Kelas Inspirasi: Sehari Penuh Arti, bagi Ibu Pertiwi
30 April 2015Pada suatu hari di saat fajar baru menyingsing, nampak kesibukan tidak biasa hadir di sekolah dasar di sudut Salemba, Jakarta. Tepat pukul 6, saat hiruk pikuk kota masih lesu, potret ketidakbiasaan itu sudah berkumpul di depan mbok nasi uduk kantin sekolah. Ada fotografer profesional, ada koki yang telah memiliki program sendiri di salah satu stasiun televisi swasta, ada seorang CEO advertising agency, ada pula seorang ahli gizi, dan supply chain manager dari perusahaan raksasa yang ketika disebut produknya sudah tidak perlu ditanyakan lagi kredibilitasnya. Mereka? Di sekolah dasar?
***
Konon pada suatu masa, Negeri kita pernah memiliki sebuah tradisi yang kuat dan mengakar. Ketika nasib, perasaan, dan keadaan mendorong jiwa dan raga kita ke titik terendah, bangsa ini memilih untuk bersama-sama beriringan, saling menguatkan. Bergerak maju bahu-membahu, dan terfokus pada satu keinginan kuat untuk hidup merdeka. Dan dengan dibayar luka, darah, bahkan nyawa, semua tunai sudah. Sebuah impian yang dulu hanya titik tak nyata, kini telah ada di tangan bangsa yang baru seumur jagung itu. Gotong royong ambil peran yang amat besar di sana.
***
Beberapa tahun belakangan, gambaran yang sama sedikit demi sedikit mulai nampak. Warna demi warna mengisi hitam putih lukisan Negeri kita yang bertemakan pendidikan. Pendidikan yang lumrahnya hanya urusan sekolah dan pemerintah, kini mulai bergeser ke konsep semula sebagai taman bermain. Sebuah konsep besar dari Ki Hajar Dewantara, dimana di dalamnya terdapat ruang untuk berbagai elemen dalam memberikan andilnya, sesuai kapasitas masing-masing.
Tujuannya satu, agar euforia gotong royong itu dapat sekali lagi kita rasakan. Kali ini nama taman bermain itu adalah Kelas Inspirasi.
Bagi yang pernah ikut, pasti tahu rasanya. Pertama kali mendengar, rasanya kelas ini hanyalah kelas yang berisi kata-kata motivasi untuk anak. Mungkin juga terasa seperti ceramah menginspirasi tentang tokoh terkemuka. Pernah juga tertangkap pendapat dari kawan bahwa kelas ini merupakan tempat di mana sisi emosional kesuksesan seseorang diceritakan, agar peserta terharu-biru dan meneteskan air mata. Serta berbagai macam pendapat lainnya yang bersifat spekulatif.
Tidak salah, tidak juga benar.
Bagi yg pernah melewati satu hari tersebut, pasti turut merasakan bahwa ini adalah kelas realitas. Realitas bahwa masih banyak masyarakat yang perduli terhadap sesama, apapun pangkat dan pekerjaannya. Realitas bahwa pendidikan bukan hanya urusan sekolah dan pemerintah. Realitas bahwa guru-guru kita memiliki tanggung jawab yang besar sehari-harinya. Dan realitas bahwa anak-anaklah yang akan meneruskan jejak kita di masa yang akan datang.
***
Dan para professional di Salemba tersebut kembali sibuk dengan persiapannya. Membagi tugas mengajar, berdoa, mengumandangkan yel-yel kelompok, lalu melebur dalam ingar bingar di sekolah dasar tersebut. Ambil cuti satu hari, iuran keringat demi menjelaskan tanggung jawab professional yang diemban, dan proses kerja keras yang dilalui demi meraih cita-cita yang dulu tak terasa nyata.
***
Apa yang kami pelajari?
Realitas kebaikan itu masih ada. Dan setiap tahun, realitas tersebut semakin menular dan membesar. Sejak dimulai pada tahun 2012 dengan 25 Sekolah Dasar di Jakarta, kini Kelas Inspirasi sudah menular ke 114 kota dengan 9697 relawan yang iuran kehadiran, mulai dari persiapan, hari inspirasi, sampai di hari refleksi.
Darah pejuang itu masih mengalir deras dalam tubuh kita sebagai titisan bangsa.
Dan tanpa kita sadari, kita telah merasakan sekali lagi bagaimana indahnya gotong royong untuk meraih titik-titik yang awalnya samar terlihat, kini nyata di tangan.
Hanya satu hari, namun mungkin berarti bagi pendidikan di pangkuan Ibu Pertiwi.
Salam inspirasi,
Officer Development Program Indonesia Mengajar
Kabar Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda