info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Bukan Guru Honorer

Darwin Achmad Nursamsur 23 Februari 2017

Pagi itu terasa begitu berbeda, tidak seperti biasanya. Ya, karena saya kedatangan partner saya dalam mengajar setelah beliau rehat selama dua bulan karena cuti melahirkan anak ketiganya. Jujur, mungkin bukan murid saja yang merindukan kehadiran beliau namun juga saya yang amat merindukan kehadiran beliau di sekolah kami dengan segala kegiatan yang sering kami lakukan bersama di SDN Muning Dalam.

Beliau adalah Ibu Risnawaty, biasa disapa Bu Risna. Ia sudah mengajar selama 6 tahun di sekolah kami dengan status guru honorer. Bisa dikatakan beliau adalah guru yang paling dekat dengan saya selaku Pengajar Muda, karena beliau sangat membantu saya dalam proses penyesuain diri di lingkungan sekolah, terasa begitu akrab dan hangat bagaikan kakak kandung saya sendiri. Tak jarang saya selalu mendapatkan dukungan beliau saat saya mengutarakan niat saya untuk melakukan kegiatan di sekolah, meskipun beliau adalah seorang guru honorer namun semangat dan kedisiplinan beliau tidak bisa diragukan.

“Jangan anggap saya sebagai guru honorer Pak Darwin!” ujar beliau saat pertama kali saya berkenalan dengan beliau, lantas saya bertanya kembali “kenapa bu?” dengan nada penasaran, dengan serta merta beliau menjawab “jika saya disebut atau dianggap sebagai guru honorer, maka seolah-olah saya mengajar hanya untuk mencari uang, padahal niat saya tulus di mana saya hanya ingin mengajar menjadi seorang guru yang seutuhnya” sontak jawaban beliau seperti menjadi teguran bagi saya, di mana saya harus bertanya pada diri sendiri “sudah tulus dan ikhlaskah saya?”

Pernah suatu hari ketika beliau hamil tua, saya diminta mengantarkan beliau ke Dinas Pendidikan di kabupaten untuk mengambil tunjangan beliau sebagai guru honorer. Dan percakapan pun terjadi di antara kami berdua sepanjang perjalanan dari desa menuju kabupaten. “ibu kapan diangkat menjadi guru PNS?” pertanyaan ini saya ajukan ke beliau karena melihat masa kerja beliau yang cukup panjang. “Demi Allah, saya tidak akan sakit hati meski tidak diangkat menjadi guru PNS, karena tujuan dan cita-cita saya adalah ingin menjadi guru. Meski gaji guru PNS lebih banyak dibandingkan saya namun ini sudah rezekinya saya karena saya yakin, rezeki bukan dilihat dari angka tapi dari keberkahan yang saya rasakan sehingga banyak berkahnya dan bukan angkanya. Biarlah Allah mengatur itu semua yang penting ibu masih merasa cukup dan sedikit demi sedikit dapat berbagi dengan keluarga dan saudara” jawaban beliau nampaknya menjadi obat penasaran dan nasihat bagi pribadi saya, di mana rezeki tidak hanya sebatas angka namun kecukupan bagi kita yang merasakan karena nominal besar belum tentu cukup dan nominal kecil bisa jadi menutupi semua kebutuhan kita. Ibu Risna memang hanya lulusan Diploma II sehingga belum memenuhi syarat sebagai calon PNS, yang notabene harus lulusan Strata I tapi baginya itu bukan masalah karena menjadi guru adalah cita-cita beliau sedari muda dulu, bahkan beliau sudah menyiapkan pakaian untuk mengajar sejak lima tahun sebelum beliau mengajar di SDN Muning Dalam karena keinginan yang kuat untuk menjadi guru. Sebelumnya Bu Risna menunda pendidikannya selama tiga tahun selepas lulus SMA untuk melanjutkan study di perguruan tinggi karena keterbatasan ekonomi, namun dengan keuletan dan kegigihannya beliau mampu menempuh pendidikan hingga jenjang Diploma II, beliau pernah berujar kepada saya “Kamu beruntung karena lulus SMA langsung kuliah, namun saya harus bekerja untuk bisa kuliah meski hanya sampai segini saja, karena rasa saking penasarannya terhadap cita-cita untuk menjadi guru dan Alhamdulillah sekarang tercapai, ini sudah lebih dari cukup buat saya” tak terasa perjalanan 50 KM dari desa menuju kabupaten terasa begitu cepat karena dipenuhi dengan obrolan yang meginspirasi bagi saya pribadi. Percaya atau tidak, menjadi Pengajar Muda telah membuat saya belajar langsung dari sumbernya, baik belajar tentang keikhlasan, bahagia, dan esensi dari hidup itu sendiri.

Terimakasih Tuhan, telah mengirim saya ke sini.

 


Cerita Lainnya

Lihat Semua