Lembar Baru Hidupku dan Keluarga Baruku!

Eko Susanto 15 Agustus 2013

KM SABUK NUSANTARA 31, Salah satu kapal transportasi di Maluku Tenggara Barat (MTB) membawaku ke tempat tugas desa Wadankou kecamatan Molu Maru kabupaten Maluku Tenggara Barat. Sebuah desa kecil di ujung pulau dengan seribu keindahan panorama alamnya yang tidak dapat digambarkan dengan kata-kata. Namun disatu sisi desa ini sangat jauh dari peradaban kota, bayangkan saja kita harus menempuh perjalanan kurang lebih 24 jam sampai 28 jam untuk sampai di desa ditambah lagi harus berjalan kaki selama 2 jam melalui tepi pantai, hutan bakau, sampai semak belukar atau bisa juga kalau lagi beruntung kita bisa naik motor laut atau speed dari desa Adodo Molu (desa tetangga) tempat sandarnya kapal untuk sampai ke desa Wadankou. Transportasi yang bisa digunakan dari kabupaten ke desa yaitu kapal Very atau kapal Sabuk Nusantara, itupun jadwalnya dua minggu sekali menuju ke Molu Maru (Kecamatan) desa Wadankou. Sungguh perjalanan yang melelahkan dengan menggunakan transportasi kapal yang selalu bergoyang diterjang ombak samudra, tidur ditempat manapun di atas kapal, semua lorong kapal penuh dengan manusia, tidur bersama dan berhimpitan dilantai sudah bukan pemandangan yang asing lagi bagi semua penumpang. Namun semua perjuangan itu terbayar sudah ketika untuk kali pertamanya saya benar-benar datang sendiri ke tempat pengabdian dan disambut keluarga besar Linus L. Etalwewa dengan sambutan yang sangat ramah. Inilah keluarga baru saya di tanah Maluku keluarga piaraku, keluarga yang penuh keceriaan, setiap hari penuh dengan canda tawa bersama anak-anak. Bapak dan Mama itulah panggilanku untuk orang tua piaraku. Mereka selalu menghibur saya dikala kesendirianku disini. Minggus, Mia, Tuni, Malus, Okta, baim inilah adik-adik piaraku yang akan selalu menemaniku selama aku menjalankan tugasku.

Keluarga ini sangat baik sekali kepadaku bagai malaikat yang datang dari langit yang selalu membantuku dalam segala hal. Aku benar-benar dianggap seperti anak mereka sendiri bahkan aku merasa lebih di spesialkan di keluarga ini. Mereka sungguh membuatku terharu, aku dijadikan seperti pangeran disini, dari mandi aku tidak boleh mengambil air sendiri di sumur( padahal air sumurnya jauh dari tempat mandi), aku juga tidak boleh mencuci baju sendiri, adik piaraku yang mencucikan kadang juga mama piaraku, meskipun terkadang aku juga diam-diam melakukan pekerjaan-pekerjaan itu namun kalau ketahuan bapak dan mama piaraku aku pasti dimarahin karena aku memang tidak boleh melakukan semua itu. Setiap makan aku selalu disuruh terlebih dahulu dan mereka tidak akan makan kalau aku belum makan, bahkan mereka juga rela bangun pagi untuk menyiapkan makan sahurku saat pertama aku puasa padahal di desa ini 100% non muslim namun toleransi umat beragama disini sangat baik sekali. Bahkan aku juga di siapkan ranjang tempat tidur baru saat pertama aku datang di rumah. Keluarga baruku, sungguh aku merasa bersyukur mendapat keluarga baru seperti kalian. Entah apa yang bisa aku lakukan untuk membalas semua kebaikan mereka. Keluarga baruku sama seperti Bapak Ibuku di Jawa yang selalu menyayangiku dengan tulus. Sungguh kehangatan dan kebersamaan yang sangat indah. Minggus yang tangguh, Mia yang ceria dan semangat, Tuni yang rajin, Malus yang pemalu dan polos, Baim yang lucu, Okta yang apa adanya, Bapak yang giat,ramah,bertanggung jawab, Mama yang selalu mengasihi dan menyayangiku. Inilah Keluarga baruku di Maluku KELUARGA INSPIRASIKU.

Terima kasih Bapak & Ibu,

Terima kasih Bapak & Mama,

Semoga aku bisa berguna bagi Bangsa ini!


Cerita Lainnya

Lihat Semua