info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Menyerah?

Yunita Fransisca 22 Februari 2011

-Depan ruang guru- Ibu yang mengenakan kaos kuning dan rok coklat muda itu tampak galau. Di hadapannya, tampak wali kelas 3 sedang serius berbicara dengannya. Sesekali, ibu itu menatap ke arah kejauhan. Entah apa yang di pikirannya. Tak lama, ia pun pamit pada wali kelas 3. Dari penampilan dan barang yang ia bawa, tampaknya ia bersiap ke rawa. -Depan kelas 3- "Tadi itu Bu Nyunyun, mamaknya si Jami. Nganterin anaknya itu tadi. Udah 2 bulan ndak masuk sekolah. Bilangnya ke nenek sama mamaknya berangkat, tapi ndak sampai itu ke sekolah. Saya bilang ke mamaknya tadi, kalo memang kadang masuk kadang ndak, ndak usah sekolah aja sekalian. Bikin repot aja. Jadi kotor kan absen itu. Kalo ndak naik kelas, repot kita. Kalo naik kelas, kasian anaknya dan guru tingkat berikutnya. Nanti dia ndak bisa ngikuti. Kaya apa ini? Bah!" -Di ruang Kepala Sekolah- "Ya kita ini serba salah Bu Nyunyun. Kalo gurunya udah ngasi dengan baik, tapi anaknya dan lingkungannya ndak dukung, kaya apa ini na? Saya perhatikan guru-guru sudah memberi materi dengan baik. Berulang-ulang. Tapi kok anaknya tetep aja ndak bisa. Padahal yang lain bisa. Memang dari merekanya yang kurang. Belum lagi kalau orangtuanya masa bodoh gitu, na. Mau diapakan lagi? Susah memang anaknya. Mau profesor yang ngajar sekali pun kalo dari anaknya kurang, ya ndak bisa." -Di rumah Mbok De- "Jami itu adiknya Ian ya Bu?" "Iya, teh. Ian itu harusnya sudah kelas 3 smp, tapi masih kelas 5. Adikknya ada 4: 1 udah meninggal, terus jami kelas 3, rama kelas 2, sama niyah, umurnya 3-4 taunan kali ya." "Tadi mamaknya Jami ke sekolah Bu. Mamak Bapaknya tinggal di rawa kah, Bu?" "Ya ndak juga sih. Kadang di rumah, kadang tidur di rawa. Ndak tentu. Di sini paling anak-anak sama neneknya. Si Jami itu paling keluyuran aja Teh, ndak jelas kemana kalo ndak sekolah." Dari balik jendela Mbok De, tiba-tiba tampak seorang gadis kecil berkulit putih berusia 3-4 tahun berjalan tertatih-tatih dan memanggil Irpan, anak Mbok De. Wajahnya sedikit kotor dengan tanah dan ingus. Piyama pinknya tampak kebesaran. Entah apakah ia sudah mandi atau belum hari itu. Rambutnya tipis dan pirang, berpotongan pendeka di bagian dalam dan di bagian luarnya menggantung rambut ikal. Tampak ia kurang terurus dan kurang gizi, sama seperti kakaknya, Rama. Namun, tidak mengurangi kecantikan wajahnya. Ia mirip sekali dengan Ian. Saat akan menghampiri Irpan, ... "Niyaaaahhhh! MASUK!" - Di dalam rumah Mbok De- "Itu neneknya kah Bu? Galak kah Bu?" "Duuuhhh... ampun deh, teh. Jangan ditanya. Neneknya itu tukang hajar. Jami sama Rama itu dikejarnya pake rotan. Lari mereka sudah. Kalo dapat, dihajar habis sudah. Ibu aja sakit hati ngeliatnya. Herannya mamaknya diem aja anaknya dihajar begitu. Kalau Ibu, biar anak Ibu yang dihajar sama mbahnya sekalipun, Ibu pasti marah." --------- - ingatan melayang ke beberapa potongan kejadian waktu-waktu sebelumnya - 1# > "Bu, liat na si Ian itu. Kasiannya celana putihnya warnya udah kaya apa itu. Padahal kan dikasinya bareng-bareng. Anak-anak lain masih bagus. > "Mungkin memang kotor kali, Pak." > "Ndak Bu, itu memang karena jarang dicuci kayaknya. Orangtuanya parah itu. Kerjanya di rawa melulu. Tidurnya di pondokan rawa. Anak-anaknya udah dilepas sendiri aja gitu." > "Lah Pak, terus tinggalnya sama siapa? Makannya gimana?" > " Sama neneknya, Bu. Tapi neneknya itu udah tua sekali. Masak ya masih bisa. Kalo di rumah ndak ada makanan, mungkin nyusul ke rawa. Atau ndak makan. Bukannya apa ya Bu, tapi banyak orang tua yang asalkan anaknya udah besar, dilepas aja begitu. Ndak diurusi." 2# > "Loh, Ian mana? kok kalian ndak ngajak jalan-jalan sama Ibu ke rawa?' >"Ngajak Bu, tapi Ian bilangnya ke rawa. Bantu mamak bapaknya di rawa. Biasa itu Bu, tiap hari libur. 3# > "Bu, Jami na Bu. Lagi di semak-semak sana. Bilangnya mau ngerokok. Biasa itu na, Bu" How can you said 'GIVE UP' with those kids?


Cerita Lainnya

Lihat Semua