info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Takbir Sang Musafir

Aditya Erlangga Putra 14 Juni 2018
Desa Danau Bungara Kamis, 14 Juni 2018 Ramadhan kali ini benar-benar berbeda dari ramadhan sebelumnya. Tapi sungguh bersyukur dan sangat berterimakasih atas semua nikmat dan karunia-Nya. Jauh dari rumah bukan berarti tak dapat tempat untuk singgah. Tak ada keluarga bukan berarti tak ada yang perhatian mengajak buka bersama. Ibu boleh jauh disana dan selalu rindu, disinipun sosok mamak selalu perhatian dan siap sedia untuk memasak. Lantas, nikmat manalagi yang kau dustakan? Setiap orang yang tanya bagaimana ramadhan disini, selalu ku bilang alhamdulillah luarbiasa meriah suasananya. Terawih pertama di masjid desa sungguh banyak sekali jemaahnya. Suasana masjid termeriah (sebelum sholat id besok). Memang kegiatan kali ini harus tebagi dengan safari ramadhan ke desa penempatan kawan-kawan. Tapi justru disitu semakin merefleksi diri dan banyak bertemu dengan orang baik lainnya. Semakin banyak belajar bersyukur, belajar lagi mendengarkan, menghargai perbedaan dan tentu belajar bersabar. Setelah kepadatan safari ramadhan dan kegiatan di kabupaten akhirnya kembali ke desa. Sempat khawatir untuk membangun suasana dan ikatan dengan anak-anak atau warga desa bagaimana. Tapi ternyata, anak-anak selalu saja bisa membuat terenyuh dengan kepolosan mereka. Anggara sang anak sopan yang akan lulus SD langsung salim dan cium tangan lantas bilang "Pak Guru kemana saja? Kangen lah aku sama Pak Guru, sumpahkeun aku tak bohong" ku balas dengan senyum simpul dan hatiku pun berbunga-bunga. Malamnya ada segerombolan anak Rio, Andika, Izar, Rifki yang sangat aktif dan selalu mencoba caper. Mulai dari mengetuk pintu, menyeru menyebut namaku, hingga petasan yang menderu hanya sekedar agar aku mau keluar rumah. Atau yang terakhir ketika ada urusan di kabupaten, nomer baru menelponku dan ternyata si Sodikin, dengan bahasa polosnya tanya "Pak Guru gak pernah nampak, Pak Guru sudah di Jawa? Pak Guru kapan kami masuk sekolah? " satu persatu pertanyaan tersebut kujawab dengan hati yang ikut semangat mendengar lantang suaranya. Sebegitu sederhananya aku bisa merasa bahagia, tersenyum simpul dirindukan oleh mereka. Merasa selalu dinanti dan diperhatikan anak-anak. Sungguh perasaan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Di bagian terakhir aku ingin bercerita tentang hangatnya keluarga yang ku temukan. Ibu di rumah (dan juga Ayah) selalu bilang rindu dan kangen. Apalagi menjelang momen lebaran tahun ini. Ibu lewat pesan WA selalu mengabarkan bagaimana mereka rindu suasana aku hadir di tengah-tengahnya. Pun hingga bilang bahwa menu makanan kali ini dikurangi karena yang doyan makan sedang tak dirumah. Aku pun membalas WA tersebut sekenanya saja, sempat seorang sahabat mengingatkan bahwa rasa kasih sayang ibu itu tak mengada-ngada. Kalaupun bilang kangen berarti sungguh kangen berat. Baik anaknya sudah sebesar apa, di mata Ibu anaknya tetap menjadi jagoan kecilnya. Lantas bukan berarti aku tak mengindahkan kerinduan beliau, hanya hati ini pun bergejolak tak tahu harus berkata apa. Pun aku yang berada disini juga rindu suasana rumah, masakan ibu, buber dengan handai tolan. Tapi tak bisa mengekspresikan kerinduan tersebut dan hanya tercekat menjadi "ooo" saja setiap ada kalimat rindu dari ibu. Disinipun aku menemukan keluarga baru. Sehangat dan seperhatian yang jauh di jawa. Ada keluarga Rustam (Guru di SD dan kampung sebelah). Mamaknya sudah menyuruhku untuk tidak sungkan-sungkan bila mau makan. Anggap saja rumah sendiri. Keluarganya pun juga tak kalah hangatnya, para keponakannya juga ada yang menjadi muridku. Mulai dari tradisi megang ramadhan hingga megang lebaran aku selalu disini. Ikut ziarah ke alm Ayah Rustam, makan bersama, bercengkerama, dan diajari bahasa kampung (hingga dijodohkan dengan salah satu anak gadisnya). Oh ya, selain itu aku hari ini mendapatkan beras setengah karung dari masjid. Sore tadi ketika hendak zakat fitrah, Pak Ustad pun juga memberi aku beras karena aku disini seorang musafir. Sempat bingung mau berkata apa, selain ucapan terimakasih tentunya. Bingung pula mau dibuat apa beras sebanyak tersebut. Belum lagi kiriman makanan dari para tetangga. Sehingga ramadhan kali ini aku sungguh benar-benar bersyukur. Banyak sekali orang baik nan perhatian dan perduli pada keberadaanku. Hingga sempat terfikir sebegitu dahsyatnya kah doa ibuku, hingga disini sangat merasa terbantu. Atau kalau teman-teman di Aceh Singkil sini bilangnya "Entah Kebaikan apakah yang dilakukan oleh Orangtua kami di rumah, hingga disinipun banyak bertemu dan ditolong oleh orang-orang baik lainnya"

Cerita Lainnya

Lihat Semua