[PJN 2018] Sebuah Desa Penuh Cerita, Cinta, dan Makna.
19 Juli 2018Awal kegiatan para Pengajar Jelajah Nusa di Desa Sama dimulai dengan melakukan baronda ke seluruh wilayah desa. Banyak anak-anak yang mulai melihat dari pintu dan jendela rumah yang merasa penasaran akan kedatangan orang-orang baru yang sedang berjalan bersama dengan Ibu guru Pengajar Muda.
Sedikit demi sedikit anak-anak mulai keluar dari rumahnya dan ikut berjalan-jalan mengelilingi desa dan meyusuri tepi pantai. Ketika di tepi pantai banyak anak-anak yang mencoba menangkap hewan kelomang di pesisir pantai. Kita pun ikut mencari hewan yang disebut sofa dalam bahasa Sula itu. Sangat banyak sofa yang bisa ditemukan diantara batu karang dan juga pasir pantai yang masih sangat bersih itu. Adapula seorang anak yang bernama Ihsan, dia merupakan seorang anak yang awalnya pemalu namun akhirnya setelah beberapa kali diajak bicara menjadi anak yang suka berbagi cerita. Ihsan pun berbagi cerita bentuk-bentuk layangan dengan teman saya, Deko, di tepi pantai tersebut. Ternyata anak-anak disana sering membuat layamg-layang sendiri. Dengan suguhan indahnya pantai yang dipenuhi batu karang kita pun menjadi sangat terkesima karena belum pernah melihat pantai seindah yang ada di Desa Sama. Ketika beronda, ada sebuah kejadian yang cukup mengejutkan yaitu jatuhnya seorang anak bernama Putri yang sering disapa ‘’Put’’ sehingga kepalanya berdarah karena terbentur dengan karang pantai yang cukup tajam. Tetapi dia hanya menangis sementara kemudian sudah bisa tertawa lagi seperti biasa walaupun lukanya belum diobati.
Pada malam harinya kita sudah mulai bercengkrama dengan anak-anak di Desa Sama degan berbagi kisah-kisah muslim, setelah pengajian dirumah seseorang yang kerap kami panggil Ummi. Ummi adalah seorang pendatang di Desa Sama yang sudah tinggal disana sejak tahun 2002. Banyak cerita yang diberikan oleh Ummi pada awal pertemuan kami. Diantaranya perkembangan keadaan Desa Sama, Ummi bercerita bahwa dahulu Desa Sama memiliki infrastruktur yang belum semaju saat ini akan tetapi masyarakat merasa lebih sejahtera. Ummi sudah seperti sosok yang memiliki pengaruh kuat di masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya anak-anak yang mau datang kerumahnya untuk ikut belajar mengaji. Ummi merupakan orang yang sangat terbuka terhadap orang baru. Ummi tidak pernah memberi respon negatif apabila ada orang baru yang ingin bertanya akan suatu hal yang diketahuinya.
Cerita sebuah kisah pada malam itu dibawakan oleh Anin. Anak-anak disana terlihat sangat antusias untuk mendengar cerita terseut. Bahkan setiap kali diajak berinteraksi melalui sinyal-sinyal atau tepukan mereka semua sangat bersemangat. Tetapi ada seorang anak yang menarik perhatian orang-orang yang ada disekitarnya. Anak itu bernama Risman. Risman selalu saja mengelurkan celetukan-celetukan konyol yang membuat orang disekitarnya menjadi tertawa. Risman selalu memberi respon yang berbeda dari teman temannya pada saat kisah itu sedang diceritakan. Ada saja ulah yang dilakukannya untuk memecah ketenangan sekaligus mencairkan suasana. Tetapi kehadirannya menjadi salah satu pewarna kegiatan malam itu. Karena dia benar-benar berhasil membuat sebuah permulaan manis pada kegiatan yang merupakan awal interaksi langsung kita dengan masyarakat.
Sepulang dari kegiatan malam dirumah Ummi kita kembali kerumah tempat tinggal sementara kita yang kebetulan bertempat dirumah Kepala Desa. Sesampainya kami dirumah, kami semua langsung malakukan refleksi dihari pertama dengan penuh tawa dan kegembiaraan. Banyak gurauan yang kami keluarkan sambil saling memperbaiki dan mengingat apa saja yang harus ditingkatkan keesokan harinya. Setelah selesai melakukan refleksi kami membuat perencanaan kegiatan hari kedua sekaligus mandata apa saja peralatan yang akan dibutuhkan. Pada malam ini pula muncul ide kami untuk memasukkan materi membuat layang layang karna merasa bentuk layangan di Desa Sama tidak terlalu menarik. Deko pun memberi saran untuk membuat laying-layang Merak yang pernah dibuatnya. Kami juga mencatat semua perlengkapan dan bahan-bahan kegiatan hari kedua secara detail.
Pada hari kedua kami pergi mandi pagi dengan disambut matahari terbit dengan sangat indah ditepi pantai. Karena tempat mandi kami ada di dekat pantai maka sambil menunggu giliran kami menikmati hangatnya mentari pagi. Kegatan belajar kami di hari kedua pun sangat menarik. Mulai dari membuat origami, membuat layang layang, belajar cuci tangan yang baik dan banyak pelajaran menyenangkan lainnya. Pada hari kedua inilah kami mulai mengenal bagaimana sikap dan perilaku anak-anak di Desa Sama. Mereka sangatlah suka bermain, kebanyakan dari mereka lebih memilih terus bergerak daripada berdiam diri di dalam ruang sambil belajar. Karna hal tersebut akhirnya kami membuat pelajaran-pelajaran di luar ruang yang dipadukan dengan permainan sederhana. Pada malam harinya kami tidak jadi mengadakan kegiatan belajar malam karena hujan yang cukup deras melanda Desa Sama. Ada satu hal yang menarik di Desa Sama, setiap kali turun hujan maka aliran listrik ke desa pasti terputus sehingga setiap kali hujan kami hanya menggunakan lampu darurat atau menggunakan flash HP sebagai penerangan.
Dihari ketiga kami belajar baca, tulis, hitung bersama anak anak di desa dengan banyak sekali cara. Seperti melengkapi lirik lagu, barmain susun kata dan susun suruf, kami juga bermain lempar bola untuk belajar berhitung. Bahkan kami juga mempelajari lagu baru dari anak anak disana yaitu hela rotan. Ternyata bukan hanya lagu ampar ampar pisang tetapi Maluku juga memiliki banyak lagu anak sederhana yang sangat seru. Hari ini juga menjadi salah satu dimana kami belajar lebih jauh kebudayaan daerah Maluku utara.
Dibalik semua cerita di Desa Sama itu ada satu hal yang tersembunyi sebelum semua terjadi. Semua itu adalah perjalanan yang menyenangkan. Perjalanan panjang yang benar-benar menambah pengalaman. Bukan saja hanya karna berjarak jauh tetapi karena kami merasakan tiga alat transportasi yang berbeda. Alat transportasi yang kami gunakan adalah pesawat, kapal, dan mobil. Perjalanan kami mulai dengan pesawat dari bandara Soekarno-Hatta ke Bandara Hassanudin Makassar kemudian kami melanjutan perjalanan menuju Bandara Babullah di Ternate. Sesampainya kami di Ternate langsung disambut oleh Kak Maulana yang kemudian mengajak kami untuk makan siang disebuah restoran. Restoran itu adalah salah satu restoran yang paling ternama di Ternate. Disana beberapa dari kami untuk pertama kali meraksakan makan Papeda dengan ikan kuah kuning. Setelah selesai makan, kami lanjut ke Pelabuhan Ternate untuk naik kapal menuju ke Pelabuhan Sanana. Sebelum naik kapal kami sudah membayangkan kelelahan dan rasa mual yang akan terjadi selama kita berada di kapal. Namun ternyata ketika kita sudah dalam kapal justru kita menjadi lebih bersemangat dengan pemandangan yang ada. Di perjalanan kami melihat banyak sekali pemandangan indah. Bahkan kami melihat pulau Tidore yang persis dengan uang Rp1000 Pattimura. Melihat indahnya pemandangan dan kekayaan alam Indonesia memacu semangat untuk berbagi dengan para masyarakat dipenempatan.
Perjalanan ini adalah sebuah perjalanan singkat penuh makna dan cerita. Banyak hal dan ilmu yang bisa didapat ketika dalam perjalanan terutama ketika ada didaerah penempatan. Banyak ilmu yang dapat diambil dari masyarakat baik dari kebiasaan sehari-hari maupun dari budaya masyarakat. Bahkan kita bisa mendapatkan inspirasi yang akan mempengaruhi sudut pandang dan gaya hidup kita kedepannya. Setiap detik disana menjadi sebuah langkah besar dalam kehidupan, dan setiap langkah disana menjadi sebuah awal perubahan besar dalam kehidupan.
Ditulis oleh Muhammad Yahya Oktariansyah
SMK Negeri 26 Pembangunan Jakarta
Pengajar Jelajah Nusa 2018
(Desa Sama, Kab. Kepulauan Sula)
Kabar Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda