15 Desember 2010

Adeline Susanto 2 Januari 2011
Pak Nasruddin dari majalah JURNAL datang memalak.  Banyak wartawan bodrek, entah kenapa dibilang bodrek, memanfaatkan sekolah-sekolah terpencil untuk dikorek-korek dana BOSnya. Harga majalah tercetak 25ribu, yang ditagih 45ribu. apa itu namanya kalau bukan penipuan? Sakti datang ke rumah dengan Pak Husain (Cai). Sama-sama ke SMU1 Sendana untuk online. Berkenalan dengan Pak Rukman pemegang lab bahasa. Ka Alfar ikut datang. Berlanjut ke toko di dekat Sekolah untuk print soal ujian, puisi Porseni, serta diperbanyak. Menelpon Nisa dan dengar kabar bahwa Patrya ditonjok orang tua karena mengusir anaknya, bukan murid, yang mengganggu keberlangsungan belajar mengajar. Patrya dengan muka bengong polosnya bertanya, "Kenapa, Pak?" hahaha lucu membayangkannya. Seru sekali pasti pengalaman di Labuangkalo, kabupaten Paser, KalTim itu. Di-refresh ketika membaca puisi-puisi tentang guru.. Benar-benar recharge batre sabar. Kita mungkin akan berpengaruh sangat besar dalam masa depan setiap anak ini. So I really should be careful and give the kids room to grow. Lanjut ke Appoang untuk menikmati kelapa muda di warung manohara. Sambil turun ke pantai membantu Sakti mencari kerang-kerang untuk bermain congklak. Ah, natsukashi nee... sudah lama tidak bermain congklak. Btw, aku mengendarai motor bapak sepanjang perjalanan ini. Raut bapak dan ibu menunjukkan kekuatiran meminjamkanku motor. Setelah beberapa masalah sebelumnya. Sekarangpun tidak lepas, walaupun tidak parah. Beberapa kali terbentur jalan rusak, dan kesulitan starter. Habis bagaimana lagi, daripada aku merepotkan orang-orang. Sampai Somba, ka Alfar menawarkan untuk aku memarkir motor dan ikut dia ke kelapa muda. Kami kembali setelah maghrib, dan Kak Husain berbaik hati mengantarku dengan motornya sampai aku tiba di rumah. Terima kasih banyak kak Husain, Sakti. Aku terlihat lemah sepertinya, ya tidak apa-apa. Aku masih belajar juga naik motor memang. Semoga aku bisa lancar dengan cepat supaya apabila bapak sakit, saya bisa mengantarkannya ke puskesmas terdekat, di Somba yang berjarak sekitar 5 KM. Aku memang berencana mengambil SIM di sini, untuk mempermudah pergerakan. Menanti lampu dimatikan sambil Ibu, Bapak, dan para tetangga menonton KDI STAR. Itu seperti kerjaan wajib mereka setiap Selasa dan Rabu malam.

Cerita Lainnya

Lihat Semua