Laboratorium Holistik

Endah Astuti 14 Agustus 2013

 

  Laboratorium Holistik    Apa yang sudah menjadi kekhawatiran kini tampaknya sudah ada di depan mata dan lakon pun dimulai. Dengan berat hati dia meninggalkan Tahuna untuk kembali ke Pulau Lipang. Tersenyum pun masih bisa terbesit disungging pipinya, setelah mendapatkan cerita dari Engku* Mednihate (Guru SD Kawio dan saat itu sedang menjamu kami  (dia dan Lukito (PM VI Kawio))ayam bakar Malioboro).  "Enci (sebutan untuk guru perempuan) besok senin buka sekolah sendiri to? Nikmati saja untuk sembau. Kepala sekolah dan guru Lipang memang so lama di daratan", celoteh Engku yang pernah mencicipi pula kesendirian bertugas menjadi guru di SDN Inpres Lipang sebelum akhirnya kembali ditugaskan di Kawio. Dia yang sedikit pilu mendengar kabar tersebut, sebab mengaku sudah mendapati berita ini dari buku cerita Pengajar Muda II - Lutfi, informan pertama yang juga menjadi pendahulunya untuk dia teruskan pengabdiannya Pengajar Muda IV-Muhammad juga mendapati pengalaman yang demikian buka sekolah dan menjadi guru sendiri selama masa tugas satu tahun menjadi Pengajar Muda (PM).     Dia pun memutar otak, tidak ingin kalah dengan keadaan dan menjadikan pengalaman pendahulunya menjadi pembelajaran yang terbaik untuk menyiapkan dan melakukan langkah yang lebih teratur untuk menghandle tugas sebagai pengajar muda. Dia pulang lebih awal ke pulau,tepat satu hari setelah mengantar kepulangan PM IV kembali ke Jakarta. Dia bongkar file PM II dan PM IV. Dia mendapati hal yang besar dan di luar dugaan dengan langkah yang lebih awal untuk mengenal anak-anak menjadi guru ngaji, mendampingi membuat karangan untuk persiapan Konferensi Anak Indonesia dan alih - alih sekali merengkuh dayung sedepa pulau Lipang terlampaui sebagai syarat anak-anak bisa mengetik di les komputer. Berbicara tentang les komputer dan fotografer dia meminta semua anak menceritakan pulau Lipang dan ketiklah di laptop, kelak kalian akan menikmati hasil karangan itu sebagai kumpulan cerita dan menjadi "Buku Cerita Anak Lipang"- sirat bentangan imajinasi dia. Seolah  membuka dan menggugah kembali minat baca perpustakaan desa kerjasama wujud dari Indonesia Mengajar dengan Indonesia Menyala, dan sesekali mendapati kasus masyarakat yang sakit  hingga merujuk ke RSUD Tahuna sungguh sejawat dr. Timmy sangat banyak mempermudah jalan dia di sistem rujukan level 2, memanfaatkan tanaman obat dan getol sekali dengan perilaku hidup bersih sehat. Lipang yang masih minim dengan sumber air bersih, sanitasi, listrik dan signal namun percayalah dari kekurangan itu sudah tertutupi dengan keindahan dan kekayaan alam serta keunikan manusia di dalamnya.  Setidaknya dia sangat menyakini pemikiran bahwa pendidikan dan kesehatan adalah dua sembilah yang harus terisi secara beriringan.      Buka sekolah merupakan kesan pertamanya yang sungguh takjub. Tidak ada beban ataupun tangisan pilu. Dia seakan dibukakan oleh kata demi kata yang berfantasi dan membangkitkan sinap-sinap neurotransmiter untuk menghanguskan amygdala saraf kegelapan, penyebab kesedihan dan macetnya ide. Hatinya makin membuncah melihat siswa-siswa yang siap dia bariskan di lapangan perkelas rapi sudah. Apel pagi pertamanya sebagai guru SD memicunya untuk membuat suasana hari pertama sekolah harus menyenangkan dan selanjutnya siswa ketagihan untuk datang berbagi dan belajar bersama Encinya. Dia memahami benar tanpa pancingan awal yang memikat pembelajar akan kehilangan minat dan antusiasme.  Konon si Enci membuat MOS (Masa Orientasi Siswa), dari segala atribut yang sudah disepakati bersama, membuat suasana makin meriah. Melihat gelagat anak-anak yang sangat kooperatif dan engkau kawan bisa melihat lucunya siswa yang memakai papan nama buatan sendiri dan kelompok. Ada yang dari papan triplek bak gantungan petunjuk jalan sebab papan itu sangat otomatis menutup badan mereka yang sangat mungil. Ya karena papan nama raksasa ini dikenakan oleh sang kreator tiga bersaudara. Uniknya lagi ada yang berteriak Encikita menari? kita pementasan Enci? sekarang Festival Anak Sangihe enci? dia terbelalak, dan berkata dalam hati "hai senior pejuang pengajar muda sangihe, its about you, really!! apreciate it! kalian sudah menorehkan dan mematri karya untuk mereka anak-anak Sangihe.  "Kita menala dan membekeng festival di sikora selama telu hari jo!", enci berbinar  "Yes....kete kete mapeale!" seraya teriakan, memeluk dan mendekati Enci.     64 siswa dari kelas 1-6 SD, jumlah yang lumayan membuat dia  sandaran di tembok, ditambah dengan sekolah tetangganya memiliki nasib malang yang sama SMP N 3 Lipang. Ketidak hadiran guru menjadi masalah klasik dari seumur-umur sekolah mereka berdiri. Dia mengatakan dengan modal peduli dan konsisten pasti semua akan menyenangkan dan tangan Tuhan yang meringankan, menguatkan, menenangkan, mengangkat beban dan menjernihkan imajinasi untuk mengimajinasikan imajinasi hambanya.       Ada hal yang lebih dia percaya, anak-anak punya masa depan lebih indah, maka siapkan! Anak- anak memiliki fantasi diluar konsep fatamorgana yang kadang tidak mudah untuk serta merta dia pecahkan, seperti pertanyaan polos dari anak-anak "Enci, pake semengken (lipstik)? wo...ciputnya maketi putar-putar bekeng muka bagus." dia pun tertawa dan memaklumi ini baru pertamakalinya siswa SD dan SMP Lipang mendapati guru perempuan.  "Benar jo, bagaimana rapi bukan? Enci ingin berdiri di sekolah ini dengan rapi, so anak-anak juga belajar rapi ya? Lipen hanya dipakai dorang wawu yang kulitnya sudah dewasa", enci menjelaskan sembari merapikan dasi, kancing baju, kancing celana anak-anak yang dekat dengan lusuh lungsuran dari kakak-kakak mereka dan mengeluarkan tisu untuk membersihkan ingus anak-anak yang keluar segan masuk pun tak mau.  Dia siap mendapati kejutan - kejutan menjadi PM yang tentunya settingan hidup tidak selalu linier. Hidup adalah kumpulan cerita ciptaan kita. Dan dia sadar benar cerita paling indah adalah keputusannya untuk melakukan tindakan kecil buah dari bunga-bunga imajinasi penciptaannya. Oh inilah laboratorium holistik dia sesungguhnya.

Cerita Lainnya

Lihat Semua