Initiating Action

Winda Windiana 12 September 2013

Senin, 9 September 2013. Jam sudah menunjukkan pukul 08.00, tapi sekolah belum ada tanda-tanda aktivitas belajar. Anak-anak masih berlarian kesana-kemari di luar kelas. Sekolah kami memang selalu mengadakan upacara setiap hari Senin, tapi entah kenapa hari ini upacara belum juga dilaksanakan. Baru ada 2 orang guru yang hadir, saya dan Pak Syarief namanya. Karena sekolah kami berada di tengah laut, jadi guru-guru memang sering hadir terlambat. Kami akan mengadakan upacara ketika semua guru dan kepala sekolah lengkap hadir, jam berapa pun itu kami selalu adakan upacara. Tapi sepertinya hari ini anak-anak sudah mulai bosan menunggu. Sudah sekitar 45 menit kami menunggu kehadiran guru-guru untuk mengadakan upacara. Para petugas upacara yang merupakan  gabungan antara kelas 3 dan 6 itu pun sudah terus-menerus bertanya kapan upacara akan diadakan. Rupanya mereka sudah tidak sabar untuk menunjukkan betapa kerasnya mereka berlatih untuk upacara hari ini.

Detik-detik jam memang terasa sangat lama bagi orang yang menunggu. Seperti murid-murid yang lain, akupun merasa sangat bosan menunggu selama ini. Aku berdiskusi dengan Pak Syarief tentang hal ini, “apakah sebaiknya kita adakan upacara sendiri saja tanpa kehadiran guru-guru yang lain pak? “. “kasihan anak-anak menunggu”, tanyaku  pada Pak Syarief. Jawaban Pak Syarief singkat sekali “ kita tunggu saja bu, mungkin 15 menit lagi”. Huff.... rupanya kami masih harus menunggu lagi.

Sementara dari kejauhan, saya memandang murid-murid yang masih saja semangat menunggu kehadiran guru-guru mereka. Petugas upacara yang sedari tadi mondar-mandir berlatih mengibarkan bendera, pembaca undang-undang, pembaca doa dll. Aku tersenyum simpul melihat mereka semua. Tiba-tiba aku tersentak, anak-anak kelas 6 mendatangiku dan Pak Syarief. “Pak’e.. Bu’e.. kita upacara sekarang saja ya pak? kami sudah siap ni. Biar kami yang mengatur barisan ya pak? Mau sampai kapan kami menunggu bu’e?”  Aku hanya jawab dengan senyuman dan Pak Syarief pun begitu.

Upacara itupun kami adakan. Upacara ini, memang upacara yang selalu kami adakan tapi entahlah, hari ini terasa sangat berbeda. Upacara hari ini adalah upacara yang mereka (murid-muridku) siapkan dengan kerja keras mereka, dengan kesadaran mereka bahwa upacara bukanlah rutinitas nihil tanpa makna. upacara yang mereka ikuti dengan segenap jiwa dan raga, tanpa paksaan guru-guru mereka. Upacara ini lahir dari semangat-semangat mereka dan tentunya dari inisiatif mereka, murid-muridku, mutiara terpendam Bajo Pulo.


Cerita Lainnya

Lihat Semua