info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Pengabdian sebagai jalan menuju Sang Maha Cinta

Umi Qodarsasi 7 November 2013

1 Muharram 1435 H

Pagi itu, kabar dari Maluku Tenggara Barat seolah membuat kami tidak percaya. Seperi mimpi, mendengar seorang sahabat seperjuangan kami menghembuskan nafas terakhirnya di tengah masa pengabdian kami. Kami buka kembali memori tentangnya. Dia vokal. Dia kritis. Dia seorang orator. Dia rajin beribadah. Kebesaran jiwanya terlihat ketika dia menerima saran dan kritik yang ditujukan kepada dirinya. Tak lama kami mengenalnya. Namun, tugas sebagai pengajar muda membuat kami berada dalam satu ikatan yang tak tampak, ikatan perjuangan. Mimpi kami menjadi satu. Cita-cita kami menjadi satu. Kami bersepakat untuk berjalan bersama menjadi bagian kecil dari mereka yang berusaha memberikan kontribusi untuk bangsa ini.

Hidup, meskipun diibaratkan hanya istirahat sejenak di sela perjalanan panjang, nyatanya penuh dengan dinamika, penuh dengan kompleksitas. Manusia tidak pernah tahu berapa lama perjalanan hidupnya. Sebagian orang begitu mendambakan kondisi terbaik untuk bertemu dengan Tuhan-Nya. Di tengah rasa kehilangan yang dalam, terbelsit kekaguman padanya. Dia telah mendesain jalan terindah di akhir hidupnya yang begitu singkat, jalan yang sebenarnya tidak mudah ditempuh. Jalan yang mensyaratkan ketulusan dan keikhlasan. Pengabdian ini, ibarat karpet merah yang tergelar di depannya sebagai jalan bertemu Sang Khalik.

Dia masih muda, dia masih punya cita-cita yang melangit. Tak mudah bagi keluarga dan sahabat yang mencintainya untuk melepaskan. Tapi, mungkin cinta Allah besar untuknya sehingga Allah memanggilnya lebih dahulu. Dalam tidur tenangnya, seakan kami melihat dia tersenyum, berada dalam kedamaian. Pesan yang tersirat darinya seakan terngiang, memotivasi kami untuk terus berlari mencapai cita-cita, melanjutkan pengabdian ini.

Kawan...walaupun kini kita terpisah, cita-cita kita tetap satu. Perjuanganmu tidak akan terhenti kawan, kami akan meneruskannya. Dengarlah suara malaikat-malaikat di sudut Maluku Tenggara Barat, mereka mengenang jejak-jejak pengabdian yang kau taburkan di sana. Pertemuan yang singkat tak menghalangi mereka merasakan tulus cintamu dan harapan besarmu untuk mereka. Kawan, kau telah mengukir perjalanan hidupmu dan mengakhirinya dengan begitu indah. Kami juga merindukan hal yang sama, berharap hal terbaik di akhir hidup kami. Kami akan banyak belajar darimu, nilai-nilai kebaikan yang telah kau tinggalkan untuk kami.

Selamat jalan kawan...doa kami selalu mengiringimu. Semoga engkau tersenyum di sisi-Nya. Kami selalu mengenang dan merindukanmu, ADITYA PRASETYA...


Cerita Lainnya

Lihat Semua