Maghfira Widiastiti
Pengajar Muda XIX
Maghfira Widyastiti atau lebih sering dipanggil Fira. anak pertama dari pasangan Widiyatnolo dan Siti Azizah, lahir di Bengkulu 7 November 1995. Menyelesaikan pendidikan S1 Psikologi di Universitas Ahmad Dahlan pada tahun 2018. Menghabiskan masa kecil di sebuah desa di kabupaten Bengkulu Tengah dan memilih merantau sedari lulus SD hingga sarjana di kota pendidikan, Yogyakarta.
Semasa kuliah, Ia aktif di organisasi kampus maupun luar kampus. sempat menjabat sebagai sekertaris umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dan menjadi relawan psikososial di organisasi Muhammadiyah Disaster Management Center. Sembari menyelesaikan masa studi S1-nya, Ia juga aktif menjadi relawan kebencanaan di bidang psikososial. Diantaranya gempa Lombok, banjir bandang Garut, banjir di Yogyakarta, dan tsunami di Lampung Selatan.
Dibesarkan oleh orangtua yang merupakan guru, membuatnya memiliki prinsip bahwa mengajarkan sebuah ilmu merupakan hal yang harus dilakukan dimanapun dan kapanpun. Sedari masa SMA jika Ia berlibur ke kampung halamannya, Ia kerap menjadi volunteer untuk mengajar di TK di desanya. Bagi Fira mengajar merupakan self healing dan menjadi wadah untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Mendapatkan kesempatan untuk mengabdi di Pegunungan Bintang, Papua dan mengajar di SD Inpres Pepera membuat Ia lebih mensyukuri keindahan hidup ini. Mengajar bukan hanya sebuah proses di dalam kelas, melaikan proses panjang yang didalamnya ada proses belajar dan mengenal diri sendiri. Baginya pengabdian adalah sebuah petualangan, bukan hanya tentang tantangan tapi juga tentang bagaimana kita bertahan.
Semasa kuliah, Ia aktif di organisasi kampus maupun luar kampus. sempat menjabat sebagai sekertaris umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dan menjadi relawan psikososial di organisasi Muhammadiyah Disaster Management Center. Sembari menyelesaikan masa studi S1-nya, Ia juga aktif menjadi relawan kebencanaan di bidang psikososial. Diantaranya gempa Lombok, banjir bandang Garut, banjir di Yogyakarta, dan tsunami di Lampung Selatan.
Dibesarkan oleh orangtua yang merupakan guru, membuatnya memiliki prinsip bahwa mengajarkan sebuah ilmu merupakan hal yang harus dilakukan dimanapun dan kapanpun. Sedari masa SMA jika Ia berlibur ke kampung halamannya, Ia kerap menjadi volunteer untuk mengajar di TK di desanya. Bagi Fira mengajar merupakan self healing dan menjadi wadah untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Mendapatkan kesempatan untuk mengabdi di Pegunungan Bintang, Papua dan mengajar di SD Inpres Pepera membuat Ia lebih mensyukuri keindahan hidup ini. Mengajar bukan hanya sebuah proses di dalam kelas, melaikan proses panjang yang didalamnya ada proses belajar dan mengenal diri sendiri. Baginya pengabdian adalah sebuah petualangan, bukan hanya tentang tantangan tapi juga tentang bagaimana kita bertahan.
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda