Semarak Ramadhan di Pesisir Tanjung Harapan

Abdullah Kholifah 22 Juli 2014
Kurang dari 10 hari lagi bulan ramadhan akan berakhir, namun di desa kami, yakni desa Selengot yang terletak di paling selatan timur Kalimantan, semarak kemeriahan ramadhan tidak sedikitpun berkurang dari hari pertama sampai hari ini. Mulai dari anak-anak sampai orang tua tidak ingin ketinggalan menyemarakan bulan ramadhan dengan berbagai aktivitas yang menjadi rutinitas yang biasa dilakukan ketika memasuki bulan suci umat Islam ini.

Ketika hari pertama masuk bulan ramadhan yang ditandai dengan dimulainya shalat tarawih, yakni shalat sunnah yang dilakukan di malam hari di setiap harinya selama bulan ramadhan. Berbondong-bondong masyarakat desa memenuhi setiap shaf Masjid At-Taqwa yang merupakan satu-satunya masjid di desa kami. Terlihat masjid At-Taqwa tidak terlalu luas untuk menampung para jamaah yang hadir sehingga tidak sedikit dari para jamaah yang datang mau tidak mau harus melaksanakan shalat tarawih pertamanya di halaman Masjid At-Taqwa.

Setelah shalat tarawih, kemeriahan semakin terasa dimana hampir setiap rumah yang ada di desa kami menyalakan kembang api untuk menyambut datangnya bulan suci ramadhan. Langit malam terasa seperti siang dihiasi warna kemerah-merahan dengan kerlap kerlip petasan mewarnai setiap sudut langit desa kami. Anak-anak berhamburan keluar rumah dengan kembang api di tangan semakin menyemarakan perayaan penyambutan datangnya hari pertama bulan ramadhan di desa kami.

Pada malam harinya, para ibu-ibu sibuk bersiap menyiapkan santap sahur untuk keluarganya masing-masing. Makanan favorit anggota keluarga dipastikan tersedia di meja makan untuk sahur hari pertama, ini di tujukan untuk menggugah selera makan para anggota keluarga untuk semangat bangun sahur di hari pertama bulan ramadhan.

Tidak ketinggalan juga para remaja yang sudah siap dengan berbagai perlengkapan bunyi-bunyian untuk membangunkan sahur masyarakat desa. Rangkaian aktivitas tersebut menandakan bahwa ramadhan baru saja tiba.

Sementara ibu-ibu menyiapkan santap sahur, anak-anak remaja desa Selengot juga sudah bersiap untuk memulai berkeliling desa membangunkan masyarakat sahur. Berbagai peralatan di siapkan untuk memeriahkan suasana. Bisa di pastikan setiap sudut desa pasti di singgahi oleh anak-anak remaja desa Selengot. Bagi mereka kegiatan seperti ini merupakan hal yang menyenangkan dan tidak bisa di lewati begitu saja, karena hanya bisa dilakukan di bulan ramadhan yang datang satu tahun sekali.

Pada sore harinya, langit desa disesaki dengan puluhan jenis layang-layang dari para anak-anak, remaja juga orang dewasa. Berbagai jenis layang-layang mulai dari layang-layang biasa sampai layang-layang berbentuk pesawat yang memiliki bentuk rumit hilir mudik memenuhi langit desa sampai menjelang senja. Di bulan ramadhan ini, mereka sengaja membuat layang-layang berbagai jenis tersebut untuk nanti dimainkan mengisi waktu sambil menunggu berbuka puasa.

Kreativitas masyarakat desa Selengot terlihat dalam membuat layang-layang. Dengan segala keterbatasan bahan-bahan untuk membuat layang-layang, tidak menjadikan kreativitas mereka luntur. Bahkan dapat dikatakan layang-layang yang mereka buat lebih bagus dari layang-layang kebanyakan. Baik dari sisi bentuk, kekuatan dan juga kemampuannya untuk terbang. Sungguh keterbatasan bukan halangan bagi kreativitas mereka, bahkan menjadi pemicu untuk tetap berkreasi bagaimanapun keadaannya. Dan hal tersebut tidak hanya tercermin dari pembuatan layang-layang saja, namun dalam menjalani kehidupan secara keseluruhan.

Kembali kepada semarak bulan ramadhan. Bagi masyarakat suku bugis yang merupakan suku mayoritas yang menempati desa kami, bulan ramadhan merupakan bulan spesial yang di tunggu-tunggu kedatangannya. Dari sisi kuliner atau makanan, terlihat bagaimana penganan berbuka dan juga santap sahur sangat bervariasi. Jenis-jenis makanan, khususnya wade-wade-an (kue-kue-an) yang menjadi ke khasan suku bugis, begitu beragam. Bahkan, jika yang sebelumnya makanan tersebut belum pernah di temui di hari-hari biasa maka di bulan ramadhan semuanya tersedia untuk di santap. Baik untuk sahur maupun berbuka.

Selain itu, bulan ramadhan tahun ini mungkin terasa berbeda di bandingkan dengan ramadhan di tahun-tahun sebelumnya. Karena pada tahun ini, datangnya bulan ramadhan beriringan dengan datangnya 2 perhelatan akbar yang juga secara langsung semakin menyemarakan bulan ramadhan di desa kami. Yakni yang pertama, pesta demokrasi pemilihan presiden tahun 2014 dan juga kompetisi Piala Dunia tahun 2014.

Khusus untuk Piala Dunia 2014, sedikitnya ada 2 layar besar yang setiap malamnya menyajikan tontonan pertandingan piala dunia mulai dari babak penyisihan sampai dengan babak final. Para pemuda desa yang memang menggemari pertandingan sepak bola berbondong-bondong turut menyaksikan pertandingan Piala Dunia yang diadakan 5 tahun sekali itu. Pertandingan Piala Dunia 2014 seakan-akan menjadi tontonan wajib di malam hari, terdengar riuh rendah teriakan para penggemar masing-masing tim yang bertanding menemani santap sahur ramadhan tahun ini.

Bagi anak-anak, aktivitas ramadhan tahun ini di isi dengan kegiatan pesantren ramadhan yang diadakan selama kurang lebih 1 minggu yang bertempat di masjid desa. Kegiatan pesantren ramadhan di arahkan agar anak-anak mengenal esensi dari bulan ramadhan dan juga mengenalkan ibadah-ibadah harian yang dapat dilakukan untuk mengisi bulan ramadhan. Untuk menambah kemeriahan, diadakan juga lomba-lomba bagi mereka. Ada lomba adzan, lomba hafalan surat pendek, lomba hafalan do’a sehari-hari dan juga lomba sholat. Anak-anak sangat antusias mengikuti kegiatan pesantren ramadhan.

Di setiap bulan ramadhan, terdapat pengalaman dan juga tantangan tersendiri bagi anak-anak di desa Selengot. untuk tahun ini pengalaman dan juga tantangan tersebut adalah datangnya bulan ramadhan jatuh bertepatan dengan datangnya musim kemarau. Di bulan ramadhan tahun ini hujan sudah mulai jarang, pun sekalinya datang hujan hanya rintik-rintik, di siang harinya terik matahari yang sangat menyengat cukup membuat anak-anak memilih istirahat di dalam rumah sambil menunggu sore hari untuk menerbangkan layang-layang buatan mereka. Meskipun begitu, tidak berkurang keceriaan mereka sedikitpun untuk tetap semangat menjalankan ibadah puasa.

Di desa Selengot ini, semua masyarakatnya terlihat sekali menikmati datangnya bulan ramadhan. Dan memang sudah seharusnya seperti itu, kami menyebutnya di sini suka cita ramadhan. Semua masyarakat berbahagia menyambut datangnya bulan suci ramadhan. Abdullah Kholifah


Cerita Lainnya

Lihat Semua