Monolog Pengajar Melas
Herdimas Anggara 31 Agustus 2013Pada hakikatnya, seorang pengajar muda adalah seseorang yang idealis, seseorang yang visioner, seseorang yang bisa dikatakan “matang”. Umumnya, mereka mengikuti berbagai aktivitas semasa kuliahnya yang pada akhirnya membentuk kepribadian mereka untuk nekat mendaftarkan diri ke gerakan Indonesia Mengajar ini. Namun, ada satu hal yang tampaknya luput dari perhatian. Apakah itu?
Perlu digarisbawahi bahwa sebenarnya pengajar muda adalah manusia biasa yang memiliki kekurangan-kekurangan yang tidak bisa mereka tutupi. Bahwa pengajar muda sewaktu-waktu bisa jenuh dan mengeluh. Berdasarkan hasil rumusan tersebut, disusunlah makalah penelitian ini dengan tujuan untuk memberikan perspektif lain seperti apakah raungan di dalam hati para pengajar muda ketika bertugas. Untuk objek penelitian kali ini, penulis mengambil beberapa sampel pengajar muda secara random yang ditempatkan di Bima, Nusa Tenggara Barat.
Terinspirasi dari McSweeney yang kemudian ditambah sedikit sentuhan gaya dari Tao Lin, penulis harap pembaca dapat menerima makalah penelitian ini dengan selera humor sehingga bukannya mendatangkan dengki melainkan mendatangkan canda dan tawa di dalam hati.
Berikut adalah beberapa ekspresi racauan batin dari objek penelitian selama mereka bertugas (silakan klik di tautan yang telah disediakan),
- Monolog ketika memasuki kelas rangkap.
- Monolog ketika harus menerangkan bab yang sama berulang kali.
- Monolog ketika anak didik akhirnya mengerti perihal bab yang diterangkan berulang kali tersebut.
- Monolog ketika anak didik membangunkan pengajar muda di saat pengajar muda ingin beristirahat.
- Monolog ketika sudah mencuci satu bak penuh pakaian kotor namun beberapa jam kemudian hujan.
- Monolog ketika sulit meninggalkan kabupaten karena terbuai dengan peradaban.
- Monolog ketika bahasa menjadi kendala pada kegiatan belajar mengajar.
- Monolog ketika tukang ojek menipu untuk meminta bayaran tambahan.
- Monolog ketika bis yang ditumpangi tidak sampai-sampai ke dusun penempatan.
- Monolog ketika mengetik proposal untuk program kerja kabupaten/provinsi.
- Monolog ketika harus berpura-pura memasang senyuman terbaik kepada pemangku kepentingan.
- Monolog ketika pemangku kepentingan sulit untuk diajak bekerja sama.
- Monolog ketika salah ucap ke pemangku kepentingan.
- Monolog ketika merasa entitas perilaku masyarakat sulit untuk diubah.
Dapat dilihat dari hasil penelitian di atas bahwa banyak sekali mimik yang tersembunyikan dalam kehidupan pengajar muda selama di daerah penempatan, sehingga tolong jangan pernah puji pengajar muda karena seperti hipotesis yang ditulis di pembukaan makalah penelitian ini bahwa sebenarnya pengajar muda adalah manusia biasa. Salam normatif.
Referensi
- Anggara, Herdimas. 2015. Bukan Dimas Anggara. Lambu: Erlangga(ra).
- Nugroho, Tio. 1815. Rohani Tio Nugroho. Tambora: Yudhistio.
- Sudjono, Benny. 1990. Renungan Benny Sudjono. Langgudu: Benny Pustaka.
NB: Entri dari penulisan makalah ini bisa bertambah/berkurang kapanpun sesuai dengan keinginan penulis.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda