Balerina: Apresiasi untuk Efek Rumah Kaca

Fitri Utami Ningrum 25 Maret 2012

Surat untuk Efek Rumah Kaca.

Sebuah dialog hati.

 

Setiap harinya, saya selalu mendengar lagu Balerina-nya Efek Rumah Kaca. Karena saya merasa lagu ini cerdas sekali. Selain karena saya suka menari, dan saya menyukai gerakan-gerakan balet, lagu ini saya akui sangat tepat menggambarkan apa yang terjadi setiap harinya di daerah penempatan.

 

Hidup bagai balerina...

Kerap maju berirama

Detaknya di mana-mana

Seperti udara

Hidup bagai balerina...

 

Yap. Hidup memang bagai balerina.

 

Menghimpun energi, mengambil posisi

Menjejakkan kaki, meniti temali

Merendah, meninggi

Rasakan hati, konsentrasi

 

Setiap harinya, seusai menyelesaikan satu hari, untuk menyambut hari selanjutnya kami harus menarik nafas dalam-dalam... Mengumpulkan energi untuk memulai hari yang hebat. Memantapkan posisi, menegakkan badan, mengangkat kepala seraya berdoa, “Bismillah” dan mengatakan kepada diri sendiri, “Semangat! Pasti bisa!”

 

Dalam setiap langkah kami di sini pun, harus kami lakukan dengan hati-hati. Dilakukan dengan penuh pertimbangan dan perhitungan. Karena kami sadar, apa pun yang kami lakukan pasti membawa dampak tertentu, entah itu positif atau pun negatif. Persis seperti meniti temali.

 

Merendah dan meninggi. Mungkin kami terbiasa dengan sanjungan, mungkin sebelumnya kami terbiasa memuji diri kami hebat karena memiliki kompetensi tertentu. Tapi, dalam masyarakat, kita berhadapan dengan banyak pihak. Para tetua, pejabat, ataupun orang-orang biasa di sekitar kita. Kita harus terbiasa merendah... “membungkukkan badan” untuk menghormati segala kebiasaan yang ada.

 

Setiap harinya pun kita harus berusaha untuk fokus, konsentrasi itu penting. Berkonsentrasi pada apa yang kita lakukan saat ini, di sini, memberikan sepenuhnya – semua yang kita bisa, untuk mereka. Dan semua itu tidak akan tercipta tanpa kita membulatkan hati, sepenuh hati; tulus, ikhlas untuk memberi. Yap. Belajar ikhlas dan tulus sepenuh hati, itu adalah bagian tersulit ternyata.

 

Hidup bagai balerina.

Biar tubuhmu berkelana

Lalui kegelisahan mencari keseimbangan

Mengisi ketiadaan

Di kepala dan di dada...

 

Saat ini yang saya lakukan adalah mengelanakan tubuh. Pergi ke tempat yang jauh dari rumah, dari orang-orang terdekat. Mungkin dalam setiap detiknya ada saja kegelisahan-kegelisahan di dalam diri; kegamangan akan sesuatu. Dan dalam setiap detik itu pula kita harus segera mencari titik keseimbangan untuk mengatasi kegelisahan yang ada. Bagian yang terberat. Tapi pada intinya, semua hal tersebut, yang telah kita lalui adalah untuk membuat diri kita lebih “terisi”. Mengasah hati dan pikiran; untuk menjadi pribadi yang lebih dewasa.

 

Hidup memang bagai balerina.

Hidup terasa begitu lentur

Menggapai tekstur ciptakan gesture

Berjingkat tidak teratur

Seperti melantur

Hidup terasa begitu lentur

 

Lalu, bagaimana kalau kita tidak bisa mengatasi semua masalah yang ada di sekitar kita? Hmm... terkadang yang saya lakukan pada akhirnya adalah: yang penting bergerak, walau mungkin terlihat seperti berjingkat tidak teratur, seperti orang yang melantur. Yang penting bergerak dan tidak berhenti sama sekali. Toh, hidup itu fleksibel, kan.

 

Hidup bagai balerina.

Ketika sedang mengeluh dan merasa tidak bersyukur, maka lagu ini pun saya perdengarkan. Untuk kembali menyemangati; untuk kembali mengingatkan diri bahwa hidup ya seperti itu. Bukan hanya saya yang berada di daerah penempatan, tapi orang lain pun saya rasa juga merasa begitu. Siapa pun, di mana pun. Di kota, ataupun di desa. Karena memang: hidup bagai balerina.

 

 

-25 Maret 2012; @tempat pencucian motor Selatbaru-


Cerita Lainnya

Lihat Semua