Belajar dari Batu

Abdul Rasyid Harman 5 Oktober 2014

Satu waktu, di saat jam istirahat, Rizky dan Hendi, dua sekawan tersenyum sumringah sambil memamaerkan cincin mereka yang terbuat dari salah satu jenis batu mulia, batu akik, yang beberapa bulan terakhir ini sedang menjadi primadona di seantero Nusantara. 

Melihat aksi mereka yang lucu dan menggemaskan itu, saya merenung seketika. Tak hanya terpesona dengan senyum mereka berdua yang tak ada duanya waktu itu, saya juga terpana dengan keindahan batu akik yang menghiasi jemari dua murid saya yang duduk di kelas I ini. 

Batu akik, batu giok, batu mulia, batu cincin, batu kali, batu intan, batu bata, atau apalah itu namanya. Intinya satu, semuanya batu. 

Namun, dari semua batu kenapa nilainya berbeda-beda? Ada yang nilainya sampai puluhan, ratusan bahkan sampai miliaran rupiah.  Jawabnya sederhana saja. Karena nilai yang ada di balik batu tersebut. 

Nilai jual batu terletak tidak hanya pada tampilan luar dan ketersediaannya. Namun, yang paling penting adalah pada proses pembentukannya. Batu kali tentu lebih murah dibanding batu akik. Jelas, dari segi tampilan beda. Pun dari segi ketersediaan. Batu kali melimpah ruah, jalan dikit aja udah nemu.hehe.

Beda halnya dengan batu akik, selain langka, tampilannya pun beda. Iya kan? Begitu juga dengan batu intan. Nilainya pasti jauh lebih tinggi dibanding batu lainnya. Untuk mendapatkannya tidak mudah. Proses pembentukannya pun membutuhkan waktu yang panjang. Ditambah, dalam prosesnya batu intan beradu dengan suhu, tekanan, dan gesekan.

Seorang anak sama halnya dengan batu. Ia akan bernilai tinggi apabila berproses melalui berbagai tekanan dan gesekan. Dengan adanya tekanan dan gesekan, seorang anak akan berproses menjadi lebih baik dan tentunya lebih bernilai. Ia sedang ditempa layaknya batu intan yang nantinya akan berkilau menarik hati setiap mata yang memandangnya. 

Mari (ikut) menjadi bagian dari proses pemberian nilai kepada seluruh anak khususnya anak-anak Indonesia. Kita semua tentunya pernah menjadi anak-anak bukan? Dan ibarat proses terbentuknya batu-batu yang bernilai tinggi tadi, saat ini sebagian dari kita telah menjadi "batu" yang nilainya jauh lebih tinggi dari "batu" lainnya.

Pertanyaannya kemudian, berapa nilai "batu" yang melekat di dalam diri kita? 

Saya tidak tahu pasti, yang saya tahu dibalik nilai itu ada proses panjang yang levelnya berbeda-beda diantara kita. Dan saatnyalah sekarang kita membagikan proses itu dengan anak-anak yang ada di sekeliling kita. 

Harapannya, anak-anak itu bisa mengalami proses yang sama hebatnya dengan proses yang telah kita lalui tersebut.  Let's make them shine bright like a diamond. ;) 

Salam Batu, 

@arasyidharman  

 

 


Cerita Lainnya

Lihat Semua