info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Anakku Dibawa Kabur

Anita 12 September 2012

Libur kenaikan kelas kali ini bertepatan dengan datangnya musim cengkeh. Banyak anak- anak yang menghabiskan liburannya dengan dengan mengumpulkan cengkeh di Pulau Muari, salah satu pulau penghasil cengkeh terbesar di Halmahera Selatan.

Diantara kebanyakan anak yang berlibur di Muari, salah satu anakku Surono diajak berlibur oleh kakaknya ke Fak-fak, Papua Barat. Jarak yang tidak dekat. Bukan berlibur untuk pelesiran atau berwisata ke pulau –pulau di. Namun, Ibu dan bapaknya Surono memang tinggal di Fak- fak. Saya tidak tahu persis apa nama desanya. Surono ingin berkumpul bersama keluarganya di Fak-fak, karena memang sudah bertahun-tahun ia tidak bertemu dengan keluarganya.

Sebenarnya Ono, begitu dia akrab dipanggil oleh teman - temannya, telah berlibur sejak libur kenaikan kelas dimulai. Namun dua minggu pertama setelah libur kenaikan kelas, dia tidak juga muncul ke sekolah. Satu bulan sudah saya tidak melihatnya. Saya benar- benar merindukannya. Merindukan suaranya. Merindukan lesung pipinya ketika dia tersenyum. Merindukan segala tingkah lakunya. Keceriaan, kejeniusan dan juga kejahilannya. Miss him a lot.

Namun saya masih maklum. Mungkin orang tuanya masih kangen. Apalagi bibinya di desa mengabarkan bahwa dia akan pulang sehabis libur Lebaran. Oke, tidak apa- apa. Saya masih kuat menahan rindu.  

Dan sekarang libur Lebaran telah usai. Hampir satu bulan lamanya. Ono juga tidak muncul ke sekolah. Berarti sudah dua bulan lamanya Ono meninggalkan desa, meninggalkan teman – temannya, meninggalkan saya. Saya langsung menghubungi kakaknya Ono yang di Ternate. Dan yang lebih membuat saya kaget bahwa Ono akan kembali ke Bajo nanti setelah Hari Raya Idul Adha. Saya marah, tentu saja. Saya menulis SMS yang cukup panjang untuk kakaknya, kenapa Ono tidak disuruh pulang. Kenapa dia musti ‘ditahan’ hingga lebaran Idul Adha.

Bukan hanya karena saya sudah kangen bukan kepalang. Tapi lebih karena khawatir bahwa Ono akan ketinggalan pelajaran. Dia pintar, dengan cepat mudah memahami materi pelajaran. Tapi tidak sekolah selama tiga bulan lamanya, tetap saja dia akan kewalahan untuk mengejar materi. Padahala dia akan menempuh ujian nasional tahun ajaran ini. Belum lagi siapa yang akan baik hati membantunya mengejar materi yang ketinggalan? Tidak lama setelah liburan Idul Adha, saya justru akan ditarik dari daerah.

Hati saya berkecamuk dahsyat. Semalaman saya memikirkan nasib Ono. Iya kalau benar dia akan pulang tepat setelah libur Idul Adha, bagaimana kalau baru seminggu setelahnya atau sebulan setelahnya mungkin? Atau bahkan yang terburuk, saya tidak dapat bertemu Ono sebelum jadwal penarikan saya. Saya benar- benar gundah gulana. Saya mencoba menghubungi kakaknya lagi, meminta nomor telepon yang bisa dihubungi di Fak-fak. Kakaknya bukannya memberikan nomor, tapi hanya bilang papanya punya HP, tapi disana jarang ada sinyal. Kalau harus menelpon, harus pergi ke tempat lain.

Oh Tuhan bagaimana ini? Saya ingin mendengar kabarnya. Saya ingin berbicara kepada orang tuanya. Kalaupun dia memang ditahan disana, setidaknya dia harus tetap sekolah selama dua bulan ini. Kasihan otaknya yang pintar, harus menganggur selama itu. Saya kemudian teringat, di Kabupaten Fak- fak kan ada juga Indonesia Mengajar. Siapa tahu, desa tempat Ono berada berdekatan atau malah berada di salah satu desa penempatan pengajar muda disana. Hingga akhirnya saya menghubungi pengajar muda Fak-fak yang saya kenal. Namun ternyata, distrik desa Ono berada jauh dari desa penempatannya. Ono berada di kampung Salawir. Menurut info dari Mbak Wiki, Salawir ada di Distrik Bomberay.

Hingga kini saya masih mencari cara untuk bisa menghubungi Ono. Menyuruh dia segera pulang. Jikapun dia memang ingin tinggal disana, saya ingin dia tetap melanjutkan sekolah. Seperti mimpi kami bersama, saya ingin dia bisa kuliah di Jawa nantinya. Saya ingin dia tetap menggapai cita-citanya dari pelosok bumi manapun ia berada. Ono, sekali lagi, Ibu sangat merindukanmu, Nak!


Cerita Lainnya

Lihat Semua