info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Hidup Berdaulat

lucky irawan 9 Maret 2013

 

repost from uckyndut.blogspot.com

Puji Tuhan, apresiasi yang diberikan rekan-rekan di facebook atas hari lahir, saya ucapkan terima kasih. Bagi saya pribadi ini adalah bentuk pengakuan kedaulatan hidup dan pengakuan atas keberadaan saya beserta keabstrakan yang dimiliki. Bukan berarti gila akan pengakuan, namun pengakuan akan hidup itu penting. Bahwasannya kita menjelaskan hidup dan ada, bukan hidup tapi tidak ada.

Pengakuan dalam konteks yang lebih tinggi adalah kedaulatan negara, analogi kontenporer adalah perjuangan bangsa Palestina untuk memperjuangkan haknya sebagai sebuah negara yang berkedaulatan terus diperjuangkan. Saat ini Palestina memperjuangkan kenaikan status dari negara pengamat menjadi anggota Perserikatan Bangsa Bangsa.  Hal itu penting agar eksistensi bangsa Palestina ada dan melegetimasikan negara dalam perjuangan pembebasan rakyat palestine. Itulah pentingnya sebuah pengakuan, di sini kita Indonesia yang berdasarkan UUD’45 sepakat untuk  “penjajahan di atas dunia harus dihapuskan”, save a palestine adalah jawabannya.

 

Pesan dan wall rekan semua menjadikan suntikan semangat akan pilihan melanjutkan hidup idealis yang adalah jalan pisau. Bukan berarti tidak realistis, namun jalan yang mungkin sebagian orang menganggap hidup ideal adalah aneh dan orang yang menjalankan itu adalah manusia anomali. Saya masih memiliki tanggung jawab yang harus dilunasi, tanggung jawab moral sebagai warga negara untuk ikut andil walau secuil, “mencerdaskan kehidupan bangsa”.

Diberikan kesempatan untuk melihat dan merasakan langsung kondisi kekinian Republik ini di pelosok negeri dari berbagai aspek kehidupan adalah sebuah kehormatan. Seperti seorang Polisi yang diangkat menjadi penyidik KPK, memilih jalan samurai nan tajam, keras bagaikan baja, terjal dan berbatu menuju puncak Merapi adalah suatu kehormatan dan kebanggaan.

Saya di sini tanpa kabar dan tenang  bukan berarti tanpa tantangan, namun jauh lebih besar dari apa yang dipikirkan sebelumnya. Secara nyata melihat dan merasakan kenyataan akan kondisi Republik ini di ujung pelosok nan terluar. Bahwasannya roadmap Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) menjadi negara maju tahun 2045 tepat 100 tahun kemerdekaan RI, apakah akan terjadi?. Mungkin di lihat dari radikalisme kemajuan Jakarta sebagai barometer, tahun 2045 tidak ada alasan Indonesia menjadi negara berkembang saja. Namun kaca matanya adalah dari Sabang sampai Merauke, dari Maringas (kepulauan Taulad) sampai Pulau Rote, mungkin ceritanya akan lain. Tapi jangan lupa Bondan Prakoso bersyair dalam lirik, “hidup berawal dari mimpi” harapan akan selalu ada walau terlihat utopis.

Ini bukanlah keluhan, namun saya sampaikan kenyataan kondisi yang sebenarnya. Menurut keyakinan pribadi, “katakanlah yang sejujurnya walau itu pahit, jujurlah walau itu mengancam keselamatan diri”, karena kenyataan memang pahit. Bantuan materi berupa fisik atau uang mungkin bisa menjawab salah satu pertanyaan dari sebuah persoalan, namun bukan berarti itu menyelesaikan persoalan. Satu persoalan hidup adalah multi dimensional, meliputi; “IPOLEKSOSBUDHANKAM” dan mungkin terkait pendidikan serta karakter manusia. Saya tidak mengkritisi Pemerintah Republik ini, saya katakan dengan lantang Pemerintah Republik ini telah bekerja keras melaksanakan pembangunan, saya akui itu. Mungkin baru pertama kalinya dalam hidup, saya berfirasat baik terhadap pemerintah.

Di sini tempaan diri seperti di-kungkum di kawah Candradimuka untuk berdamai dengan diri sendiri, luar biasa tantangan yang dihadapi, berperan sebagai fasilitator dari katalis kemajuan berpikir, menjadikan public attention lokal, “think global local action”. Saya mulai sadar bahwa menjadi pemimpin itu tidaklah mudah walaupun tugasnya hanya mengambil keputusan. Namun jangan lupa bahwa tiap keputusan mengandung sebuah resiko, kita tidak mungkin menghilangkan resiko yang bisa dilakukan hanyalah meminimalisir resiko yang ada. Dan tugas itu memanglah sulit seperti tokoh Kapten Jhon Miller dalam film Saving Private Ryan “konflik batin antara tugas dan naluri”.

Saya percaya bahwa Bangsa ini, Republik ini memiliki potensi memimpin dunia, seperti retorika yang disampaikan David Cameron, waktu berkunjung ke Jakarta, “Indonesia mampu memimpin dunia”. Kalau sedikit kita membuka buku-buku ensiklopedia bantuan pemerintah tahun 2007, waktu zaman  Menteri Pendidikan Bapak Bambang Sudibyo, yang puji Tuhan sampai juga di SD GMIT Oeulu, Rote Ndao.

Alasannya kita punya sejarah peradaban yang tidak kalah dengan Mesopotamia peradaban sungai Eufrat dan Tigris yang mempersembahkan Codex Hammurabi atau taman gantung Babilonianya oleh si Nebukadnazer, Mesir dengan Firaun, Spinx, dan Piramidanya, Bangsa Inca dengan peninggalan Machu picchunya, Roman empire dengan Colesseumnya, Yunani melahirkan Aristoteles peletak dasar sistem kepemerintahan Monarki dan Demokrasi. Cina dengan Dinasti Kerajaannya menciptakan Great wall of china atau Forbidden citynya, dll. Kita?, Patih Gadjah Mada dengan palapa yang menjadikan nusantara, atau Samaratungga dari Wangsa Syailendera dengan Candi Borubudurnya atau Balaputeradewa menjadikan Palembang pusat agama Budha. Dan kita pernah memiliki pemimpin kharismatik dunia Ir. Soekarno yang menghajar dunia dengan gerakan non-bloknya. Era saat ini banyak tenaga ahli IPTEK kita dipekerjakan di luar negeri, bahkan banyak mutiara-mutiara terpendam pelosok negeri ini yang mempunyai masa depan yang luar biasa dengan potensi menggebrak dunia.

Tidak ada yang salah dengan bangsa ini, Founding Father kita berpesan, “Perjuangan kalian setelah aku akan lebih berat, dari pada perjuangan ku (Ir. Soekarno), perjuangan ku adalah mengusir penjajah musuh yang nyata. Perjuangan kalian (kita saat ini) adalah melawan bangsa sendiri”. Melawan ketidakjujuran, ketidakpedulian, ketidaktahuan, kemalasan, kemunafikan, kesekeptisan, dll. yang memang musuh abstrak dalam kehidupan. Kita sadar salah satu janji kemerdekaan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, kalau bukan kita siapa lagi yang akan memikirkan Bangsa dan Republik ini. Bukan berarti saya mengajak rekan-rekan untuk bergabung dalam wadah yang sama, namun marilah kita mulai mencintai tanah pertiwi ini, marilah kita bangga menjadi bangsa Indonesia, marilah kita jaga keutuhan NKRI harga mati. Berjuanglah di ladang bidang rekan masing-masing, jangan pernah menggadaikan atau menjual identitas, tanah pertiwi, dan merah putih. Semangat Jenderal Naga Bonar !!

Salam progresif revolusioner


Cerita Lainnya

Lihat Semua