info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Menyiapkan Keberlanjutan, Membangun Ruang Interaksi

1 Januari 2014

Indonesia Mengajar percaya bahwa interaksi adalah salah satu bagian penting dari ikhtiar untuk mendorong perubahan perilaku di daerah. 

Pengajar Muda selama bertahun-tahun telah dan sedang mengupayakan interaksi tersebut terjadi di level jangkauan mereka masing-masing. Orang tua murid yang kemudian datang ke sekolah dan berbicara dengan guru, kepala sekolah yang mendengarkan siswa dan gurunya, guru yang saling belajar dengan guru lainnya, siswa yang saling berkirim surat dengan sahabat penanya di ujung Republik yang lain. 

Semua interaksi itu kemudian mendorong proses saling memahami dan mendengarkan antar satu pihak dengan pihak lain. Inilah yang kemudian dimaknai sebagai ‘ruang interaksi’. Sebuah istilah yang merujuk kepada ruang imajiner yang disatukan oleh kesempatan dan tujuan yang sama, melampaui batas-batas materiil. 

Pada awal tahun ini, Indonesia Mengajar melakukan refleksi yang cukup dalam dan menyadari pentingnya menjawab sejumlah pertanyaan besar. Apakah mitra di daerah sudah berada pada ‘kapal’ yang sama dengan Indonesia Mengajar dan sejauh mana mereka mengetahui arah berlayar? Refleksi kemudian mengalir ke pertanyaan yang lebih jauh, yakni seberapa jauh semua mitra di daerah tersebut saling mengenal dan sejauh mana mereka memandang cita-cita bersama?Yang juga penting adalah mengetahui seberapa dalam Indonesia Mengajar dan mitra daerah bisa saling merayakan usaha kolektif menuju perbaikan pendidikan di daerah. 

Banyak pertanyaan tersebut kemudian melahirkan sebuah ruang interaksi di level nasional pertama yaitu Lokalatih Keberlanjutan Kemajuan Pendidikan di Daerah. Pada tanggal 4-6 Juni 2013, Indonesia Mengajar mengundang perwakilan semua Kepala Dinas Pendidikan yang menjadi mitra langsung selama ini untuk hadir di Jatiluhur, Purwakarta. Kegiatan ini bertepatan dengan Pekan VI Pelatihan Intensif Pengajar Muda Angkatan VI yang sedang dilaksanakan di lokasi yang sama. 

Pada kesempatan tersebut, para perwakilan dinas pendidikan di daerah duduk bersama Indonesia Mengajar untuk menemukan benang merah cita-cita pendidikan untuk daerah mereka masing-masing. Kesemuanya sepakat bahwa yang diinginkan adalah pendidikan terbaik bagi generasi masa depan. Forum yang berlangsung selama tiga hari tersebut kemudian diakhiri dengan pembuatan sebuah rencana aksi bersama yang prosesnya difasilitasi oleh praktisi pendidikan Ibu Itje Chodidjah. 

Lokalatih sebagai ruang interaksi memberikan kesan yang mendalam baik bagi peserta maupun juga Indonesia Mengajar sendiri. Ada sebuah rasa optimisme bahwa setiap daerah, walaupun dengan garis start yang berbeda-beda, telah berupaya menuju perbaikan itu. Selepas Lokalatih, beberapa daerah yang diwakili oleh dinas pendidikan mulai bergerak lebih cepat dan terarah. Ide-ide segar yang didapat dari kesempatan saling berbicara dan mendengarkan pada Lokalatih dimanifestasikan dalam bentuk yang menarik oleh tiap-tiap daerah di daerahnya masing-masing. 

Kabupaten Maluku Tenggara Barat—dengan memodifikasi Pelatihan Intensif Pengajar Muda sesuai kebutuhan—telahmemulai pelatihan intensif guru untuk guru-guru terpilih di kabupaten perbatasan tersebut.

Sedangkan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kabupaten Banggai menggalakkan Dikpora Mengajar untuk mendorong pejabat dan staf di lingkungan untuk turun ke sekolah-sekolah dan merasakan langsung bagaimana hiruk pikuknya suasana belajar mengajar di kelas-kelas. Di daerah-daerah lain, inisiasi muncul dengan bentuk dan intensitas yang berbeda, namun satu hal, semuanya sedang bergerak.

Dengan pengalaman membangun interaksi antara dinas pendidikan di tiap daerah mitra, Indonesia Mengajar mulai melihat perlu ada peningkatan kualitas interaksi dalam hal kedalaman. Pilihannya adalah kemudian mendedah aktor-aktor utama yang  berpengaruh di level kabupaten, aktor-aktor yang ternyata tidak pernah saling berbicara dan mendengarkan dalam tatanan yang mencerahkan. 

Maka mulailah kemudian bayangan-bayangan interaksi tersebut didiskusikan dalam tim internal Indonesia Mengajar dengan melibatkan fasilitator-fasilitator pemberdayaan masyarakat. Temuan dari diskusi-diskusi internal tersebut adalah bahwa Indonesia Mengajar perlu memastikan bahwa baik di level nasional, kabupaten hingga desa terbentuk ruang-ruang interaksi yang saling memengaruhi dan menguatkan. Indonesia Mengajar memulainya dengan satu kabupaten di Laut Banda, Halmahera Selatan. 

Halmahera Selatan adalah satu dari lima kabupaten penempatan awal Pengajar Muda Indonesia Mengajar dan memiliki kesediaan waktu yang cukup untuk bisa menjadi tuan rumah bagi pilot project ini. Bertempat di Ruang Serba Guna Labuha, Forum Kemajuan Keberlanjutan Pendidikan di Halmahera Selatan digelar pada 20 November lalu. Forum ini dihadiri oleh seluruh kepala sekolah penempatan Pengajar Muda, perwakilan guru dan masyarakat dari desa penempatan Pengajar Muda dan juga dihadiri oleh jajaran Dinas Pendidikan Halmahera Selatan, DPRD Halmahera Selatan, perwakilan pemuda dan media serta pejabat di level pemerintahan daerah Kabupaten Halmahera Selatan. 

Untuk pertama kalinya, semua pihak yang selama ini saling kait-mengait dalam dinamika pendidikan di Halmahera Selatan, duduk bersama dalam kapasitas yang sama besarnya. Forum inilah salah satu bentuk penafsiran Indonesia Mengajar atas ruang interaksi di level kabupaten.

Dengan pendekatan Appreciative Inquiry, forum diajak untuk bergerak berdasarkan tujuan bukan masalah, mendiskusikan peran bukan solusi, dan mendahulukan kekuatan di atas keterbatasan.

Ruang interaksi yang mendorong terciptanya apresiasi atas keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai semua orang dan kemudian merumuskan mimpi yang juga akan dicapai semua orang. Forum ini berusaha memastikan bahwa semua pihak menjadi percaya diri atas kemampuan mereka sendiri dan mau bekerjasama dengan pihak lainnya untuk mencapai mimpi yang lebih besar dan bahwa saling berbicara dan mendengarkan adalah proses yang menyenangkan dan tidak mengintimidasi. 

Tahun 2014 akan menjadi tahun yang penting. Para Pengajar Muda, terutama angkatan yang berada di tahun keempat, akan memulai untuk mendorong terciptanya ruang-ruang interaksi lain di semesta yang jauh lebih kecil sekaligus lebih kompleks, di desa penempatan mereka masing-masing. Sepanjang tahun 2014, kita akan melihat munculnya banyak bentuk ruang-ruang interaksi di setiap titik di daerah. 

Ruang-ruang inilah yang memastikan bahwa setiap orang yang ada di dalamnya saling berbicara dan mendengarkan lalu bergerak bersama memajukan pendidikan demi generasi masa depan kita.

(Ditulis oleh Ade Chandra, Deputi Manajer Bidang Pengelolaan Daerah Indonesia Mengajar. 


Kabar Lainnya

Lihat Semua