“Jumat”, Belajar Lebih Di Hari Istimewa.

adji prakoso 28 Maret 2013

Ketika matahari dan kicauan burung menjemput pagi, di hari special itu. Aku selalu memanjatkan doa khusus dibandingkan hari lainnya. Haturan permohonan sederhana agar langit terus berkilau cerah hingga tiga kali bunyi kentongan, pertanda waktu kegiatan belajar mengajar di sekolah berakhir. Hari Istimewa itu adalah Jumat, hari yang dikhiasi warna warni persahabatan, gotong royong dan kepedulian menjaga kesehatan pribadi maupun sosial. Semua elemen sekolah menunggu datangnya matahari di hari Jumat, agar tidak ada halangan melaksanakan aktivitas “Jumat Berseri (Bersih, Sehat, Rapih, dan Indah)”.

‘Jumat’ Istimewa, karena menghentikan sesaat aktivitas belajar mengajar di kelas yang sebagian besar hanya terpusat dari buku. Setiap Jumat, kegiatan berganti dengan pembelajaran sosial dan pembentukan karakter tunas-tunas kecilku. Jelas, apabila kita merindukan pemimpin di masa depan yang tidak hanya cerdas dan intelektual, tetapi punya kepedulian sosial dan rela berkorban untuk kepentingan masyarakat. Sepatutnya sekolah menanamkan dan mempraktikan sikap-sikap tersebut, sejak usia belia. Penanaman jelas tidak cukup dari teori saja tanpa praktik lapangan. Walaupun sederhana pembiasaan dengan praktik  sangat penting, agar jagoan-jagoan kecil bangsa ini terasah sikap kepedulian sosialnya dan menjawab persoalan dengan action.

Di hari istimewa, kami awali mengikat tali persaudaraan melalui senam bersama, iringan lagu senam anak jadi suplemen penambah semangat, untuk mewujudkan hidup sehat. Acapkali jagoan-jagoan kecilku yang kelas enam atau lima memimpin teman-temannya senam bersama. Kegiatan senam bersama selalu dikhiasi canda dan senyuman manis murid-muridku, dari sana terlihat antusiasme mereka. Bahkan tidak sedikit meminta lagu senam diputar dua kali. Selesai belajar membiasakan hidup sehat berolahraga, selanjutnya belajar menciptakan kebersihan lingkungan, khususnya sekolah.

Kami gotong royong membersihkan seluruh sekolah dari kelas hingga halaman sekolah. panas matahari tidak menciutkan semangat jagoan-jagoan kecilku. Usia kecil, juga tidak menjadikan mereka manja, bahkan tidak sedikit anak kelas satu-tiga lebih gesit dibandingkan kakak-kakak kelasnya. Saya sering terharu pada moment ini, ini pembelajaran berharga. Belajar ketulusan, bekerja dengan hati tanpa berharap apapun. Bergotong royong membersihkan sekolah, juga saya ibaratkan peribahasa “sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui”. Nilai didapat tidak hanya pentingnya menjaga kebersihan, bahkan membiasakan jagoan-jagoan kecilku untuk bekerja secara tim ( gotong royong ) dan mengasah kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya.

Selesai bergotong royong membersihkan sekolah. Pihak pengajar berinisiatif  melaksanakan kegiatan mencuci tangan bersama. Harapannya anak-anak terbiasa setelah beraktivitas tidak lupa membersihkan dirinya, baik dengan mencuci tangan dan kaki ataupun mandi. Kegiatan mencuci tangan bersama selalu disambut gembira jagoan-jagoan kecilku. Mereka rela mengantri panjang untuk mendapatkan sabun cair di tangannya. Dalam kondisi ini saya sering meminta pertolongan beberapa murid kelas besar untuk bantu merapikan antrian. Anak-anak selalu bersenyum manis sembari membersihkan celah-celah tangan dengan busa sabun yang bergelembung. Batin merasakan kebahagian luar biasa, menyaksikan moment ini.

Jumat istimewa bagi kami, tanpa mengecilkan pentingnya hari-hari lain. Sebab kami mencoba mempersiapkan Indonesia lebih baik di masa depan, dipimpin intelektual yang mendapatkan pembelajaran kepemimpinan di usia belianya. Kepemimpinan yang berorientasi kerja nyata memajukan rakyat dan bumi pertiwinya. Pemimpin tanpa sekat dan pemberi solusi persoalan rakyatnya dengan bekerja. Semoga tuhan mendengar doa sederhanaku setiap mengawali hari istimewa itu.   

          


Cerita Lainnya

Lihat Semua