. Jarak antara pemberitahuan pengumuman dan pelaksanaan lomba hanya terpaut dua belas hari. Ibu kepala sekolah menyerahkan semua persiapan kepadaku. Aku sambut pemberitahuan itu dengan keraguan, karena jarak waktu menuju hari pelaksanaan lomba mepet. Apalagi aku juga berjuang sendirian mengurusi persiapan lomba lainnya, semisal Olimpiade Sains Kuark. Sempat aku tawarkan kepada beberapa guru untuk bergabung dalam persiapan lomba O2SN tahun ini. Jawabannya hanya senyum, yang maknanya absurd.

Langkah awal menyeleksi beberapa cabang lomba yang memungkinkan di ikuti jagoan-jagoan kecilku. Inginnya membawa semua cabang, terutama olahraga populer seperti volley dan sepakbola. Tapi sulit merealisasikannya, karena dibenturkan persoalan dana. Maklum ongkos pulang pergi desa-kecamatan menghabiskan seratus lima puluh ribu rupiah untuk satu orang. Biaya mahal karena transport umum yang tersedia hanya angkutan sungai. Seleksi selesai dilaksanakan, terpilih empat orang yang mewakili tiga cabang perlombaan. Sri Malini dan Randi Ariando siswa kelas empat mewakili lomba pemilihan siswa berprestasi, Chandra Wijaya siswa kelas lima bertarung di cabang bulutangkis dan Siswi Lulu bertanding di cabang olahraga catur.

Setelah seleksi kami fokus berlatih. Dari pagi sebelum masuk sekolah, siang hari lepas kegiatan belajar mengajar, sore ketika matahari hampir terbenam dan malam hari saat bulan melepaskan cahaya indah. Bahkan jagoan kecilku bernama Lulu rela menyebrangi sungai dengan getek, agar dapat berlatih selepas pulang sekolah Sebab rumah Lulu bersebrangan dengan letak sekolah. Lawan latihan catur Lulu tidak lagi anak murid, karena mereka semua sudah kalah dengannya. Partner ujicobanyadisekolah saya. Sedangkan dirumah, ustad dekat rumahnya yang terkenal tangguh bermain olahraga pengasah otak itu jadi lawan latihannya. Lulu pemain tangguh dan sulit dikalahkan, dia sering membuat bapak gurunya tidak berdaya.

Akhirnya waktu penantian tiba, kami delegasi SDN Kepayang siap bertarung dalam ajang O2SN. Pada awalnya berharap ibu kepala sekolah mengajak jagoan-jagoan kecilku ke kecamatan menggunakan angkutan air ( speedboat ). Namun harapanku, harus dikompromikan dengan ketersediaan dana. Kamipun berangkat menggunakan mobil kepala sekolah, melewati hancurnya jalan perkebunan sawit milik Trans National Corporation . Bahkan beberapa kali kami harus membantu ayah mendorong mobilnya agar tidak terjebak kubangan lumpur. Waktu tempuh berubah sangat drastis, apabila menggunakan angkutan sungai desa-kecamatan dihabiskan dua setengah jam. Menggunakan mobil kami menghabiskan waktu perjalanan selama empat jam setengah. Jagoan-jagoan kecilku  mengalami mabuk perjalanan, antimo tidak ampuh melawan medan desa-kecamatan.

Sekitar pukul 10.30 WIB kami tiba di tempat pertandingan, tanpa waktu istirahat. Jagoan-jagoan kecilku langsung bertarung di ajangnya masing-masing, karena kami terlambat sekitar tiga puluh menit. Di pertandingan awal catur puteri, hampir saja Lulu kalah melawan murid SDN Muara Medak, sekolah penempatan pengajar muda Fini Rayiarifiyani. Set pertama hanya tersisa raja, namun Lulu dapat menahan remis jagoan catur Muara Medak. Selanjutnya kemenangan berlanjut hingga babak final. Lulu dinobatkan sebagai pemenang catur puteri ditingkat gugus dan berhak melaju ketingkat kecamatan, bersama juara dua.

Terharu melihat perjuangan jagoan kecilku itu, bahkan aku spontan melompat dan berteriak ‘yes juara satu’. Ini adalah salah satu moment istimewa yang pernah dirasakan. Hari itu adalah kepergian pertama Lulu ke kecamatannya. “Pergi sekali, langsung membawa kebanggaan untuk sekolah”. Esok harinya, kabar gembira itupun menyebar ke seantero sekolah dan desa. Ucapan selamatpun banyak dihaturkan kepada jagoan kecilku. Kamipun terus menggenjot persiapan untuk menghadapi pertarungan ditingkat kecamatan. Perhatian dari guru lainnya muncul berhamburan. “Allhamdulilah semakin banyak partner latihan jagoan kecilku”, ujarku dalam hati. Ada sedikit rasa kecewa karena lomba O2SN tingkat kecamatan berbarengan dengan Site Visit tim operasi Indonesia Mengajar dan assesment beberapa sekolah penempatan tambahan di Kabupaten Musi Banyuasin.

Saya hanya menyaksikan pertandingan final, rekan tandingnya sama seperti final di tingkat gugus. Dia adalah Ulan, siswi SDN Lubuk Harjo juara dua tingkat gugus. Set pertama Lulu meraih kemenangan, namun dua set selanjutnya jadi milik Ulan. Buat saya kalah menang itu biasa, biar bagaimanapun langkah Lulu dalam perlombaan ini hebat. Apresiasi dihaturkan kepadanya. Dikarenakan apresiasi itu bukan hanya berorientasi hasil, melainkan tekad dan usaha untuk memberikan yang terbaik. Lulu sudah menunjukan itu semua. Kami bangga kepadanya.

Juara dua tingkat kecamatan tidak membuat langkahnya terhenti dalam perlombaan O2SN. Lulu berhak mendapatkan tiket untuk melangkah ke tingkat wilayah ( antar beberapa kecamatan ) sebelum berlomba di kabupaten. Membawa prestasi dan kebanggaan tidak selalu disambut baik oleh beberapa kalangan. Bahkan ada yang mewajarkan menang catur karena terbiasa menyaksikan perjudian. Berkobar sebenarnya hati mendengarkan jagoan kecilku dibandingkan rendah seperti itu. Apakah sebelum berkomentar melihat kerja keras Lulu mengharumkan nama sekolahnya ? Tetapi saya coba menjawabnya sesantai mungkin, “jelas berbeda catur dengan judi”, ujarku.

Ketika pertandingan berlanjut antar wilayah kecamatan, diselenggarakan kecamatan lain. Jagoan kecilku terhenti langkahnya, tetapi buatku pencapainnya sudah luar biasa. Lulu sudah memberikan yang terbaik untuk sekolahnya. Dia mengajarkan kami bahwa kerja keras akan berbuah manis. Terimakasih juara catur sekolahku, Lulu.


Cerita Lainnya

Lihat Semua