Sepanjang Wadankou dan Larat

Eko Susanto 8 Mei 2014

Sebuah perjalanan hidup manusia di dunia ini pasti tidak bisa lepas dari yang namanya transportasi, baik itu transportasi darat, laut, atau udara. Wadankou adalah salah satu desa di Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang terletak di pulau Molu yaitu pulau paling ujung utara dari kepulauan Tanimbar. Letaknya yang berada di ujung dan berupa daerah kepulauan membuat transportasi laut menjadi andalan utama di daerah ini. Minimnya infrastruktur jalan raya membuat transportasi darat sulit untuk di gunakan, bahkan di kecamatan Molu Maru yang terdiri dari lima desa ini termasuk desa Wadankou tidak ada jalan raya yang menghubungkan antara desa yang satu ke desa yang lain. Semua penduduk di daerah ini memakai transportasi laut untuk bepergian, baik itu dari sampan, perahu (motor laut), ketinting, speed boat, atau kapal laut. Kemanapun penduduk disini pergi pasti mereka menggunakan transportasi laut, bahkan untuk pergi ke kebun sebelah desapun mereka biasanya menggunakan sampan. Demikian pula ketika saya harus pergi ke Larat (kota atau tempat paling ramai ke dua setelah ibu kota kabupaten Saumlaki). Di larat inilah kami biasanya pergi membeli bahan-bahan makanan atau kebutuhan-kebutuhan yang lain. Karena tempat inilah yang terdekat untuk membeli kebutuhan sehari-hari, disana terdapat pusat perdagangan dari kebutuhan pokok sampai kebutuhan yang lain. Di larat ini juga terdapat kantor-kantor instansi baik BUMN ataupun Swasta. Semua desa di Maluku Tenggara Barat yang letaknya jauh dari Saumlaki pasti menuju ke Larat untuk belanja ataupun menjual hasil kebun mereka.

            Untuk mencapai Larat saya harus naik transportasi laut yaitu perahu kayu atau penduduk biasa menyebutnya motor laut selama kurang lebih empat jam perjalanan laut. Terdapat dua motor laut andalan yang biasanya digunakan penduduk desa Wadankou untuk pergi ke Larat dan motor laut itu diberi nama Ratu Rengi dan Nifan Massa. Sebenarnya ada beberapa lagi motor laut yang dapat digunakan untuk pergi dari desa ke larat, namun bodi motornya terlalu rendah jadi ketika ombak kencang sangat berbahaya. Oleh karena itu motor laut yang biasa di andalkan adalah Ratu Rengi dan Nifan Massa yang memiliki bodi motor cukup tinggi dan besar.Perjalanan mengarungi lautan yang begitu banyak pengalaman baru merupakan perjalanan yang tak akan bisa terlupakan. Semua warga selalu membawa bekal saat mau bepergian ke larat, entah itu bawa nasi dan ikan, atau makanan tanah seperti ubi-ubian bahkan makanan khas yang pasti tidak akan pernah tertinggal yaitu makanan yang disebut Bebah. Bebah ini merupakan makanan yang terbuat dari singkong atau kaspih yang di parut lalu di cetak dan di keringkan sedemikian rupa hingga makanan ini tahan lama untuk di simpan. Disepanjang perjalanan kita akan di suguhkan dengan pemandangan lautan dan pulau-pulau tak berpenghuni. Dan apabila beruntung kita akan dapat melihat ikan lumba-lumba yang berenang di lautan. Sensasi yang tak kalah menariknya adalah ketika motor laut yang kita naiki di terjang ombak/ gelombang, motor laut bergoyang ke kanan dan ke kiri seperti naik ayunan. Dan tidak jarang juga bila ombak besar air sampai masuk ke dalam motor laut. Perjalanan yang memakan waktu 4 sampai 5 jam itu merupakan perjalanan yang sangat mengesankan, selama di Jawa transportasi darat menjadi andalan namun di tempat tugas Maluku Tenggara Barat transportasi laut yang menjadi andalan utama. Panas hujan angin di tengah lautan sudah menjadi hal biasa saat kita berlayar mengarungi lautan untuk menuju Larat. Namun bagi masyarakat desaku perjalanan ini bukan hal yang susah dan ketika sampai larat mereka pasti senang karena melihat keramaian yang tidak di temukan di desa. Transportasi inilah yang nanti pasti tidak akan dapat saya rasakan ketika sudah selesai melaksanakan tugas di sisni, sebuah pengalaman perjalanan yang sangat berharga di ujung Maluku Tenggara Barat perjalanan antara Wadankou dan Larat.


Cerita Lainnya

Lihat Semua