The Beginning ... 10 November 2010
Pipit Indrawati 25 Desember 2010MTC – Ciawi, Bogor, 09 November 2010 -> I’v packed all my stuff and ready to go ♥ ♥ ♥
Bandara Soekarno Hatta - Jakarta, 10 November 2010 -> Upacara pelepasan Pengajar Muda.
For once in my life, hati saya berdesir dan tidak mampu bersuara saat menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Padamu Negeri.
At the aircraft to Pekanbaru, 10 November 2010 -> I felt asleep as I get to the plane, put my trust to the sky of what’s await there.
...
Up in the air of dunno where ... heading to Pekanbaru ...
Saya membuka mata dan melihat keluar jendela pesawat. Takjub pada awan-awan putih yang membentuk suatu kumpulan layaknya sekumpulan domba yang terbang berarak menemani perjalanan saya menuju kehidupan yang baru.
An experience or a journey? Or is it a new life?
This is the beginning ... I think ...
The beginning of my life ... new change ...
Awalnya, muncul rasa khawatir dan takut akan apa yang saya hadapi nanti. Apakah ini adalah keputusan yang benar? Apakah saya mampu bertahan? Kelak, perasaan seperti itu juga akan muncul dalam hati anda jika anda memutuskan untuk melakukan sesuatu yang baru, terlebih, melakukan sesuatu yang bisa dikatakan sebagai away from your comfort zone and doing something that’s absolutely new. A thing that people might think you’re crazy.
Ini kedua kalinya saya berpergian jauh menuju tempat yang sama sekali tidak saya ketahui.
But, hey, still, I’m not the expert.
Saat saya berangkat ke Sydney, Australia, lebih besar rasa excitement dan penasaran. Sedangkan sekarang, saat saya berangkat ke tempat lain yang masih merupakan daerah di Indonesia, satu bangsa dan satu bahasa, saya malah khawatir, cemas, takut, dan menebak-nebak apa saja yang akan saya hadapi disana nantinya. Sungguh aneh perasaan ini ataukah itu suatu tanda kepengecutan saya?
Pergi ke negara tetangga, negara orang, seharusnya memunculkan rasa cemas yang lebih besar.
Apalah artinya tinggal di daerah terpencil (tidak ada listrik, tidak ada sinyal, tidak ada fasilitas-fasilitas teknologi modern) jika kita dikelilingi oleh saudara-saudara yang memiliki ikatan darah dan persaudaraan tanah air dan bangsa?
Bukankah kekeluargaan dan kehangatan orang-orang disekeliling kitalah yang lebih besar maknanya dibandingkan segala fasilitas dan kehidupan modern layaknya di kota?
Langit seakan menjawab pertanyaan-pertanyaan dan kekhawatiran saya dengan mengirimkan gugusan awan putih yang menjelma menjadi gerombolan domba.
Mereka memberikan tanda dan semangat if everything’s gonna be okay.
Bahwa segalanya, untuk kelima puluh satu Pengajar Muda yang berangkat menuju daerah penempatan mereka dan mengabdikan waktu satu tahun dalam hidup mereka untuk mengajar dan membina hubungan keluarga dengan masyarakat disekitarnya, akan menjadi satu tahun paling bermakna.
...
Dua jam terasa lama jika kita tidak melakukan apa-apa dan terombang-ambing di udara. Pikiran saya kembali berkelana. Bagaimana rasanya satu tahun nanti, bagaimana akhir dari perjalanan ini?
Terkadang kita terbunuh dan hancur karena pikiran dan kecemasan kita sendiri. Dan tidak jarang hal itu terjadi pada diri saya.
Terkadang saya terlalu ingin terburu-buru untuk melihat hasil dari perjalanan dan penantian ini...
Sungguhkah kelima puluh satu Pengajar Muda ini, dimana saya adalah salah satunya, akan menjadi orang-orang besar yang berhasil meraih mimpi-mimpi kami?
Sungguhkah esok impian itu akan mampu saya raih?
Terkadang, kita terlalu terfokus ingin melihat akhir atau ujung suatu perjalanan sehingga melupakan hari-hari yang dilalui. Melupakan detail atas perjalanan dan semua hal yang terjadi. Sehingga, kita lupa untuk mensyukuri setiap detik dan setiap hembusan nafas yang kita lewati.
But hey, this is my curiosity, I want to see my ending.
Apakah happy ending ataukah sad ending?
Semua ini bagaikan menonton suatu film atau membaca novel cerita, yang tak lain adalah cerita hidup saya sendiri.
Saya membayangkan esok saat saya tua nanti, saya bisa melihat kebelakang atas semua perjalanan yang saya alami. Namun apakah saat-saat itu adalah ending dari perjalanan hidup saya?
Bahkan ketika saya bercerita kepada anak cucu saya mengenai hari-hari muda yang saya alami, saya rasa tetap bukanlah akhir dari perjalanan saya. Itu masih bagian dari perjalanannya.
Selama ini saya hidup karena saya ingin segera memetik hasil dari perjuangan dan pemberontakan saya.
Padahal, hidup ini baru berakhir saat kita menutup mata untuk kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa. Disitulah ending yang sesungguhnya.
Saya hidup seperti membaca buku, suatu kisah cerita yang sangat membuat penasaran diri sendiri. Apa iya Pipit bisa meraih impiannya? Apa bisa Pipit menjadi penulis sukses seperti yang dia inginkan? Jadi apa dia nanti? Dan bukan hanya saya saja yang bertanya-tanya, teman-teman dan mereka yang dulu menjadi bagian hidup saya pun bertanya-tanya dan menanti ... bersiap-siap untuk memuji jika akhir yang terjadi adalah akhir yang sukses ... bersiap-siap untuk mencibir jika yang terjadi adalah sebaliknya, kegagalan...
Padahal pada kenyataannya hidup ini adalah sebuah perjalanan, tidak akan pernah ditemukan akhir.
Jadi jika sekarang saya mengeluh lelah atas lika-liku hidup ini, itu tidaklah berguna sama sekali.
Karena hidup saya akan terus seperti itu. Berbelok-belok, ada tanjakan, ada lubang besar dijalan, dan kadang jalan mulus di depan ... tapi akan muncul jalan berkerikil, kemudian jalan berlubang ... selalu ada rintangan, selalu ada cerita, akan selalu ada tantangan ...
Tergantung bagaimana saya melihatnya ... melihat rintangan sebagai suatu kesempatan atau kegagalan.
I have to change ... harus berubah ... dan disini .... diperjalanan ini ... ini adalah awal bagi saya untuk belajar melihat rintangan sebagai suatu kesempatan. Untuk menunjukkan pada dunia ini bahwa saya istimewa ... bahwa saya bisa ... dan iringan awan-awan putih itu sebagai tandanya ... bahwa sebuah kejutan indah sudah disiapkan untuk saya ...
Jadi, Rabu, 10 november 2010 ini adalah the begginning dari perjalanan hidup saya?
Bukan, hari istimewa ini bukanlah satu-satunya beginning dari perjalanan hidup saya. Beginning perjalanan hidup saya adalah seperti terbitnya matahari. Akan selalu ada suatu awal dalam hidup saya. Awal menuju perubahan. Awal menuju titik kesuksesan yang ingin saya capai. And that’s how I’m gonna live the days selama di pedalaman. Melihat tiap matahari terbit sebagai sebuah awal dari perubahan dan pencapaian keberhasilan.
♥ “Whatever your past has been, you have a spotless future” Melanie Gustafson ♥
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda