Faisal (bukan) Banci
Avina Nadhila Widarsa 3 Oktober 2014Namanya Faisal H. Lajarangka. Dia murid kelas VI SDN Torosubang yang paling tinggi. Faisal sebetulnya sudah bisa lulus tahun ajaran kemarin. Namun, karena dia tidak mengikuti ujian kenaikan kelas V, terpaksa ia mengulang kelas.
Saya mengenal Faisal sebagai anak yang ceria dan senang membantu. Walaupun ia cerewet dan agak kemayu, ia paling pandai jika disuruh menjadi imam shalat zuhur.
Dia memang berasal dari keluarga yang memiliki anak yang banci, istilah orang Bajo untuk laki-laki yang berpenampilan seperti perempuan. Di rumah, ibunya juga tidak segan menyuruhnya mencuci piring, memasak dan berjualan. Tipikal pekerjaan anak perempuan.
Tadi siang, mendung bergelayut di matanya. Ia menangis sebab salah seorang guru mengatakan ia "banci" karena akan memukul bel sebelum jam pulang. Ia menangis, mendengar guru tersebut bercerita tentang kelakuannya yang seperti anak perempuan. Berjualan kue (snack) di kelas.
Jujur, pada saat itu saya marah. Saya tau Faisal bukan banci. Faisal sendiri pernah bercerita kepada saya bahwa dia merasa sakit hati dan "ingin memakan" orang yang mengatakan dia banci.
Saya katakan kepada teman-temannya, jangan berkata "Faisal banci". Sebab dia bukan banci.
Dibalik sifat kemayunya, ia sanggup mengerjakan pekerjaan terberat bagi laki-laki.
Pergi ke masjid dan melaksanakan shalat tiap masuk waktunya.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda