Red mulai bercerita...

Neti Arianti 5 Juli 2011
She wants you to call her “Red”, a symbol of energy for activity! Red bertualang ke sebuah pulau besar, dengan hutannya yang terkenal sebagai paru-paru dunia, sungainya yang terpanjang di Indonesia, dan budayanya yang unik. Dahulu Belanda biasa menyebut pulau Borneo. Ya Kalimantan, tempat Red dan 10 Laskar Borneo lain akan membaktikan diri selama 1 tahun untuk mentransfer ilmu-ilmu yang dimiliki di Sekolah Dasar. Penempatan dilakukan setelah 72 Pengajar Muda melewati pelatihan intensif Indonesia Mengajar. Amazing training! Pelatihan yang menyatupadukan materi pendidikan, kepemimpinan, bahkan persiapan fisik itu mampu memicu percikan-percikan semangat maupun inspirasi bagi Red dan Pengajar Muda lainnya. Belum lagi berbagai situasi dan aktivitas yang memungkinkan para PM menjadi dekat satu sama lain, dari mulai penyitaan telepon selular, dibentuknya kotak surat, penyelenggaraan aktivitas ekstrakurikuler dan kegiatan masyarakat bersama, sampai berlangsungnya survival yang diawasi oleh Rindam Jaya. Semua hal di atas dilakukan untuk satu tujuan, agar Red dan semua PM mampu menghadapi tantangan di penempatan selama setahun ke depan. Penempatan Pengajar Muda Angkatan II di Kalimantan jatuh pada Kapuas Hulu, kabupaten terbesar ketiga di Kalimantan Barat, daerah yang dialiri Sungai terpanjang di negeri ini: Kapuas, dan bagian dari hutan hujan tropis terbesar di dunia. Red tidak asing dengan Kapuas Hulu, karena pernah bersentuhan dengan beberapa suku adat Dayak di sana untuk membawa isu hutan mereka yang dieksploitasi oleh suatu perusahaan. Namun penginjakan kaki pertama kali di ibukota Kabupaten (Putussibau) tetap terasa istimewa, Laskar Borneo disuguhkan pada keindahan gerhana bulan 16 Juni 2011 dini hari. Perjalanan dari Jakarta yang ditempuh dalam waktu total hampir 20 jam terbayar dengan pemandangan bulan kemerahan dan pastinya sekujur badan pegal-pegal akibat dari kondisi jalan sepanjang Pontianak – Putussibau yang bisa menyebabkan Red loncat indah di dalam mobil. Pegal badan pun tak disambut dengan nyamannya kasur empuk penginapan, karena Laskar Borneo ditolak oleh satu hotel (mungkin penuh) dan tidak dibukakan pintu oleh satu tempat inap lain. Akhirnya Red dan teman-teman menghabiskan dini hari di sebuah losmen kecil yang dijaga seorang bapak tua dengan kamar yang sangat sederhana. Cerita awal ini kemudian ditutup dengan mata terpejam dan terlelap...

Cerita Lainnya

Lihat Semua