Wahyu Floresty Wulandari
Pengajar Muda XVIII
Bisa dipanggil Flores, untuk mengingat nama pulau tempat kelahiran. Merupakan anak tengah dari tiga bersaudara yang sama-sama merasakan kecil di Ruteng, Nusa Tenggara Timur. Setelah itu, kembali ke tempat asal orang tua di Sukoharjo, Jawa Tengah.
Lulusan Universitas Sebelas Maret, Surakarta, jurusan Teknologi Pangan. Selama kuliah, aktif dalam kepanitiaan dan organisasi Himpunan Mahasiswa Teknologi Pertanian (HIMAGHITA), juga terlibat sebagai relawan Earth Hour Solo dalam melakukan berbagai kampanye dan aksi tentang lingkungan. Setelah lulus, bekerja selama 2 tahun di PT Dua Kelinci sebagai Kasie Analisis Produksi Seasoning.
Di awal tahun 2019, setelah melakukan refleksi diri, terngiang sebuah kalimat, migunaning tumprap liyan, yang merujuk pada guna manusia untuk menjadi manfaat bagi sekitar. Dari situ diambillah keputusan untuk berhenti dari pekerjaan dan mulai mencari kegiatan kerelawanan. Hingga jalan dilancarkan Tuhan dan diberi kesempatan bekerja bersama Gerakan Indonesia Mengajar, menjadi Pengajar Muda. Hal ini adalah impian terbesit, tetapi menjadi kenyataan juga. Pengalaman yang hanya terjadi sekali seumur hidup.
Setahun serasa di dunia mimpi. Merasakan menjadi anak kepala desa, berprofesi sebagai guru, mengenakan rompi ajaib, melakukan hal-hal baru dan seru, serta dengan bangga menjadi anggota keluarga Juley-Wakole, selama bertugas di SD Kristen Latalola Besar, desa Latalola Besar, kabupaten Maluku Barat Daya.
Lulusan Universitas Sebelas Maret, Surakarta, jurusan Teknologi Pangan. Selama kuliah, aktif dalam kepanitiaan dan organisasi Himpunan Mahasiswa Teknologi Pertanian (HIMAGHITA), juga terlibat sebagai relawan Earth Hour Solo dalam melakukan berbagai kampanye dan aksi tentang lingkungan. Setelah lulus, bekerja selama 2 tahun di PT Dua Kelinci sebagai Kasie Analisis Produksi Seasoning.
Di awal tahun 2019, setelah melakukan refleksi diri, terngiang sebuah kalimat, migunaning tumprap liyan, yang merujuk pada guna manusia untuk menjadi manfaat bagi sekitar. Dari situ diambillah keputusan untuk berhenti dari pekerjaan dan mulai mencari kegiatan kerelawanan. Hingga jalan dilancarkan Tuhan dan diberi kesempatan bekerja bersama Gerakan Indonesia Mengajar, menjadi Pengajar Muda. Hal ini adalah impian terbesit, tetapi menjadi kenyataan juga. Pengalaman yang hanya terjadi sekali seumur hidup.
Setahun serasa di dunia mimpi. Merasakan menjadi anak kepala desa, berprofesi sebagai guru, mengenakan rompi ajaib, melakukan hal-hal baru dan seru, serta dengan bangga menjadi anggota keluarga Juley-Wakole, selama bertugas di SD Kristen Latalola Besar, desa Latalola Besar, kabupaten Maluku Barat Daya.
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda