info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Berbagi Energi Positif Melalui Cerita Baik dalam Indonesia Mengajar Goes to Communities (IMGTC) di Kota Pahlawan

25 November 2022

Bersamaan dengan Hari Pahlawan pada 10 November kemarin, terhitung telah 12 tahun berjalan sejak pertama kali Indonesia Mengajar mengirimkan sarjana-sarjana terbaik bangsa di berbagai pelosok Indonesia. Pelayaran sejauh ini menjadi bukti nyata bahwa masih ada yang peduli dan ingin membersamai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Kepedulian dan kepercayaan ini terus menjadi bahan bakar yang mendorong Indonesia Mengajar untuk tetap berlayar. 

Sebagai salah satu bentuk perayaan sekaligus pengungkapan rasa syukur, Indonesia Mengajar bersilaturahmi dengan berbagai komunitas di Surabaya dalam kegiatan Indonesia Mengajar Goes To Communities (IMGTC).

Kegiatan yang diadakan pada Jum’at (19/11) ini dikemas dalam acara kumpul komunitas yang mempertemukan berbagai komunitas pendidikan di Surabaya, di antaranya SCOLAH Unair Mengajar, ITS Mengajar, Save Street Child Surabaya, Gerakan Peduli Anak (Gerlik) Surabaya, dan Sanggar Belajar Kapirel. Selain itu, hadir pula dua alumni Pengajar Muda XXI, yakni  Zainul Ma’arif (Kab. Maybrat) dan Miftahul Jannah (Kab. Sigi).

Dimulai dengan perkenalan masing-masing komunitas beserta pemaparan tujuan kegiatan IMGTC oleh Anindita—Officer Indonesia Mengajar, rangkaian acara dilanjutkan dengan mendengarkan pengalaman berkesan selama menjadi Pengajar Muda oleh Arif dan Mifta terkait dengan misi ketiga Indonesia Mengajar: mendorong terbentuknya gerakan sosial pendidikan di Indonesia. 

Arif memulai ceritanya dengan gambaran umum penempatan Pengajar Muda, tantangan yang ia hadapi, serta aneka inisiasi yang ia dan teman-teman Pengajar Muda lakukan demi menghadirkan kegiatan yang dapat memantik kepedulian masyarakat terhadap pendidikan di Maybrat. Kemudian, Mifta melanjutkan dengan bercerita tentang minimnya jumlah guru di penempatannya, kurangnya kepedulian masyarakat dan orangtua siswa, serta bagaimana akhirnya ia berhasil menyatukan para orangtua bersama local leaders untuk berdiskusi mengenai pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka.  Beragam pertanyaan juga dilontarkan oleh beberapa perwakilan komunitas kepada dua Pengajar Muda yang hadir tersebut.

Setelah mendengarkan cerita Pengajar Muda, peserta IMGTC diajak untuk memetakan kecemasan sekaligus menjaring harapan untuk komunitas masing-masing. Awalnya, peserta dipandu untuk menuliskan tiga hambatan atau tantangan yang mereka temukan selama menjalankan program kerja komunitasnya. Kemudian, mereka menambahkan tiga potensi yang mereka lihat dari komunitas mereka. Setelah peserta mengelompokkan tantangan dan potensi yang telah dituliskan dalam sticky notes, Anindita melanjutkan dengan penjelasan mengenai dua sistem berpikir, yaitu Asset-Based Thinking (ABT) dan Defisit-Based Thinking (DBT) yang merupakan dua pola pemikiran yang berfokus pada aset (potensi yang dimiliki) dan defisit (tantangan yang dihadapi). “Jadi, instead of kita berfokus pada tantangan yang kita hadapi, kita juga perlu menaruh perhatian lebih pada potensi yang dapat kita manfaatkan untuk meraih tujuan.” Tambah Anindita. Tak hanya itu, peserta juga saling mencurahkan tantangan yang dihadapi komunitas mereka, sekaligus sharing mengenai best practice bagaimana akhirnya mereka berhasil menyelesaikan tantangan tersebut di masing-masing gerakan/komunitasnya. 

Di akhir kegiatan, Anin mengajak peserta untuk berefleksi dengan menyebutkan hal yang membuat peserta bertahan dan merasa pantas memperjuangkan gerakan yang mereka kerjakan. 

“Jadi, pernah ada salah satu anak didikku yang mengalami perundungan, di situ ibunya datang ke local leader di desa buat minta nomorku. Si ibu kemudian menghubungi aku, cerita panjang lebar, dan meminta solusi. Di situ, aku merasa tersentuh, sih, merasa dipercaya dan dianggap ada.” Cerita Izza, salah satu penggerak di Sanggar Belajar Kapirel.

“Kalau aku, sebagai wujud rasa syukur dengan apa yang aku punya: kesehatan, kesempatan buat kuliah, dan lain-lain. Aku juga merasa nggak ada alasan buat berhenti.” Tambah Amin, perwakilan ITS Mengajar Surabaya. 

Melalui kegiatan ini, harapannya peserta dapat saling berbagi informasi, inspirasi, sekaligus tambahan bahan bakar untuk tetap melaju dalam memajukan pendidikan bangsa melalui komunitas dan peran serta porsinya masing-masing.

 


Kabar Lainnya

Lihat Semua