Teringat Kembali (Episode Pembekalan)

Eko Budi Wibowo 30 Juni 2011

Masih teringat ketika bersama Angga, teman ku yang paling besar badannya dan bongsor itu. Kami memasuki hutan dan tidur dalam bivak menahan lapar sejenak karena dingin sudah memasuki perut kami yang kosong. Angga tergulai tidur dalam bivak, hampir keseluruhan badannya yang besar menghabiskan semua tempat yg tertutup bivak sederhana itu.

Masih teringat juga ketika Ibu Wei mengajarkan kami ‘mengajar’ yang sesungguhnya, serasa betapa sesalnya masa kecil dulu menyiakan matematika yang ternyata begitu menyenangkan untuk anak-anak, andai dahulu waktu kecil saya diajarkan dengan metode itu pastilah sekarang saya tumbuh sebagai pencinta Matematika bukan penghindarnya.

Masih teringat semua pemateri yang datang dengan membawa pandangan baru tentang dunia pendidikan untuk kami waktu itu, pendidikan jadi semakin terlihat sebagai cahaya untuk saya.  Mereka memberikan semangat untuk apa menghabskan hidup di dinia ini, dengan semangat untuk berbagi kepada sesama, semangat untuk bisa bermanfaat buat orang banyak, dan semangat untuk menularkan semangat itu menjadi semakin kuat tumbuh dalam diri saya.

Masih sangat terniang gelak tawa tema-teman yang luar biasa hebatnya. Kami berdiskusi, kami bercanda, kami berdebat. Semua Ingatan itu keluar masuk silih berganti di pikiran saya; “Ah betapa beruntungnya saya bisa bergabung dengan gerakan ini”

Semua episode yang teringat kembali tersebut merupakan penggalan-penggalan cerita ketika kami masuk dalam ‘kawah candra dimuka’ kami didik kami dilatih untuk bisa menghadapio segala macam kemungkinan yang akan kami hadapi dilapangan selama setahun mengabdi di daerah penempatan.

Kami punya semangat yang luar biasa dan mendapat kehormatan ini untuk mengabdikan waktu dan tenaga kami untuk pendidikan tetapi semangat yang kuat belum cukup kalau tidak dilengkapi dengan ilmu yang memadai. Kami tidak mau  kehadiran kami justeru menjadi sia-sia atau malah justeru menjadi beban dan hambatan bagi daerah yang kami tempati. Kami dipersiapkan menjadi guru tetapi bukan cuma hanya sekedar guru tetapi dipersiapkan untuk menghadapi segala kemungkinan dari tugas kami selama satu tahun kedepan.

Mulai dari persiapan fisik untuk menjaga stamina kami, teringat benar ketika saya setiap pagi dipaksakan untuk bisa lari pagi dan berolahraga sebelum berkegiatan. Ternyata ketika saya sampai di tempat ini, di desa Sitoko, saya harus dibiasakan dengan jalan yang menanjak dan membutuhkan kaki-kaki yang kuat. Akses untuk bisa menuju Sitoko kadang harus dijalankan dengan jalan kaki menyusuri jalan berliku dan menanjat, kadang ketika saya tidak bisa menemukan ojek ataupun untuk menghemat pengeluaran (bayangkan ojek sekali jalan bisa menghabiskan 50.000) saya sering berjalan kaki yang ditempuh selama dua jam dari desa terdekat. Coba bayangkan ketika pembekalan kami tidak dibiasakan dengan latihan fisik dan olahraga mungkin saya akan kesusahan melewati medan dan tantangan seperti ini.

Pembekalan menjadi guru, kita dituntut harus bisa mempersiapkan pembelajaran, mengajar dengan metode terbaik dan bisa menguasai kelas. Ini penting sekali, dimana latar belakang kami rata-rata bukan seorang guru, kami dilatih dan menjadi tahu bagaimana menghadapi siswa dengan persiapan yang benar. Bukan hanya sekedar mengajar didepan kelas, setiap orang pasti bisa kalau sekedar mengajar didepan kelas. Ada banyak yang harus dipersiapkan oleh seorang guru ketika akan mengajar di kelas. Kami dipersiapkan dengan pembekalan pembuatan silabus dan RPP. Ketika akan mengajar didepan kelas nantinya maka kami tampil dengan berbagai macam amunisi. Pembekalan tersebut ternyata penting sekali ketika kami harus menularkan semangat mengajar dan menularkan ilmu kepada rekan guru-guru kami. Bisanya rekan-rekan guru akan meminta masukan kita terkait dengan proses penyelenggaraan pembelajaran yang baik, saya mengajarkan kepada rekan guru bagaimana membuat silabus, KKM, dan RPP. Apalagi mengenai metode pembelajaran. Saya senang ketika akhirmnya rekan-rekan guru ikut tertularkan.

Kehadiran kami selain menjadi guru diharapkan bisa menjadi penggerak pembangunan kampung atau desa yang kami tempati. Ketika pembekalan kami otomatis terlatih soft skill kami dalam leadership. Latar belakang teman-teman yang merupakan lulusan terbaik Universitas membuat saya banyak berdiskusi, berdebat, berkonflik dan berderai tawa. Semua itu membawa efek ketika nanti berada dipenempatan. Keahlian kita untuk bersosialisasi, mengemukakan pendapat dan menyelesaikan konflik ditengah masyarakat menjadi keahlian yang mutlak harus dimiliki, karena biasanya pengajar muda akan ditempatkan seorang diri di setiap kecamatan, sehingga kemampuan leadership mereka mau tidak mau harus diasah.

Episode pembekalan tujuh minggu tersebut teringat kembali ketika saya sudah berada dipenempatan, apa yang saya jalani tujuh minggu tersebut begitu berarti atas proses yang akan saya jalani setahun kedepan.


Cerita Lainnya

Lihat Semua