Bersama Ibu, Marwah Belajar di Rumah
Ahadyah Ayu Umaiya 3 Oktober 2016Gadis cilik berusia 5.5 tahun ini bernama Marwah. Marwah adalah murid ngaji Iqra' jilid 4 yang sekarang duduk di kelas 1 SDN Bajayau Tengah 1. Kemarin sore adalah jadwal saya berkunjung ke rumah orang tua Marwah. Ini adalah kunjungan ke-8 dari 104 orang tua siswa SDN Bajayau Tengah 1 yang saya targetkan untuk dikunjungi selama masa penugasan satu tahun. Selain silaturrahim, saya juga ingin membangun kedekatan antara guru dan orang tua siswa (sebagai mitra langsung) selama Pengajar Muda bertugas di desa ini.
Bukan kepalang gembiranya saya dan asisten saya (anak-anak yang mengekor/mengintil) ketika gadis kecil itu sudah menyambut saya di depan rumahnya yang tidak jauh dari SD. Dia melambaikan tangan ke kami agar kami segera masuk ke istananya. Sambutan nan hangat juga kami terima dari ibu gadis mungil itu. Acil Usta. Demikian saya memanggil ibu Marwah yang kira-kira berusia 30an tahun tersebut.
Sembari menunggu berbincang dengan Acil Usta, Marwah dengan cerianya menggiring saya ke salah satu sudut di rumahnya yang berisi banyak tempelan-tempelan di dinding. Ohhh ternyata poster tentang tatacara wudhu, do'a sehari-hari, penjumlahan pengurangan, perkalian pembagian, huruf alfabet dan cara membacanya. Marwah kecil berceloteh dengan semangat bahwa dia sudah hampir menguasai semua materi yang ada di poster tersebut. Saya menyimaknya dengan khitmad. Dengan gayanya yang masih cadel, Marwah mengingat hapalan do'a akan dan sesudah makan, do'a akan dan bangun tidur, do'a belajar dan mengaji, termasuk do'a wudhu. Saya terpesona oleh Marwah. Memang dia anak kecil yang cerdas menggemaskan.
Suguhan dari Acil Usta pun datang. Sambil menikmati hidangan, saya berbincang dengan beliau tentang perkembangan psikologi Marwah, gaya dan frekuensi Marwah belajar di rumah termasuk pula kendala yang dihadapi Acil Usta selama mendidik Marwah di rumah.
Marwah sudah belajar di TK sejak usia 3.5 tahun dan selama itu pula-- setiap malam --Acil Usta sendirilah yang mengajari Marwah untuk mengulang-ulang materi belajarnya, termasuk membimbing mengaji Iqra'. Acil Usta tetap madrasah pertama bagi Marwah. Hal itulah yang membuat saya merasa kagum kepada Acil Usta. Saya banyak belajar bahwa ternyata di desa jauh dari akses publik ini, saya masih menemukan semangat orang tua dalam mendidik buah hatinya serta mendorongnya agar menjadi insan yang berilmu. Salut!!
Semoga akan banyak kujumpai semangat-semangat orang tua yang sama dalam mendidik anaknya di desa ini. Sebab, tidak dapat dipungkiri bahwa salah kunci kesuksesan anak juga tergantung dengan sikap dan perilaku orang tua sejauh mana mereka mendukung anaknya dalam proses belajar. Belajar apa saja. Tidak hanya belajar di sekolah, tetapi juga proses belajar melewati tantangan-tantangan hidup yang tersaji selama anak itu tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa.
Terima kasih bagi orang tua yang sudah memberikan usaha dan dedikasi terbaik sehingga sang buah hati tumbuh menjadi pribadi yang cerdas dan berakhlaqul karimah!
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda