info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Hari guru, telat tak masalah

Aisy Ilfiyah 22 Januari 2011
Seminggu yang lalu, 25 November adalah hari guru. Aku yakin, semua guru di SD ini tak ada yang tau tentang itu. Aku ingin mereka tau, dan para siswa juga tau akan hari itu. Meskipun sedikit telat, aku merancang perayaan hari guru dengan mengajak murid kelas 5 untuk membuat puisi yang ditujukan khusus untuk guru-guru mereka. Aku menyiapkan kertas karton, crayon, spidol, silet, gunting, kertas post it, penggaris, dll. Aku ajak mereka untuk belajar mengungkapkan perasaan melalui tulisan bebas bernama puisi. Awalnya, mereka ragu. Bagi mereka, puisi itu sulit dibuat. Namun, aku berhasil mengarahkan pada mereka bahwa puisi tak sesulit yang mereka bayangkan. Puisi tak harus seperti yang ada di buku. Apapun yang ingin mereka ungkapkan, silakan dituangkan ke dalam tulisan. Akhirnya, bujuk rayu gombalku berhasil meluluhkan mereka. hehehehe... Meski tak rapi, belepotan, tak karuan susunannya, bahkan banyak yang tak tepat ejaannya, mereka bisa merampungkan barisan-barisan ungkapan perasaan mereka dalam tulisan berbait. Agar semakin indah dan terkesan ceria, aku menyuruh mereka menghias kertas puisi itu dengan berbagai macam ornamen tempel, warna crayon, dan coretan-coretan spidol. Aku sengaja memberikan mereka kebebasan untuk berekspresi. Dan, hasilnya tak begitu mengecewakan meskipun tak bisa dibilang sempurna.
Tak lupa, agar makin semarak, aku mengajari mereka menyanyikan lagu ‘terimakasih guruku’, lagu hits AFI Junior yang sudah lumayan ‘jadul’ namun tak lekang oleh waktu itu. Mereka begitu antusias, jauh dari yang aku perkirakan. Lonceng istirahat dibunyikan, mereka berhamburan ke luar ruangan dan menuju ke kantor guru. Aku yang sudah bersiap ambil aba-aba, meminta para guru di dalam kantor untuk keluar menyambut kedatangan mereka. Dan, mulailah suara-suara tak seberapa nyaring itu memenuhi halaman, membahana dan mengagetkan semua. Lagu selesai dinyanyikan, saatnya memberikan puisi yang telah mereka tulis kepada para guru. Aku sengaja melarang mereka menulis nama guru yang ingin mereka tuju. Tujuannya, agar puisi itu dapat tertuju pada siapa saja, ntah guru yang mengajar kelas mereka, atau mungkin tidak. Anak-anak senang sekali melakukan aktivitas ini. Mereka semua ceria, dan tentunya bahagia. Yang terpenting, mereka sekarang tau bahwa 25 November adalah hari guru, dan mereka juga tau makna di balik itu.

Kamis, 2 Desember 2011


Cerita Lainnya

Lihat Semua