Rustam, Anak Negeri yang Pulang untuk Mendidik

Ilham Andiatama 8 Agustus 2025

Di tengah tenangnya gelombang di Seram Bagian Timur, di sebuah desa yang tak masuk headline berita, lahir sebuah kisah tentang pendidikan yang menyala dari ketulusan. Namanya Rustam, seorang guru muda yang memutuskan kembali ke tanah kelahirannya setelah menamatkan pendidikannya di kota. Ia tidak membawa gelar yang panjang, tidak juga sambutan meriah. Yang ia bawa hanyalah satu tekad sederhana tapi besar: menjadikan sekolah di kampungnya sebagai tempat lahirnya harapan.

Rustam mulai mengajar di SMA 10 Seram Bagian Timur, belum genap satu tahun. Tapi kehadirannya tak bisa dibilang singkat. Dalam waktu sesingkat itu, ia menanam perubahan yang dampaknya terasa hingga ke rumah-rumah siswa. Sebelumnya, sekolah itu terasa sepi—bukan karena muridnya sedikit, tapi karena semangatnya memudar. Banyak siswa yang bolos, bahkan terlibat tawuran. Rustam melihat semua itu bukan sebagai kegagalan murid, tapi panggilan bagi pendidik untuk hadir lebih dalam.

Ia mulai dari yang paling dasar: percaya pada anak-anak itu. Ia daftarkan mereka ke berbagai lomba, bukan demi mengejar juara, tapi untuk memperkaya pengalaman, menumbuhkan keberanian, dan menunjukkan pada mereka dunia di luar halaman sekolah. Perlombaan menjadi jembatan, bukan tujuan. Di situlah pendidikan menemukan maknanya—bukan sekadar mengisi kepala, tapi menggerakkan jiwa.

Rustam bukan hanya mengajar pelajaran, tapi menghadirkan ruang yang hidup di sekolah. Ia bangun program ekstrakurikuler, pojok baca, hingga projek-projek kolaboratif antara siswa dan warga. Perlahan tapi pasti, suasana sekolah berubah. Anak-anak yang dulu duduk paling belakang kini berani berdiri paling depan. Mereka tak lagi sekadar datang ke sekolah, mereka merasa memiliki sekolah.


Cerita Lainnya

Lihat Semua