info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Kamis Bercengkerama: Mengulik Iuran Publik

18 April 2016

Iuran Publik Indonesia Mengajar, bukan sekadar crowdfunding, tetapi organizational funding. Orang-orang diajak untuk iuran secara rutin dengan komitmen nominal dan jangka waktu tertentu. Sejak 2014, Indonesia Mengajar mengembangkan skema pendanaan dari publik. Berita baiknya, saat ini sudah sekitar 700 orang yang pernah secara rutin iuran setiap bulannya untuk ikut membiayai pengiriman Pengajar Muda ke pelosok negeri.

Indonesia Mengajar meyakini bahwa pada titik ini, potensi melibatkan masyarakat sipil dalam pendanaan Indonesia Mengajar memang nyata adanya. Tentunya bukan tanpa tantangan. Menyadari bahwa sebagai sebuah gerakan masyarakat sipil, pendanaan memang tidak bisa jika hanya bergantung pada pendanaan dari korporasi saja. Kantong pendanaan harus beragam dan berakar dari gerakan, maka Iuran Publik adalah sebuah jalan yang layak untuk terus diupayakan.

Satu yang menarik adalah mengenai praktik bersama untuk iuran dari sebuah institusi, yaitu Compnet yang melibatkan karyawannya untuk patungan membiayai pengiriman salah satu Pengajar Muda ke Bima, Nusa Tenggara Barat (2015) dan saat ini di Nunukan, Kalimantan Utara (2016). Jika menyimak cerita mengenai prosesnya, tentu bukan proses yang mudah dan cepat. Stevan Nangoy, Director Technocomm Department malam itu berbagi cerita tentang proses meyakinkan komitmen karyawan untuk ikut iuran. Hal menarik yang disampaikan beliau adalah saat mengajak untuk iuran. “Satu poin yang kami tekankan saat mengajak iuran ini adalah tidak menjadikan iuran bulanan untuk pendidikan ini sebagai prioritas yang pertama dicoret dari pengeluaran saat kondisi keuangan sedang kritis”, jelasnya (07/04) di Kantor Gerakan Indonesia Mengajar.

Hadir pula Compneters —sebutan untuk karyawan Compnet— Danu dan Pandu pun turut menceritakan proses awal saat akhirnya mereka berani untuk ikut patungan. “Dulu saya nggak tahu apa itu Indonesia Mengajar. Belum segitunya yakin gitu. Tapi selalu ada update informasi dari kantor mengenai perkembangan iuran yang setiap bulan dipotong dari gaji saya”, ujar Danu. Lain lagi dengan Pandu, dia telah lebih dulu mengenal Pengajar Muda karena temannya di satu organisasi semasa kuliah dulu adalah Pengajar Muda di salah satu penempatan. “Saya kenal dengan salah satu Pengajar Muda, dan karena saya belum bisa jadi Pengajar Muda, saya rasa saya bisa tetap ikut berkontribusi untuk pendidikan lewat patungan bulanan dari gaji saya yang dipotong. Simple dan mudah”.

Semua upaya dilakukan oleh Compnet dengan self-service. Mulai dari membuat ajakan untuk karyawan agar patungan, mengupayakan pemotongan gaji oleh tim internal institusi, mengulik informasi tentang program yang didukung, hingga berkunjung langsung ke SD penempatan Pengajar Muda. Semuanya dilakukan secara mandiri. Begitu banyak cerita saat beberapa Compneters datang berkunjung langsung ke Bima, Nusa Tenggara Barat. Setiap cerita tersebut disampaikan ke Compneters lainnya. Kabar baiknya, di tahun 2016 ini semakin banyak Compneters yang ikut serta patungan. Ini menunjukkan bahwa kebaikan itu menular. Berani ikut gotong royong mengirimkan Pengajar Muda? Klik www.iuran.indonesiamengajar.org.


Kabar Lainnya

Lihat Semua