Positif Glaukoma

Nanda Yunika 13 Juli 2011
Adalah kalimat yang terlontar oleh seorang dokter spesialis penyakit mata ketika ku memeriksakan diri untuk mencari sumber rasa nyeri yang amat sangat di kepala yang hampir setiap saat kambuh di 2 bulan belakangan ini. Kaget dan binggung. Sudah pasti perasaan tersebut muncul sesaat setelah ibu dokter tersebut menyebutkan nama penyakit tersebut. Asing? Tidak juga. Pernah sesekali aku mendengar istilah tersebut, namun sambil lalu saja. Ku kira ada hubungannya dengan glukosa atau gula. Ternyata dalam kasusku tidak. Glaukoma adalah sebuah peristiwa dimana bola mata melonjong(melebihi ukuran normal_red) diakibatkan oleh aqueus humor yang terdapat pada bola mata diproduksi melebihi ukuran normal sehingga menekan syaraf belakang mata. Sebagai imbas, nyeri tak tertahankan pada kepala akan sering dialami oleh si penderita seperti yang rutin aku alami saat ini. Untuk saat ini memang dinyatakan bahwa penyakit ini tidak dapat disembuhkan. Mungkin rasa nyeri yang amat sangat akan senantiasa menghampiriku, seumur hidup. Walau tak tersebuhkan, bukan berarti tak dapat diredakan. Terdapat dua macam tetes mata yang harus rutin ku teteskan untuk mengurangi rasa nyeri ini. Keren sekali ya aku. Dikala yang lain mengurangi rasa sakit pada kepala dengan Panadol atau obat sejenis, aku justru  menggunakan tetes mata untuk mengurangi rasa nyeri tersebut. Timol 0,5 %  2 kali sehari tiap pagi dan sore hari untuk pelemah rasa nyeri. Sempat kaget juga tatkala membaca di web bahwa penyakit ini biasa hinggap pada orang dewasa berusia diatas 40 tahun. Woi... woi... aku baru 24 tahun cuy, dan itupun baru beberapa hari yang lalu. Memang sungguh ... “Berlahan-lahan pandang ruang mbak akan berkurang. Sedikit demi sedikit akan tertutupi dengan warna hitam, hingga pada akhirnya semua menghitam dengan kata lain pada masanya mbak hanya akan melihat warna hitam (bahasa halusnya dari tidak dapat melihat alias buta_red). Nyeri di kepalapun tidak dapat dihilangkan, namun dapat dikurangi dengan pemakaian tetes mata rutin seumur hidup,” begitulah ringkasan penjelasan dokter yang berhasil ku cerna. Aku sangat berterimakasih pada beliau karena disela kesibukannya serta banyaknya pasien yang datang silih berganti, beliau meluangkan waktu untuk memberikan kuliah singkat mengenai penyakit yang saat ini hinggap di kepala saya. Bervariasi tantangan yang kami (Pengajar Muda) hadapi selama satu tahun ini. Banyak pula hikmah serta pembelajaran yang kami dapatkan selama bertugas di daerah penempatan. Meminjam  istilah yang diucapkan oleh Mario Teguh dimana “Masalah adalah rahmat yang tidak kita sukai”. Mungkin diagnosa dan rasa sakit yang amat sangat ini merupakan bagian dari ‘Rahmat yang tidak saya sukai’ yang diberikan Tuhan guna menyempurnakan proses pendewasaan saya selama satu tahun pengabdian ini. Ikhlaskan lebih cepat maka seketika itu pula tangan Tuhan akan bekerja tuk memudahkan jalan ciptaanya. Setiap malam, ku tambah waktu doaku untuk berucap doa tambahan yang berbunyi demikian: Tuhan, ijinkan aku untuk menutup mataku sebelum Kau tutup Layar Penglihatanku Namun sebelum itu, ijinkan aku untuk mengabdi semaksimal mungkin untuk Bangsa dan Keyakinanku hingga saat itu tiba. Walaupun demikian, aku tetap mengharap suatu saat keajaiban akan tiba ya Allah. Aku percaya itu, karena tidak ada suatu penyakitpun yang tidak dapat disembuhkan kecuali kematian J Pekanbaru, 9 Juli 2010...... Basecamp Pengajar Muda Bengkalis tiap mampir ke Pekanbaru, hunian nyaman nan damai milik Tante Yul dan Om Syafril, orang tua luar biasa dari sesama rekan Pengajar Muda Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar .

Cerita Lainnya

Lihat Semua