Hutan Samak, Pulau Rupat

Agus Rachmanto 15 Januari 2011
Dan maafkanlah kemalasan saya, kawan-kawan atas kemalasan saya selama ini tidak bikin goresan. Semoga kelak rasa malas tidak lagi menjajah dan menang melawan diri. Oke, tentnag sebuah tempat bernama Hutan Samak yang ada di Pulau Rupat. Dan saya bertaruh mayoritas dari kawan-kawan tidak begitu paham letak Pulau Rupat. Pulau Rupat ada di Selat Malaka, antara Pulau Sumatra dan Malaysia. Dari Pulau Rupat, hanya butuh 45 Menit untuk sampai di Malaka (Melaca). Untuk sampai ke sini, silahkan naik bis atau travel dari Pekanbaru ke Dumai. Dibutuhkan sekira enam jam perjalanan darat dengan moda darat (saya tidak menyarankan sampeyan menggunakan sepeda onthel karena jalanan banyak yang rusak dan truk-truk besar). Sebetulnya ada pesawat dari Pekanbaru ke Dumai, tapi itu pesawat kecil yang biasanya dipakai orang-orang perusahaan yang kaya raya. Dan saya belum pernah mencobanya jadi tidak bisa banyak cerita. Dari Dumai, silahkan gunakan kapal kayu (biasa disebut pompong atau motor tarik) untuk ke Hutan Samak. Sampeyan akan menghabiskan sekira lima jam atau silahkan gunakan speedboat untuk memotong waktu: kurang dari dua jam! Di Hutan Samak, mayoritas penduduknya adalah Suku Akit. 90% siswa di sekolah tempat saya mengajar adalah anak-anak Suku Akit. Di sekitar sekolah, hanya ada empat rumah yang bukan Suku Akit, dan itu komplek di sekolah. Satu rumah milik orang sepasang guru Melayu. Satu rumah milik seorang bapak (berdarah) Jawa dengan seorang istri Melayu. Satu rumah milik seorang Batak dan rumah terakhir adalah rumahku: Jawa totok. Saya tinggal bertiga dengan seorang guru muda (keturunan) Jawa dan seorang Melayu. Kami bertiga sama-sama masih lajang. Hutan Samak tidak ada listrik, akses internet sangat susah, Telkomsel sangat merepotkan (akhirnya saya menemukan beberapa titik di sekitar rumah yang ada sinyal Telkomsel) dan XL juga tidak begitu bagus. Tentu saja masjid tidak ada, pun mushola. Saya harus menyebrang 15 menit dengan kapal kayu untuk dapat up load jurnal dan mesbuk. Juga untuk sholat Jumat, jajan Miso atau cari es teh (di sini, sama seperti di Sumatra daratan lebih dikenal sebagai teh es). Bagaimaan untuk makan? tak perlu khawatir, kawan. Untuk sarapan, cabutlah ubi atau tebaslah pisang. Untuk sayur, bisa dengan pucuk ubi (daun ubi muda) atau daun pepaya muda yang tinggal ambil di samping rumah. Untuk lauk, pergilah sebentar ke sungai dan memancing atau pergilah ke belakang rumah untuk mendapatkan burung Punai (yang ada di Laskar Pelangi-berwarna hijau dan cantik). Asik juga bergaul dengan anak-anak. Lumayan bikin pusing! Ada anak kelas 1 yang kelahiran 1996 dan ada anak kelas 6 yang berumur 20 Tahun! keren, bukan? Saya akan bercerita tentang Memey, Sis, Ayong, Meiyan, Ridwan, Suku Akit, Keramat Hutan Samak, Ikan-ikan di sungai.....Tentu saja tidak sekarang. Salam Pengajar Muda!

Cerita Lainnya

Lihat Semua