info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

belajar sambil berkunjung

Popi Miyondri 30 Desember 2012

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya”

                                                                                -Sukarno-

08 Nopember 2012, hari ini aku mengajak muridku untuk belajar diluar kelas. Kemarin aku mengajarkan bahasa Indonesia ke anak-anak dengan tema berdiskusi mengenai dialog kunjungan belajar. Setelah belajar dan mengajarkan bagaimana berdiskusi yang terdiri oleh 1 pimpinan, 1 notulen dan anggota. Aku pun secara spontan menyuruh murid-muridku untuk berdiskusi untuk kunjungan kita ke suatu tempat. Aku senang saat ini aku sudah berhasil mengajarkan anak-anakku untuk berpendapat, musyawarah dan melakukan Voting. Mereka memilih ke daerah-daerah yang tempatnya menggunakan transportasi laut dan lebih jauh sehingga membuatku khawatir tidak mampu melaksanakannya. Namun aku berusaha untuk mengarahkan anak-anakku agar mereka tidak hanya berkunjung atau piknik saja tapi juga belajar. Dan kemudian ada salah satu muridku yang berkata untuk berkunjung ke tempat sejarah saja. Ya langsung terbesit diotakku “itu tepat sekali” dan kebetulan di distrik kokas ini, banyak peninggalan sejarah. Setelah berdiskusi terpilihlah tempat dengan rute : ke Gumer untuk melihat Basoka -> ke goa jepang -> ke bukit dengan tulisan perang Dunia ke 2 -> ke pelabuhan untuk melihat Basoka. Mereka pun melakukan kunjungan ini tidak dengan tangan kosong. Ya tentu saja ada tugas untuk mereka. Untungnya anakku sangat bersemangat dengan ini dan kami pun bersiap-siap untuk keesokan harinya.

Hari ini, kami berkumpul di sekolah sebelum berangkat. Aku memberikan pengarahan agar jangan bertindak sembarangan dan memberikan tanggung jawab kepada ketua kelompok. Setelah persiapan semua selesai. Kami berangkat dengan jalan kaki. Gerimis pun mengiringi langkah kaki kami menuju ke lokasi. Kami sempat berhenti di depan rumah tempat tinggal ku kemudian kami lanjut lagi menuju lokasi pertama. Kami harus mendaki untuk sampai ke lokasi pertama. Sesampainya dilokasi pertama, aku melihat basoka yang berdiri dengan gagah walaupun sudah berkarat. Sebagian besar siswaku biasa melihat itu, namun bagiku itu sesuatu yang luar biasa bisa melihat basoka sambil berimajinasi bagaimana peperangan zaman dulu. Daerah kokas ini memang merupakan salah satu tempat terjadinya perang dunia ke 2 sehingga disini ada bukit yang dituliskan “selamat datang di kota basis pertahanan perang dunia ke  II”.

Goa jepang merupakan tempat yang bersejarah namun banyak yang tidak ingin memasuki goa itu ada beberapa muridku yang menyuruh untuk masuk karena aman namun kebanyakan murid ku pun tidak mau masuk karena takut dan ada yang bilang “pamali”. Namun, aku teringat kata-kata saat aku dipelatihan, “ .... dengan mengalami sendiri, kita dapat mematahkan perkataan orang-orang yang membuat kita takut ...”. Aku berusaha untuk mematahkan rasa takut ku dan murid-muridku. Rizal, salah satu muridku, yang memutuskan dirinya sebagai asisten pribadi ku dengan semangat mengajakku masuk ke dalam dna aku mengajak murid-murid ku masuk dan aku berusaha untuk menenangkan diriku dan mereka serta memberanikan diri agar murid-muridku bisa mematahkan ketakutan mereka. Saat masuk ke goa tersebut aku berada di samping rizal dan murid-muridku yang lain berada di belakang. Tanpa senter atau alat penerang lainnya kami masuk ke goa tersebut. Hawa dingin langsung menerpa seluruh tubuhku sehingga membuatku sedikit merinding namun aku tetap memberanikan diri “ayo anak-anak, kita masuk”. Murid-murid perempuan sering berteriak “ibuuuuu, takuutt!!!” dan aku hanya bisa sering berbicara “tenang, ayo tetap saling pegangan tangan. Selamaperjalangan menyusuri goa penuh teriakan ketakutan anak-anak aku pun sempat merasa takut karena belum menemukan ujung dari goa tersebut. Akhirnya pantulan sinaran matahari muncul yang menunjukkan ujung dari perjalanan goa ini. Alhamdulillah... kami sampai dan aku dapat berkata “bagaimana, ternyata kalian bisa mematahkan ketakutan kalian dan tidak ada apa-apa disanakan”. Aku terbayang akan perjuangan para pahlawan yang bertahan disana dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. “Nah anak-anak... coba bayangkan pahlawan yang bertahan dan berperang disini? Kita harus bersyukur sudah menikmati kemerdekaan ini dan jangan disia-siakan”.

Selanjutnya kami menuju bukit yang bertulisan “selamat datang di kota basis pertahanan perang dunia ke  II”. Ya.. cukut membutuhkan waktu untuk sampai ke tulisan tersebut. Setelah sampai, kami beristirahat sambil berfoto ria. Aku melihat pemandangan Kokas dari sini. Sungguh pengalaman yang luar biasa, subhanallah...

Basoka pada saat zaman Trikora itu pun ditemukan lagi di pelabuhan, yupp... tujuan akhir adalah pelabuhan untuk melihat basoka kembali.  Pelabuhan yang sedang dibangun itu menjadi pemandangan yang cukup menarik  bagiku karena menandakan kota ini akan berkembang nanti. Sambil duduk di dekat basoka ini murid-murid memberikan rangkuman tentang pelajaran apa yang mereka dapat dari kunjungan ini dan menjawab beberapa pertanyaan dariku. Hal yang menarik akhir dari kunjungan ini adalah pertanyaan mengenai Ibu kota negara. Aku bertanya “ayo... ibu kota Jepang apa?” muridku langsung menjawab “ Tokyo”. “ya benar” ... sambil iseng aku bertanya dan aku yakin mereka pasti bisa menjawabnya “kalau Indonesia Ibukotanya apa?”, mereka ada yang diam dan menjawab “yogyakarta” dan kota-kota yang lain. (Gluupp... ow ow ow.. popi, sepertinya kamu dapat PR baru...) “hahhaa, kurang tepat anak-anak, yang benar Jakarta”.


Cerita Lainnya

Lihat Semua