info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Tentang Adit

Kristian Patrasio 9 November 2013

Kali ini saya akan bercerita tentang Adit, salah satu Pengajar Muda angkatan VI. Pertama kali berkenalan dengannya adalah di hari pertama pelatihan. Ketika itu semua calon Pengajar Muda dibagi ke dalam kelompok-kelompok yang akan didampingi satu fasilitator. Saya berada dalam satu kelompok dengannya.

Nama kelompok kami Petromax Sobex. Kalau istilah kerennya, out of the box kan..hehe. Nama itu muncul dari idenya Adit. Dia juga menjelaskan filosofinya waktu itu. Sejujurnya saya sudah tidak ingat persis penjelasannya. Yang saya ingat cuma kita ini harus seperti lampu petromaks yang akan semakin menerangi kalau terus digenjot. Yup, pemilihan kata digenjot juga sepertinya datang dari dia. Karena idenya itulah, teman-teman sekelompok yang lain mendaulat dia untuk menjelaskan filosofinya itu dalam pertunjukkan singkat yang akan kelompok kami tampilkan.

Semenjak berada dalam satu kelompok, kami menjadi cukup akrab. Sebenarnya dia memang mudah akrab dengan banyak orang. Kepribadiannya memang supel dan selalu ceria. Banyak dari kami yang juga kerap meledek Adit. Kami suka meledek gaya Adit saat berbicara. Gayanya kalau sedang berbicara itu selalu berapi-api dan terlihat mau marah, aliasga nyantai. Dia sih berdalih mungkin karena dulu saat mahasiswa, dia sering jadi orator saat memimpin teman-temannya berdemo. Dulu dia memang mantan ketua BEM di kampusnya.Gaya bener kan..

Satu hal yang saya kagum dari dia adalah dia selalu mau menginstrospeksi dirinya.Walaupun sering diledek, Adit tidak pernah marah atau sakit hati. Ketika kami sudah meledek dia dengan gaya bicaranya, dia terkadang datang ke saya dan bertanya emang betul ya gaya bicaranya ga nyantai. Saya jawab saja iya. Dia lalu meminta masukan memang seharusnya gaya bicaranya seperti apa. Saya pun dengan senang hati memberikan masukan kepadanya. Setelah itu dia akan minta diingatkan kalau gaya bicaranya mulai ga nyantai. Kalau dipikir-pikir, ngapain ya dulu ngeledek, itu kan bagian dari keunikan dia.

Obrolan dengan orang Lampung ini bisa tentang apa saja. Kebetulan dulu dia pernah tinggal di Bekasi, di daerah yang tidak terlalu jauh dari rumah saya. Jadilah kami sering ngobrolin tentang Bekasi. Ngobrol dengannya pun bisa terjadi kapan saja. Termasuk saat lagi mencuci baju sama-sama. Pernah suatu kali, kami mencuci baju di saat yang bersamaan. Entah bagaimana awalnya, tahu-tahu kami ngobrol soal rencana-rencana setelah IM, khususnya yang berkaitan dengan kuliah lanjut. Kalau saya tidak salah ingat, dia bilang mau ambil program S2 yang bisa berkaitan dengan kebijakan pendidikan, jadi dia bisa berkontribusi lebih banyak lagi buat pendidikan di Indonesia.

Setelah pengumuman penempatan dilakukan, kelompok-kelompok fasilitator pun bubar dan digantikan dengan kelompok penempatan. Saya ditempatkan di Kapuas Hulu dan Adit di Maluku Tenggara Barat. Kami pun tidak satu kelompok lagi. Setelah itu memang kami tidak mengobrol sesering dulu lagi. Kami sama-sama menyadarinya. Jadi saat bertemu, kami akan saling melontarkan lelucon. "Sombong lo Kris, udah ga pernah ngobrol sama gue lagi", kata Adit. Saya membalas, "bukan gue, tapi lo yang sok sibuk". "Lo yang sombong", "lo yang sok sibuk", dan begitu seterusnya lelucon debat kusir kami. Debat kusir yang tidak akan pernah bisa kami mainkan lagi.

Hari Selasa pagi, tanggal 5 November yang lalu, saya mendapat berita mengejutkan. Adit telah berpulang. Ia berpulang dalam tidurnya. Saya sedih sekaligus bangga, karena ia berpulang ketika ia sedang mengabdikan hidupnya untuk memastikan ada anak-anak di sudut negeri ini yang masa depannya akan lebih baik lewat ilmu-ilmu yang ia bagi. Melihat kembali status-status Facebook dan twit-twitnya cuma bisa menegaskan satu hal: betapa ia memiliki visi dan semangat yang begitu berlimpah untuk bisa memajukan pendidikan di negeri ini. Raganya mungkin sudah tiada, namun semangatnya akan terus menyala.

Dit, sekarang gue janji ga akan sombong lagi. Tapi gue yakin lo akan tetap sibuk. Sibuk dengerin doa-doa yang dipanjatkan oleh orang-orang yang bangga dan kagum sama lo

 

Penai, 6 November 2013

22:53

Ketika hujan deras


Cerita Lainnya

Lihat Semua